Foto masjid yang menjadi satu-satunya bangunan utuh di wilayah Meulaboh yang diambil pada 2 Januari 2005, menjadi salah satu foto yang paling diingat Eugene Hoshiko, fotografer Associated Press yang meliput tsunami Aceh. Tsunami meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004
Sekitar 230.000 orang tewas karena tsunami di Samudera Hindia yang mengempas Indonesia hingga pantai timur Afrika pada 26 Desember 2004. Sebagian besar korban jiwa jatuh di Aceh, Indonesia, sekitar 115.000 orang, dengan puluhan ribu lain hilang.
Sejumlah wartawan Associated Press meliput bencana itu. Kantor berita ini meminta 10 di antara mereka untuk menggambarkan hal yang paling mereka ingat dari tsunami itu. Eugene Hoshiko, fotografer Associated Press yang berbasis di Tokyo, Jepang, adalah salah satunya.
Hoshiko meliput tsunami di Aceh. Dia mengaku ada tiga foto yang sangat dia ingat, bahkan bau udara pada saat foto itu diambil pun masih sangat dia ingat. Hoshiko mengatakan pemandangan pertama yang dia lihat dari pesawat adalah sebuah masjid berdiri di tengah area yang hancur.
"Kesan pertama saya, 'Ini tidak nyata.' Bagaimana kita akan menjelaskan hal itu?" ujar Hoshiko.
Setelah beberapa pekan berada di Banda Aceh, lanjut Hoshiko, sekolah-sekolah di ibu kota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam itu kembali dibuka, meski para pengungsi masih berada di sekolah-sekolah itu.
Di depan ruang-ruang kelas, para pengungsi menunggu para siswa selesai belajar. Hanya dinding tipis membatasi anak-anak yang sedang belajar dengan orang-orang yang masih berpikir bagaimana caranya bertahan hidup. Situasi ini menjadi potret kedua yang terus terbayang di ingatannya. Anak-anak korban tsunami Aceh menunggu bantuan dilemparkan dari helikopter. Gambar diambil pada 17 Januari 2005.
"Foto ketiga yang paling kuingat adalah momen di Banda Aceh, ketika saya melihat helikopter terbang tak jauh dari lokasi saya berada. Saya meminta ojek membawa saya ke lokasi pendaratan helikopter tersebut," tutur Hoshiko.
Dari kejauhan, tutur Hoshiko, saya melihat sekelompok anak bermain di lumpur bekas sawah, menunggu helikopter menurunkan bantuan. "Anak-anak itu penuh lumpur, tapi mereka tak peduli. Mereka begitu putus asa dan hanya peduli bagaimana bisa mendapatkan makanan dari helikopter."
Sekitar 230.000 orang tewas karena tsunami di Samudera Hindia yang mengempas Indonesia hingga pantai timur Afrika pada 26 Desember 2004. Sebagian besar korban jiwa jatuh di Aceh, Indonesia, sekitar 115.000 orang, dengan puluhan ribu lain hilang.
Sejumlah wartawan Associated Press meliput bencana itu. Kantor berita ini meminta 10 di antara mereka untuk menggambarkan hal yang paling mereka ingat dari tsunami itu. Eugene Hoshiko, fotografer Associated Press yang berbasis di Tokyo, Jepang, adalah salah satunya.
Hoshiko meliput tsunami di Aceh. Dia mengaku ada tiga foto yang sangat dia ingat, bahkan bau udara pada saat foto itu diambil pun masih sangat dia ingat. Hoshiko mengatakan pemandangan pertama yang dia lihat dari pesawat adalah sebuah masjid berdiri di tengah area yang hancur.
"Kesan pertama saya, 'Ini tidak nyata.' Bagaimana kita akan menjelaskan hal itu?" ujar Hoshiko.
Setelah beberapa pekan berada di Banda Aceh, lanjut Hoshiko, sekolah-sekolah di ibu kota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam itu kembali dibuka, meski para pengungsi masih berada di sekolah-sekolah itu.
Di depan ruang-ruang kelas, para pengungsi menunggu para siswa selesai belajar. Hanya dinding tipis membatasi anak-anak yang sedang belajar dengan orang-orang yang masih berpikir bagaimana caranya bertahan hidup. Situasi ini menjadi potret kedua yang terus terbayang di ingatannya. Anak-anak korban tsunami Aceh menunggu bantuan dilemparkan dari helikopter. Gambar diambil pada 17 Januari 2005.
"Foto ketiga yang paling kuingat adalah momen di Banda Aceh, ketika saya melihat helikopter terbang tak jauh dari lokasi saya berada. Saya meminta ojek membawa saya ke lokasi pendaratan helikopter tersebut," tutur Hoshiko.
Dari kejauhan, tutur Hoshiko, saya melihat sekelompok anak bermain di lumpur bekas sawah, menunggu helikopter menurunkan bantuan. "Anak-anak itu penuh lumpur, tapi mereka tak peduli. Mereka begitu putus asa dan hanya peduli bagaimana bisa mendapatkan makanan dari helikopter."
★ Kompas
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.