(photo:dok pribadi)
Pemerintah melalui Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (Kemeneg BUMN) menunjuk Silmy Karim untuk menjadi Direktur Utama PT Pindad (Persero). Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN, Muhamad Zamkhani, menyerahkan langsung Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-270/MBU/12/2014 disaksikan jajaran direksi dan komisaris Pindad di kantor Kementerian BUMN, Senin, 22 Desember 2014. “Kami berharap agar Pak Silmy dengan segenap dewan direksi yang kini sudah lengkap susunannya bisa lebih proaktif dalam program peningkatan kapasitas produksi dan tetap melakukan kerjasama dengan semua pemangku kepentingan industri pertahanan”, ujar Zamkhani.
Silmy ditunjuk sebagai pengganti Sudirman Said, pendahulunya, yang kini telah menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Sudirman menyambut gembira pengangkatan Silmy. “Saya mengenal saudara Silmy Karim sebagai seorang profesional yang integritas dan komitmennya untuk pengembangan industri pertahanan tak perlu diragukan. Ia memahami dengan sangat baik seluk beluk Pindad dan industri pertahanan karena merupakan salah satu arsitek dalam Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang dibentuk pemerintah sebagai tindak lanjut penerapan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan,” ujar Sudirman.
Silmy dalam kesempatan ini menyambut baik penunjukan dirinya sebagai Direktur Utama Pindad. Sosok yang dikenal sebagai profesional yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan pertahanan ini telah lama menggeluti kebijakan dan seluk beluk industri pertahanan di Indonesia. “Saya sampaikan penghargaan kepada jajaran Kemeneg BUMN dan juga manajemen Pindad untuk amanah baru yang saya terima hari ini. Sebagai nakhoda saya ingin menuntaskan pekerjaan rumah yang telah dimulai oleh Pak Sudirman Said dulu dalam proses transformasi Pindad sebagai industri pertahanan di tanah air. Kami bertekad untuk mendukung kebijakan pemerintah yang ingin membangun kemandirian industri pertahanan dari karya putra putri terbaiknya di Pindad,” ujar Silmy.
Latar belakang Silmy Karim di KKIP dan aktivitasnya di lingkup Kementerian Pertahanan dapat membantu dirinya memahami tuntutan yang harus dipenuhi dalam tugas barunya sebagai Direktur Utama Pindad. “Dukungan seluruh pemegang saham, staf / karyawan, jajaran direksi, komisaris, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) serta berbagai mitra strategis yang telah dijalin Pindad merupakan kunci-kunci pokok yang harus menjadi perhatian saya dalam mengemban tugas di Pindad,” tambah Silmy. Dalam penjelasannya kepada media Silmy menegaskan Pindad telah merintis berbagai program kemitraan strategis yang dapat membantu terjadinya alih teknologi dan pembukaan pasar baru. Ia lantas mencontohkan upaya kerjasama dengan Rheinmetall Denel Munition (RDM) yang juga berinduk ke Rheinmetall di Jerman untuk membangun pabrik amunisi kaliber besar yang berlokasi di Turen, Malang, merupakan bagian dari upaya strategis untuk peningkatan kapasitas produksi dan penguasaan teknologi bagi para karyawan Pindad untuk memenuhi kebutuhan domestik bagi TNI. “Lebih dari itu sekaligus kami menekankan pula pada kerjasama ini mesti mencakup upaya memenuhi permintaan pasar amunisi kaliber besar di dunia yang merupakan bagian dari supply chain global yang harus kita kuasai kelak,” ujarnya.
Sebelum di Pindad Silmy memang dikenal aktif bicara di berbagai forum di dalam dan luar negeri sebagai pemerhati kebijakan dan isu-isu pertahanan. Silmy telah mengikuti pendidikan pertahanan di berbagai institusi seperti NATO School di Jerman, Harvard University di Amerika Serikat, Naval Post Graduate School di Amerika Serikat, dan George C. Marshall European Center for Security Studies di Jerman. Baru-baru ini Silmy juga telah melansir bukunya yang bertajuk “Membangun Kemandirian Industri Pertahanan” pada awal November silam di Kampus Universitas Paramadina, Jakarta.
Di mata Silmy industri pertahanan nasional mesti tumbuh sebagai salah satu tulang punggung ekonomi nasional. Silmy yakin betul bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun kemandirian industri pertahanan nasionalnya. “Jangan mau ketinggalan dari negara lain, kebangkitan dan pertumbuhan industri pertahanan cermin keberhasilan pembangunan teknologi, pemberdayaan sumber daya manusia sekaligus ketahanan nasional kita sebagai suatu bangsa,” ujarnya.
Pemerintah melalui Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (Kemeneg BUMN) menunjuk Silmy Karim untuk menjadi Direktur Utama PT Pindad (Persero). Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN, Muhamad Zamkhani, menyerahkan langsung Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-270/MBU/12/2014 disaksikan jajaran direksi dan komisaris Pindad di kantor Kementerian BUMN, Senin, 22 Desember 2014. “Kami berharap agar Pak Silmy dengan segenap dewan direksi yang kini sudah lengkap susunannya bisa lebih proaktif dalam program peningkatan kapasitas produksi dan tetap melakukan kerjasama dengan semua pemangku kepentingan industri pertahanan”, ujar Zamkhani.
Silmy ditunjuk sebagai pengganti Sudirman Said, pendahulunya, yang kini telah menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Sudirman menyambut gembira pengangkatan Silmy. “Saya mengenal saudara Silmy Karim sebagai seorang profesional yang integritas dan komitmennya untuk pengembangan industri pertahanan tak perlu diragukan. Ia memahami dengan sangat baik seluk beluk Pindad dan industri pertahanan karena merupakan salah satu arsitek dalam Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang dibentuk pemerintah sebagai tindak lanjut penerapan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan,” ujar Sudirman.
Silmy dalam kesempatan ini menyambut baik penunjukan dirinya sebagai Direktur Utama Pindad. Sosok yang dikenal sebagai profesional yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan pertahanan ini telah lama menggeluti kebijakan dan seluk beluk industri pertahanan di Indonesia. “Saya sampaikan penghargaan kepada jajaran Kemeneg BUMN dan juga manajemen Pindad untuk amanah baru yang saya terima hari ini. Sebagai nakhoda saya ingin menuntaskan pekerjaan rumah yang telah dimulai oleh Pak Sudirman Said dulu dalam proses transformasi Pindad sebagai industri pertahanan di tanah air. Kami bertekad untuk mendukung kebijakan pemerintah yang ingin membangun kemandirian industri pertahanan dari karya putra putri terbaiknya di Pindad,” ujar Silmy.
Latar belakang Silmy Karim di KKIP dan aktivitasnya di lingkup Kementerian Pertahanan dapat membantu dirinya memahami tuntutan yang harus dipenuhi dalam tugas barunya sebagai Direktur Utama Pindad. “Dukungan seluruh pemegang saham, staf / karyawan, jajaran direksi, komisaris, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) serta berbagai mitra strategis yang telah dijalin Pindad merupakan kunci-kunci pokok yang harus menjadi perhatian saya dalam mengemban tugas di Pindad,” tambah Silmy. Dalam penjelasannya kepada media Silmy menegaskan Pindad telah merintis berbagai program kemitraan strategis yang dapat membantu terjadinya alih teknologi dan pembukaan pasar baru. Ia lantas mencontohkan upaya kerjasama dengan Rheinmetall Denel Munition (RDM) yang juga berinduk ke Rheinmetall di Jerman untuk membangun pabrik amunisi kaliber besar yang berlokasi di Turen, Malang, merupakan bagian dari upaya strategis untuk peningkatan kapasitas produksi dan penguasaan teknologi bagi para karyawan Pindad untuk memenuhi kebutuhan domestik bagi TNI. “Lebih dari itu sekaligus kami menekankan pula pada kerjasama ini mesti mencakup upaya memenuhi permintaan pasar amunisi kaliber besar di dunia yang merupakan bagian dari supply chain global yang harus kita kuasai kelak,” ujarnya.
Sebelum di Pindad Silmy memang dikenal aktif bicara di berbagai forum di dalam dan luar negeri sebagai pemerhati kebijakan dan isu-isu pertahanan. Silmy telah mengikuti pendidikan pertahanan di berbagai institusi seperti NATO School di Jerman, Harvard University di Amerika Serikat, Naval Post Graduate School di Amerika Serikat, dan George C. Marshall European Center for Security Studies di Jerman. Baru-baru ini Silmy juga telah melansir bukunya yang bertajuk “Membangun Kemandirian Industri Pertahanan” pada awal November silam di Kampus Universitas Paramadina, Jakarta.
Di mata Silmy industri pertahanan nasional mesti tumbuh sebagai salah satu tulang punggung ekonomi nasional. Silmy yakin betul bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun kemandirian industri pertahanan nasionalnya. “Jangan mau ketinggalan dari negara lain, kebangkitan dan pertumbuhan industri pertahanan cermin keberhasilan pembangunan teknologi, pemberdayaan sumber daya manusia sekaligus ketahanan nasional kita sebagai suatu bangsa,” ujarnya.
★ ARC
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.