blog-indonesia.com

Senin, 01 Desember 2014

Alasan Lion Air pilih turboprop ATR

Dibanding turboprop lainnya, ATR lebih hemat dalam konsumsi bahan bakarhttp://www.ainonline.com/sites/default/files/uploads/atr-wingsairatp.jpgATR 72-600, salah satu varian turboprop yang diproduksi produsen turboprop Prancis-Italia, ATR. (ATR)

Kamis (28/11) pukul 15.30 waktu Italia di kantor pemerintahan Italia di Pallazo Chigi - Piazza Colonna, CEO Lion Air Group Rusdi Kirana dan CEO ATR (Avions de Transport Regional) Patrick de Castelbajac mengikat kontrak pembelian 40 ATR-72 seri 600 pada nilai total satu miliar dolar AS.

Disaksikan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi, de Castelbajac menyebut kesepakatan itu sebagai tonggak bersejarah bagi perusahaan penerbangan patungan Prancis-Italia itu.

De Castelbajac juga menyatakan kontrak pemesanan ATR di Roma itu sebagai yang terbesar dalam 20 tahun terakhir, sedangkan Lion Air disebutnya sebagai pemesan pertama di dunia yang membeli 100 ATR 72.

Sebaliknya, Rusdi Kirana menggambarkan hubungan maskapainya dengan ATR amat dekat.

"Kami itu bagai suami dan istri," kata Rusdi berseloroh dalam jumpa pers usai penandatangan kesepakatan pembelian ATR itu.

Ini untuk ketiga kalinya Rusdi mengguncang dunia bisnis dirgantara, setelah pada 2011 dan 2013 membeli ratusan pesawat Boeing dan Airbus, di bawah tatapan dua pemimpin besar dunia yakni Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Prancis Francois Hollande.

Rusdi sebenarnya tak sepenuhnya bercanda karena Lion Air memang lama menjalin hubungan bisnis spesial dengan anak perusahaan raksasa dirgantara dunia, Airbus SAS, itu.

ATR adalah perusahaan patungan yang dibentuk Aeritalia, Italia (kini Finmeccanica-Alenia Aermacchi) dan Aerospatiale, Prancis (kini Airbus Group). Markas besarnya sama dengan Airbus, di Toulouse Blagnac, Prancis, selain memiliki fasilitas produksi di Napoli, Italia.

Menilik perjalanan bisnisnya di masa lalu, Lion Air terbilang pelanggan setia ATR karena sebelum kontrak di Roma, maskapai swasta terbesar Indonesia itu sudah mengoperasikan dan memesan turboprop buatan ATR bagi tiga anak perusahaannya; Wings Air, Malindo dan Thai Lion Air.

Mengutip Centre for Aviation (CAPA), sampai akhir 2014 ini, Lion Air Group akan memiliki 60 unit ATR 72 seri 500 dan 50 unit ATR 72 seri 600.

Sampai akhir tahun depan, Lion Air akan menanti kedatangan 10 ATR 72-600 lainnya, berdasarkan kontrak 60 unit ATR 72-600 pada 2012.

Dengan begitu, untuk ATR 72-600 saja, Lion Air akan memiliki 100 unit, sampai akhir 2018. Dan inilah untuk pertama kali, seperti disebut de Castelbajac, ada maskapai di dunia yang memesan 100 unit pesawat ATR-72.

Intinya, maskapai berlogo kepala singa itu sudah tak asing dengan turboprop buatan ATR.

 Pilihan dunia 

Lantas, apa yang melandasi Lion Air memilih ATR? Padahal produsen pesawat turboprop ini tidak hanya ATR karena masih ada MA60 dari Tiongkok, Bombardier, Embraier, MRJ dan Superjet. Memang yang bermain di kelas 500 sampai 600 begitu sedikit, salah satunya ATR.

"Dibanding turboprop lainnya, ATR lebih hemat dalam konsumsi bahan bakar," kata Direktur Umum Edward Sirait di tengah perjalanan menuju Roma, Italia, pekan lalu.

Tingkat konsumsi bahan bakar adalah hal yang amat diperhatikan oleh para pemain industri penerbangan karena konsumsi bahan bakar rata-rata mengambil porsi 30 persen dari total biaya operasi maskapai.

Dan di antara sekian produsen turboprop, ATR adalah pesawat yang dianggap teririt menghisap bahan bakar.

ATR memiliki dua versi; ATR 42 yang berkapasitas 50 penumpang dan ATR 72 yang berkapasitas sampai 74 penumpang. Dan ATR 72-lah, khususnya ATR 72-600, yang dibidik Lion Air.

Dengan memperbanyak armada turboprop yang bisa mendarat di landasan paling kecil sekali pun, maskapai ini tampaknya ingin seluas mungkin menjangkau seluruh sudut Indonesia dan juga Asia Tenggara di mana di Malaysia (dengan Malindo) dan Thailand (dengan Thai Lion Air) mereka memiliki basis penerbangan regional yang lumayan tangguh.

Ke-40 pesawat ATR 72-600 yang dipesan di Roma pekan lalu itu sendiri akan dioperasikan untuk Malindo dan Thai Lion Air serta satu negara Asia Tenggara lainnya.

"Kita ingin main di Malaysia, Thailand dan satu negara lagi," kata Rusdi Kirana tanpa mengungkapkan negara ketiga itu.

Lion Air tampaknya ingin menjelajah segala bandara, tidak saja bandara besar, namun juga bandara-bandara kecil berlandasan pendek yang di Indonesia sebagian besar merupakan pintu masuk ke kawasan-kawasan wisata eksotis seperti Raja Ampat, Nias, dan banyak lagi yang lalu lintas perputaran uangnya besar.

Untuk bandara dengan landasan pendek, pesawat kecil seperti turboprop memang rajanya, selain jauh lebih irit saat mengonsumsi bahan bakar.

"Semakin besar pesawat, semakin tinggi konsumsi bahan bakarnya, dan ini mempertinggi belanja energi sebuah maskapai," kata Media Relations Manager ATR David Vargas.

Vargas mengklaim ATR sebagai pesawat regional paling irit yang membuatnya menjadi pilihan maskapai-maskapai berbiaya murah di seluruh dunia.

 Paling irit 

Untuk pengetahuan saja, penerbangan regional adalah penerbangan di mana pesawat memiliki jangkauan operasi 500 NM (nautical mile atau mil laut per jam) dengan kapasitas angkut penumpang kurang dari 100 penumpang.

Penerbangan regional biasanya menggunakan dua jenis pesawat, yakni turboprop dan turbofan atau jet. Kebalikan dari penerbangan regional adalah penerbangan mainline. Di sini istilah pesawat yang dioperasikan adalah pesawat berbadan kecil dan pesawat berbadan lebar.

ATR yang bermain di penerbangan regional, mengklaim diri sebagai pesawat yang bisa menggunakan landasan atau runway paling pendek sekali pun, ditambah keandalannya dalam menyesuaikan diri dengan segala cuaca.

David Vargas mengklaim ATR sebagai pesawat paling irit di kelasnya yang ditunjukkan dengan tingkat pembakaran bahan bakar setiap 300 NM terbang.

Membandingkan dengan para pesaing ATR, Vargas mengatakan ATR jauh lebih rendah tingkat efisiensi bakaran energinya. Kalau perusahaan lain mencapai 27-50 persen, maka ATR hanya 25 persen.

Di samping menawarkan profitabilitas, ATR juga mengklaim diri sebagai pesawat nyaman, andal dan ramah lingkungan.

Vargas menyebut angka 753 kg untuk konsumsi bahan bakar per 300 NM, sedangkan kompetitornya di atas 1.000 kg per 300 NM. Demikian juga dengan tingkat emisi yang dihasilkan yang hanya 2,3, sedangkan kompetitornya 3,4 - 4,4. Mungkin karena faktor-faktor ini, pesawat yang mendaku paling senyap di kelasnya itu adalah yang terpopuler di dunia dalam kelasnya.

Vargas menyebut ATR menguasai 52 persen pangsa pasar pemesanan pesawat turboprop di dunia pada 2014 ini.

Salah satu pasar terbesar ATR adalah Asia yang menurut data ATR sudah mengoperasikan 305 armada ATR atau terbanyak di dunia dan dioperasikan oleh 55 operator penerbangan termasuk tiga anak perusahaan Lion Air Group.

Catatan-catatan inilah yang mungkin membuat ATR dipilih Lion Air.



  ★ Antara  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More