WIKA Punya Bangunan Unik Tersembunyi di Kaki Gunung Pangrango Di sela-sela kawasan pemukiman padat Gadog, Bogor, Jawa Barat, ada sebuah bangunan berbentuk unik dan berdiri megah bernama Giri Wijaya yang dalam bahasa Indonesia adalah Gunung Wijaya. Letaknya masih di sekitar kaki Gunung Pangrango.
Nama Wijaya diambil dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), sebagai pemilik gedung tersebut. Bangunan dengan tampilan unik ini difungsikan sebagai pusat pelatihan kepemimpinan para petinggi perusahaan, yang dibuka untuk masyarakat umum.
Beralamat di Desa Pasir Angin, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bangunan merupakan bagian dari komplek pusat pelatihan yang diberi nama Wikasatrian.
Untuk mencapai lokasi ini tidak lah suit, hanya berjarak 30 menit dari puntu tol Puncak. Bagi pengunjung yang ingin mencapai tempat ini hanya tinggal mengikuti jalan ke arah puncak hingga menemukan sebuah jembatan menjelang tanjakan tajam.
Dari tanjakan ini, pengunjung berbelok ke ke kiri. Ini adalah satu-satunya belokan yang ada setelah jembatan tadi. Begitu memasuki belokan tadi, hanya tinggal mengikuti jalan hingga menemukan sebuah sekolah dasar dengan tulisan "Wikasatrian" berwarna hitam emas dengan panah menunjuk ke kiri.
Dari posisi ini, banyak yang tidak percaya bahwa akan ditemukan tempat megah yang diceritakan di awal tadi. Benar saja, sebuah jalan kecil memiliki lebar kurang lebih 3 meter hanya bisa dilalui sebuah mobil satu arah saja.
Selain sempit, jalanan ini juga dipadati rumah-rumah warga yang hampir tak berjarak dengan bibir jalanan. Bahkan, sebagian atap rumah warga tersebut sampai masuk ke dalam badan jalan yang membuat sebuah kendaraan bus berukuran tanggung sulit untuk bergerak.
Namun, bila menelusuri terus jalan ini, maka kejutan akan ditemukan. Bertuliskan Wikasatrian, pengunjung akan disambut oleh sebuah gerbang besar yang disambung dengan tanjakan cukup curam.
Menurut Tonny Warsono yang menjabat Pamong Utama komplek pusat pelatihan ini, kontur tanah sangat dipertahankan seperti itu untuk menjaga kesan alami.
"Biar menantang," tuturnya kepada detikFinance saat mengunjungi lokasi ini, Sabtu (13/12/2014).
Benar saja, suasana asri langsung terasa begitu memasuki gerbang. Pemandangan perumahan padat yang semula menyesakkan mata berganti dengan deretan pepohonan yang rimbun dan asri.
Tiba di area parkir, jalanan menanjak sudah menanti. Tak usah khawatir akan merasa lelah karena segarnya udara membuat beban berat di pundak terasa lebih ringan.
Mengikuti jalan ke atas, akan dijumpai sebuah area perkemahan. "Pusat pelatihan ini tidak dibangun kamar-kamar permanen karena memang di desain untuk mendekatkan peserta pelatihan dengan alam. Makanya kita pakai tenda perkemahan sebagai ganti kamar tidur," jelasnya.
Meskipun berbentuk tenda, tak perlu khawatir, karena tenda ini di desain dengan sangat nyaman. "Dan yang pasti tidak bocor. Harus coba sendiri, tak bisa diceritakan dengan kata-kata," sambungnya.
Melanjutkan perjalan sisi atas areal kawasan, akan dijumpai bangunan bernama Giri Boga. Sesuai namanya, 'Boga' bangunan ini memang merupakan pusat kegiatan kuliner sekaligus area makan. Dari fisik bangunan, tak tampak terlalu istimewa.
Hanya bangunan beratap genteng yang dilengkapi dengan area makan dan taman. Menariknya, pemandangan dari lokasi ini sangat indah, menuju langsung ke Gunung Gede Pangrango. Ini lah yang menjadi kelebihan Giri Boga, menyantap makanan, ditemani udara segar dan pemandangan indah, adalah sebuah pengalaman istimewa yang jarang ditemui di lokasi lain.
Melanjutkan perjalanan ke area yang lebih tinggi, akan ditemukan hamparan lapangan rumput hijau yang cukup luas hampir seukuran sebuah lapangan bola. Di ujungnya, sebuah bangunan unik telah menanti untuk dikunjungi.
Ini lah, Giri Wijaya yang disebutkan di awal, fasad atau tampilan muka bangunan ini bisa dikatakan unik. Sepintas bangunan ini menyerupai rumah kura-kura, namun bila dilihat lebih jelas tampak bagaiman seluruh bagian dari bangunan ini tak simetris alias tidak sama antara sisi kanan dan sisi kirinya.
"Kita sengaja buat asimetris (tidak rata sisi kanan dan kiri). Saya ajak berputar Anda akan tahu tujuan bangunan ini dibuat begini," ujarnya.
Memasuki ruangan, Anda akan disambut dengan sebuah pintu kaca lebar berpadu dengan dinding melengkung. Lalu disambut dengan meja kayu yang bentuknya seperti aliran ombak di lautan.
Di sisi belaknganya ada sebuah ornamen hiasan berbentuk Kapal Pinisi. Bila dilihat dari depan, maka akan tampak kapal pinisi ini seperti berlayar di atas lautan lengkap dengan ombaknya.
Berbelok ke kiri, Anda akan menjumpai ruangan pertama dan menjadi ruangan paling luas di bangunan ini. Namanya adalah Giri Sasana. Ruang ini berfungsi sebagai tempat pusat pelatihan. Sekitar 200 kursi dan meja disusun berundak ke belakang.
Formasi kursi ini memungkinkan setiap orang bisa melihat langsung ke arah panggung tanpa terhalang oleh orang lain yang berada di depannya. Setiap meja dilengkapi dengan pengeras suara, sangat modern.
Bagian paling menarik dari panggung ini adalah latar belakangnya yang berupa susunan kaca-kaca lebar yang menghubungkan bagian dalam ruangan dengan bagian luar ruangan. Hasilnya, menjalani pelatihan di dalam ruangan ini, para peserta akan merasakan sensasi seperti berada di luar ruangan.
Beranjak ke ruang berikutnya, adalah Giri Budaya. Untuk menuju ruangan ini, akan ditemui sebuah area yang cukup lebar dan disambut dengan bagian lantai bertahap alias split level tiga tingkat.
"Ruangan ini adalah level selanjutnya yang kami desain untuk setiap pelatihan yang ada di sini. Di sini ada pelatihan budaya berupa wayang dan gamelan," katanya.
Sama seperti ruang sebelumnya, Giri Budaya juga dilengkapi dengan kaca-kaca lebar yang membuat sensasi bahwa berada di ruangan ini seperti berada di luar ruangan. Pemandangan serba hijau dari rerumputan dan pepohonan yang ada di luar, seperti menyeruak ke dalam bangunan.
Beranjak ke level berikutnya adalah Giri Pustaka. Berisi koleksi buku pendidikan budaya dan sejarah bangsa Indonesia.
Menilik keseluruhan fisik bangunan ini, bagian kaca-kaca lebar tadi dikombinasikan dengan dinding-dinding yang berbentuk menyerupai sirip-sirip yang jumlahnya ada 7 dari sisi atas ke bawah.
Menopang sirip-sirip ini, ada pilar-pilar beton yang dibuat dari cor baja yang dicat senada dengan sirip-sirip tadi yaitu warna putih.
"Sirip itu 7 karena 7 itu simbol yang baik-baik. Langit ada 7 lapis, samudera ada 7. Di bangsa kita juga kapal pinisi layarnya ada 7. Dan lainnya," jelas Tonny.
Keunikannya tidak sampai di sini. Bila di lihat dari atas, lanskap bangunan ini menyerupai bentuk tubuh Semar. Ini lah alasan mengapa bangunan ini tidak simetris antara satu sisi dengan sisi lainnya.Bangun Gedung Unik di Kaki Gunung Pangrango, WIKA Rogoh Rp 40 Miliar PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) memiliki komplek bangunan Pusat Pelatihan Kepemimpinan di kawasan Gadog, Bogor, Jawa Barat yang diberi nama Wikasatrian.
Untuk membangun gedung yang lokasinya di sekitar kaki Gunung Pangrango ini, WIKA merogoh investasi Rp 30-40 miliar. Bangunan berbentuk unik ini sudah berdiri sejak 11 Maret 2013.
"Dana ini digunakan untuk seluruh kegiatan dari mulai pembelian lahan, konsultasi hingga pengerjaan fisik bangunan," ujar Pamong Utama Wikasatrian Tonny Warsono kepada detikFinance, Sabtu (13/12/2014).
Rencananya, pengembangan kawasan ini akan tetap mempertahankan kelestarian alam sehingga tidak akan banyak dibuat bangunan baru. "Kita biarkan area hutannya banyak supaya kesan asrinya tidak rusak. Kita juga punya banyak varian tanaman yang banyak. Ada pohon sengon yang sudah 80 tahun, itu kan kami pertahankan," tuturnya.
Komplek pusat pelatihan ini berdiri di atas lahan seluas 9,5 hektar dan dikelola oleh anak usaha WIKA yang bergerak di bidang properti yakni PT WIKA Realty yang juga menjadi pengelola Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan menggarap beberapa perumahan dan apartemen di dalam negeri.
"Yang bangun ini anak usah semua, sekarang yang kelola juga anak usaha. Waktu pembangunan fisiknya sekitar 1 tahun," kata Tonny.
Ia menjelaskan, selain untuk keperluan internal perusahaan, Wikasatrian juga disewakan untuk umum khususnya untuk kegiatan pembinaan para pemimpin perusahaan.
Tercatat, PT Pertamina (Persero) pernah memanfaatkan fasilitas ini untuk pelatihan kepemimpinan para jajaran petinggi Pertamina. "Ada Pertamina, Kementerian PU-Pera, yang lain-lain juga pernah," sebut Tonny.
Untuk keperluan pelatihan perusahaan, dikenakan paket Rp 750.000 per orang per hari. "Itu termasuk ruang rapat, makan siang, penginapan tenda dan fasilitas lainnya," sebutnya.
Sedangkan untuk kegiatan pelatihan tidak sampai menginap, maka disediakan paket senilai Rp 450 ribu per orang per paket.
Dari bisnis ini, diharapkan dapat menyumbang pendapatan berkelanjutan bagi perusahaan sebesar 10%. WIKA Realty selama ini tercatat memiliki kontribusi untuk pendapatan induk usaha WIKA sebesar 20%.Alasan WIKA Bikin Bangunan Unik di Kaki Gunung Pangrango BUMN konstruksi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) membangun sebuah pusat pelatihan kepemimpinan megah di Kawasan Gadog, Bogor, Jawa Barat, bernama Wikasatrian. Kawasan dan gedung yang berlokasi di sekitar kaki Gunung Pangrango ini diresmikan 11 Maret 2013, dan memiliki bentuk yang unik dan nyentrik.
Pamong Utama Wikasatrian, Tonny Warsono kepada detikFinance menceritakan latar belakang berdirinya kawasan tersembunyi seluas 9,5 hektar ini. Kawasan ini dibangun dengan arsitektur yang sarat dengan falsafah pewayangan Jawa.
"Selama ini kami melihat konsep-konsep pelatihan kepemimpinan itu selalu merujuk pada tata nilai yang kebarat-baratan, yang selalu berfokus pada nilai yang dilihat dari angka. Padahal kita punya latar belakang budaya yang kaya akan pendidikan kepemimpinan yaitu pewayangan dan gamelan," kata Tonny, di lokasi Wikasatrian, Sabtu (13/12/2014).
Dari pewayangan ini, seorang pemimpin bisa belajar banyak teladan kepemimpinan yang baik dan yang buruk.
"Karena menjadi pemimpin yang baik itu tidak bisa diajarkan dengan kata-kata secara verbal. Tapi harus diberikan contoh-contoh atau teladan-teladan. Dari pewayangan kita belajar itu," jelas Tonny.
Alasan lainnya adalah soal pelatihan kerja sama, pada umumnya metode pelatihan kerja sama dilakukan dengan cara-cara modern yang hanya diterapkan dengan konsep-konsep permainan interaktif.
"Padahal, kita punya budaya yang tak kalah interaktif yang juga bisa digunakan untuk melatih kerjasama yaitu gamelan," katanya.
Ada unsur-unsur yang membangkitkan indra perasa yang bisa didapat ketika sebuah tim belajar bermain musik gamelan. "Kalau hanya permainan, kita itu fokus pada mata, telinga dan mulut. Kalau bermain gamelan, ada indra lain yang kita bangkitkan kepekaannya, yaitu indra perasa. Itu yang sering dilupakan dalam kerjasama tim," jelasnya.
Latar belakang ini lah yang mendasari perusahaan membangun pusat pelatihan Wikasatrian yang gedungnya dirancang unik mirip punggung kura-kura. Menurutnya, seorang pemimpin diajarkan untuk mengenal nilai-nilai yang berunsur religi (Tuhan), pengharkatan (Manusia), dan pelestarian (Alam).
"Maksud melahirkan kepemimpinan yang tak hanya terampil memimpin sebuah perusahaan tetapi juga memiliki keseimbangan antara berbudi luhur yang modern bercirikan kearifan Indonesia. Kriteria pemimpin seperti itu yang jarang kita miliki sekarang," katanya.
Ada tokoh penting di balik berdirinya bangunan unik untuk pelatihan para pemimpin ini, yaitu Tonny Warsono. Di WIKA, Tonny sempat menjabat sebagai Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pengembangan. Semasa menjabat di WIKA, Tonny memiliki visi untuk membentuk sumberdaya manusia berkualitas di tubuh perusahaan.
Visinya tersebut dibawa hingga saat ini meskipun sudah tak lagi menjabat sebagai Direktur di BUMN konstruksi tersebut.
"Ke depan, tempat ini akan dikembangkan lebih atraktif lagi dengan melibatkan banyak unsur kebudayaan tanah air sebagai teladan kepemimpinan yang berlandaskan kearifan budaya nasional," pungkas Tonny.
Nama Wijaya diambil dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), sebagai pemilik gedung tersebut. Bangunan dengan tampilan unik ini difungsikan sebagai pusat pelatihan kepemimpinan para petinggi perusahaan, yang dibuka untuk masyarakat umum.
Beralamat di Desa Pasir Angin, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bangunan merupakan bagian dari komplek pusat pelatihan yang diberi nama Wikasatrian.
Untuk mencapai lokasi ini tidak lah suit, hanya berjarak 30 menit dari puntu tol Puncak. Bagi pengunjung yang ingin mencapai tempat ini hanya tinggal mengikuti jalan ke arah puncak hingga menemukan sebuah jembatan menjelang tanjakan tajam.
Dari tanjakan ini, pengunjung berbelok ke ke kiri. Ini adalah satu-satunya belokan yang ada setelah jembatan tadi. Begitu memasuki belokan tadi, hanya tinggal mengikuti jalan hingga menemukan sebuah sekolah dasar dengan tulisan "Wikasatrian" berwarna hitam emas dengan panah menunjuk ke kiri.
Dari posisi ini, banyak yang tidak percaya bahwa akan ditemukan tempat megah yang diceritakan di awal tadi. Benar saja, sebuah jalan kecil memiliki lebar kurang lebih 3 meter hanya bisa dilalui sebuah mobil satu arah saja.
Selain sempit, jalanan ini juga dipadati rumah-rumah warga yang hampir tak berjarak dengan bibir jalanan. Bahkan, sebagian atap rumah warga tersebut sampai masuk ke dalam badan jalan yang membuat sebuah kendaraan bus berukuran tanggung sulit untuk bergerak.
Namun, bila menelusuri terus jalan ini, maka kejutan akan ditemukan. Bertuliskan Wikasatrian, pengunjung akan disambut oleh sebuah gerbang besar yang disambung dengan tanjakan cukup curam.
Menurut Tonny Warsono yang menjabat Pamong Utama komplek pusat pelatihan ini, kontur tanah sangat dipertahankan seperti itu untuk menjaga kesan alami.
"Biar menantang," tuturnya kepada detikFinance saat mengunjungi lokasi ini, Sabtu (13/12/2014).
Benar saja, suasana asri langsung terasa begitu memasuki gerbang. Pemandangan perumahan padat yang semula menyesakkan mata berganti dengan deretan pepohonan yang rimbun dan asri.
Tiba di area parkir, jalanan menanjak sudah menanti. Tak usah khawatir akan merasa lelah karena segarnya udara membuat beban berat di pundak terasa lebih ringan.
Mengikuti jalan ke atas, akan dijumpai sebuah area perkemahan. "Pusat pelatihan ini tidak dibangun kamar-kamar permanen karena memang di desain untuk mendekatkan peserta pelatihan dengan alam. Makanya kita pakai tenda perkemahan sebagai ganti kamar tidur," jelasnya.
Meskipun berbentuk tenda, tak perlu khawatir, karena tenda ini di desain dengan sangat nyaman. "Dan yang pasti tidak bocor. Harus coba sendiri, tak bisa diceritakan dengan kata-kata," sambungnya.
Melanjutkan perjalan sisi atas areal kawasan, akan dijumpai bangunan bernama Giri Boga. Sesuai namanya, 'Boga' bangunan ini memang merupakan pusat kegiatan kuliner sekaligus area makan. Dari fisik bangunan, tak tampak terlalu istimewa.
Hanya bangunan beratap genteng yang dilengkapi dengan area makan dan taman. Menariknya, pemandangan dari lokasi ini sangat indah, menuju langsung ke Gunung Gede Pangrango. Ini lah yang menjadi kelebihan Giri Boga, menyantap makanan, ditemani udara segar dan pemandangan indah, adalah sebuah pengalaman istimewa yang jarang ditemui di lokasi lain.
Melanjutkan perjalanan ke area yang lebih tinggi, akan ditemukan hamparan lapangan rumput hijau yang cukup luas hampir seukuran sebuah lapangan bola. Di ujungnya, sebuah bangunan unik telah menanti untuk dikunjungi.
Ini lah, Giri Wijaya yang disebutkan di awal, fasad atau tampilan muka bangunan ini bisa dikatakan unik. Sepintas bangunan ini menyerupai rumah kura-kura, namun bila dilihat lebih jelas tampak bagaiman seluruh bagian dari bangunan ini tak simetris alias tidak sama antara sisi kanan dan sisi kirinya.
"Kita sengaja buat asimetris (tidak rata sisi kanan dan kiri). Saya ajak berputar Anda akan tahu tujuan bangunan ini dibuat begini," ujarnya.
Memasuki ruangan, Anda akan disambut dengan sebuah pintu kaca lebar berpadu dengan dinding melengkung. Lalu disambut dengan meja kayu yang bentuknya seperti aliran ombak di lautan.
Di sisi belaknganya ada sebuah ornamen hiasan berbentuk Kapal Pinisi. Bila dilihat dari depan, maka akan tampak kapal pinisi ini seperti berlayar di atas lautan lengkap dengan ombaknya.
Berbelok ke kiri, Anda akan menjumpai ruangan pertama dan menjadi ruangan paling luas di bangunan ini. Namanya adalah Giri Sasana. Ruang ini berfungsi sebagai tempat pusat pelatihan. Sekitar 200 kursi dan meja disusun berundak ke belakang.
Formasi kursi ini memungkinkan setiap orang bisa melihat langsung ke arah panggung tanpa terhalang oleh orang lain yang berada di depannya. Setiap meja dilengkapi dengan pengeras suara, sangat modern.
Bagian paling menarik dari panggung ini adalah latar belakangnya yang berupa susunan kaca-kaca lebar yang menghubungkan bagian dalam ruangan dengan bagian luar ruangan. Hasilnya, menjalani pelatihan di dalam ruangan ini, para peserta akan merasakan sensasi seperti berada di luar ruangan.
Beranjak ke ruang berikutnya, adalah Giri Budaya. Untuk menuju ruangan ini, akan ditemui sebuah area yang cukup lebar dan disambut dengan bagian lantai bertahap alias split level tiga tingkat.
"Ruangan ini adalah level selanjutnya yang kami desain untuk setiap pelatihan yang ada di sini. Di sini ada pelatihan budaya berupa wayang dan gamelan," katanya.
Sama seperti ruang sebelumnya, Giri Budaya juga dilengkapi dengan kaca-kaca lebar yang membuat sensasi bahwa berada di ruangan ini seperti berada di luar ruangan. Pemandangan serba hijau dari rerumputan dan pepohonan yang ada di luar, seperti menyeruak ke dalam bangunan.
Beranjak ke level berikutnya adalah Giri Pustaka. Berisi koleksi buku pendidikan budaya dan sejarah bangsa Indonesia.
Menilik keseluruhan fisik bangunan ini, bagian kaca-kaca lebar tadi dikombinasikan dengan dinding-dinding yang berbentuk menyerupai sirip-sirip yang jumlahnya ada 7 dari sisi atas ke bawah.
Menopang sirip-sirip ini, ada pilar-pilar beton yang dibuat dari cor baja yang dicat senada dengan sirip-sirip tadi yaitu warna putih.
"Sirip itu 7 karena 7 itu simbol yang baik-baik. Langit ada 7 lapis, samudera ada 7. Di bangsa kita juga kapal pinisi layarnya ada 7. Dan lainnya," jelas Tonny.
Keunikannya tidak sampai di sini. Bila di lihat dari atas, lanskap bangunan ini menyerupai bentuk tubuh Semar. Ini lah alasan mengapa bangunan ini tidak simetris antara satu sisi dengan sisi lainnya.Bangun Gedung Unik di Kaki Gunung Pangrango, WIKA Rogoh Rp 40 Miliar PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) memiliki komplek bangunan Pusat Pelatihan Kepemimpinan di kawasan Gadog, Bogor, Jawa Barat yang diberi nama Wikasatrian.
Untuk membangun gedung yang lokasinya di sekitar kaki Gunung Pangrango ini, WIKA merogoh investasi Rp 30-40 miliar. Bangunan berbentuk unik ini sudah berdiri sejak 11 Maret 2013.
"Dana ini digunakan untuk seluruh kegiatan dari mulai pembelian lahan, konsultasi hingga pengerjaan fisik bangunan," ujar Pamong Utama Wikasatrian Tonny Warsono kepada detikFinance, Sabtu (13/12/2014).
Rencananya, pengembangan kawasan ini akan tetap mempertahankan kelestarian alam sehingga tidak akan banyak dibuat bangunan baru. "Kita biarkan area hutannya banyak supaya kesan asrinya tidak rusak. Kita juga punya banyak varian tanaman yang banyak. Ada pohon sengon yang sudah 80 tahun, itu kan kami pertahankan," tuturnya.
Komplek pusat pelatihan ini berdiri di atas lahan seluas 9,5 hektar dan dikelola oleh anak usaha WIKA yang bergerak di bidang properti yakni PT WIKA Realty yang juga menjadi pengelola Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan menggarap beberapa perumahan dan apartemen di dalam negeri.
"Yang bangun ini anak usah semua, sekarang yang kelola juga anak usaha. Waktu pembangunan fisiknya sekitar 1 tahun," kata Tonny.
Ia menjelaskan, selain untuk keperluan internal perusahaan, Wikasatrian juga disewakan untuk umum khususnya untuk kegiatan pembinaan para pemimpin perusahaan.
Tercatat, PT Pertamina (Persero) pernah memanfaatkan fasilitas ini untuk pelatihan kepemimpinan para jajaran petinggi Pertamina. "Ada Pertamina, Kementerian PU-Pera, yang lain-lain juga pernah," sebut Tonny.
Untuk keperluan pelatihan perusahaan, dikenakan paket Rp 750.000 per orang per hari. "Itu termasuk ruang rapat, makan siang, penginapan tenda dan fasilitas lainnya," sebutnya.
Sedangkan untuk kegiatan pelatihan tidak sampai menginap, maka disediakan paket senilai Rp 450 ribu per orang per paket.
Dari bisnis ini, diharapkan dapat menyumbang pendapatan berkelanjutan bagi perusahaan sebesar 10%. WIKA Realty selama ini tercatat memiliki kontribusi untuk pendapatan induk usaha WIKA sebesar 20%.Alasan WIKA Bikin Bangunan Unik di Kaki Gunung Pangrango BUMN konstruksi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) membangun sebuah pusat pelatihan kepemimpinan megah di Kawasan Gadog, Bogor, Jawa Barat, bernama Wikasatrian. Kawasan dan gedung yang berlokasi di sekitar kaki Gunung Pangrango ini diresmikan 11 Maret 2013, dan memiliki bentuk yang unik dan nyentrik.
Pamong Utama Wikasatrian, Tonny Warsono kepada detikFinance menceritakan latar belakang berdirinya kawasan tersembunyi seluas 9,5 hektar ini. Kawasan ini dibangun dengan arsitektur yang sarat dengan falsafah pewayangan Jawa.
"Selama ini kami melihat konsep-konsep pelatihan kepemimpinan itu selalu merujuk pada tata nilai yang kebarat-baratan, yang selalu berfokus pada nilai yang dilihat dari angka. Padahal kita punya latar belakang budaya yang kaya akan pendidikan kepemimpinan yaitu pewayangan dan gamelan," kata Tonny, di lokasi Wikasatrian, Sabtu (13/12/2014).
Dari pewayangan ini, seorang pemimpin bisa belajar banyak teladan kepemimpinan yang baik dan yang buruk.
"Karena menjadi pemimpin yang baik itu tidak bisa diajarkan dengan kata-kata secara verbal. Tapi harus diberikan contoh-contoh atau teladan-teladan. Dari pewayangan kita belajar itu," jelas Tonny.
Alasan lainnya adalah soal pelatihan kerja sama, pada umumnya metode pelatihan kerja sama dilakukan dengan cara-cara modern yang hanya diterapkan dengan konsep-konsep permainan interaktif.
"Padahal, kita punya budaya yang tak kalah interaktif yang juga bisa digunakan untuk melatih kerjasama yaitu gamelan," katanya.
Ada unsur-unsur yang membangkitkan indra perasa yang bisa didapat ketika sebuah tim belajar bermain musik gamelan. "Kalau hanya permainan, kita itu fokus pada mata, telinga dan mulut. Kalau bermain gamelan, ada indra lain yang kita bangkitkan kepekaannya, yaitu indra perasa. Itu yang sering dilupakan dalam kerjasama tim," jelasnya.
Latar belakang ini lah yang mendasari perusahaan membangun pusat pelatihan Wikasatrian yang gedungnya dirancang unik mirip punggung kura-kura. Menurutnya, seorang pemimpin diajarkan untuk mengenal nilai-nilai yang berunsur religi (Tuhan), pengharkatan (Manusia), dan pelestarian (Alam).
"Maksud melahirkan kepemimpinan yang tak hanya terampil memimpin sebuah perusahaan tetapi juga memiliki keseimbangan antara berbudi luhur yang modern bercirikan kearifan Indonesia. Kriteria pemimpin seperti itu yang jarang kita miliki sekarang," katanya.
Ada tokoh penting di balik berdirinya bangunan unik untuk pelatihan para pemimpin ini, yaitu Tonny Warsono. Di WIKA, Tonny sempat menjabat sebagai Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pengembangan. Semasa menjabat di WIKA, Tonny memiliki visi untuk membentuk sumberdaya manusia berkualitas di tubuh perusahaan.
Visinya tersebut dibawa hingga saat ini meskipun sudah tak lagi menjabat sebagai Direktur di BUMN konstruksi tersebut.
"Ke depan, tempat ini akan dikembangkan lebih atraktif lagi dengan melibatkan banyak unsur kebudayaan tanah air sebagai teladan kepemimpinan yang berlandaskan kearifan budaya nasional," pungkas Tonny.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.