blog-indonesia.com

N 250 IPTN

Prototype pesawat pertama angkut penumpang dengan sistem fly by wire produksi IPTN, Bandung - Indonesia Teknologi

CN 235 MPA

Pesawat patroli maritim CN-235 produksi PT DI - Indonesia Teknologi

NC 212 MPA

Pesawat patroli maritim NC-212 produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

N 219

Pesawat karya anak bangsa, kerjasama BUMNIS diproduksi PT DI - Indonesia Teknologi

Star 50

Kapal kargo 190 m dengan bobot 50.000 dwt merupakan kapal angkut terbesar pertama buatan Indonesia, produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

LPD KRI Banda Aceh

Kapal perang serba guna produksi PT PAL, Surabaya, merupakan kapal dengan panjang 125 m hasil desain anak bangsa dengan lisensi Korea - Indonesia Teknologi

SSV Filipina

Strategic Sealift Vessel produk ekspor kapal perang pertama PAL Indonesia - Indonesia Teknologi

KN Tanjung Datu 1101

KN Tanjung Datu 1101 Bakamla, kapal patroli 110m produksi PT Palindo

KRI I Gusti Ngurah Rai 332

PKR 10514 class, Kapal frigat produksi bersama PT PAL indonesia - Indonesia Teknologi

KN 321 Pulau Nipah

KN Pulau Nipah 321 Bakamla, kapal 80 m produksi PT Citra Shipyard, Batam

KRI Bung Karno 369

KRI Bung Karno 369 produksi PT Karimun Anugrah Sejati

KCR 60 KRI Tombak 629

Kapal Cepat Rudal-60 produksi PT. PAL, Indonesia. Merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

BC 60002

Kapal Patroli Bea dan Cukai produksi PT Dumas Tanjung Perak Shipyards. - Indonesia Teknologi

FPB 57 KRI Layang

Kapal patroli cepat berpeluru kendali atau torpedo 57 m rancangan Lurssen, Jerman produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

KCR 40 KRI Clurit

Kapal Cepat Rudal-40 produksi PT. Palindo Marine, Batam. Senilai kurang lebih 75 Milyar Rupiah, merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Torani 860

Kapal patroli 40 m produksi beberapa galangan kapal di Indonesia, telah diproduksi diatas 10 unit - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Tarihu

Kapal patroli 40 m berbahan plastik fiberglass produksi Fasharkan TNI AL Mentigi Tanjung Uban, Riau - Indonesia Teknologi

KRI Klewang

Merupakan Kapal Pertama Trimaran, produksi PT Lundin - Indonesia Teknologi

Hovercraft Kartika

Hovercraft utility karya anak bangsa hasil kerjasama PT. Kabindo dengan TNI-AD dengan kecepatan maksimum 40 knot dan mampu mengangkut hingga 20 ton - Indonesia Teknologi

Hovercraft Indonesia

Hovercraft Lumba-lumba dengan kecepatan maksimum 33 knot dan mampu mengangkut 20 pasukan tempur produksi PT Hoverindo - Indonesia Teknologi

X18 Tank Boat Antasena

Tank Boat Antasena produk kerjasama PT Lundin dengan Pindad - Indonesia Teknologi

Sentry Gun UGCV

Kendaraan khusus tanpa awak dengan sistem robotik yang dirancang PT Ansa Solusitama Indonesia - Indonesia Teknologi

MT Harimau 105mm

Medium tank dengan kanon 105 mm produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Badak FSV 90mm

Kendaraan tempur dengan kanon 90 mm cockeril produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Panser Anoa APC

Kendaraan angkut militer produksi PT Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Tank SBS Pindad

Kendaraan militer prototype Pindad - Indonesia Teknologi

APC PAL AFV

Kendaraan angkut pasukan amfibi hasil modifikasi dari BTR-50 PM produksi PT PAL, Surabaya sehingga meninggkatkan keamanan dan daya jelajahnya - Indonesia Teknologi

MLRS Rhan 122B

Kendaraan militer multilaras sistem roket Rhan 122B produksi PT Delima Jaya - Indonesia Teknologi

PT44 Maesa

Kendaraan angkut militer produksi Indonesia - Indonesia Teknologi

MCCV

Mobile Command Control Vehicle (MCCV) kerjasama dengan PT PT Bhinneka Dwi Persada - Indonesia Teknologi

Ganilla 2.0

Kendaraan khusus dapur lapangan produksi PT Merpati Wahana Raya - Indonesia Teknologi

Komodo 4x4

Kendaraan militer taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Maung 4x4

Kendaraan taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Turangga APC 4x4

Kendaraan militer taktis produksi PT Tugas Anda dengan chassis kendaraan Ford 550 - Indonesia Teknologi

GARDA 4x4

Kendaraan militer taktis hasil karya anak bangsa - Indonesia Teknologi

ILSV

Kendaraan taktis Indonesia Light Strike Vehicle (ILSV) produksi PT Jala Berikat Nusantara Perkasa - Indonesia Teknologi

P1 Pakci

Kendaraan taktis angkut pasukan P1 Pakci produksi PT Surya Sentra Ekajaya (SSE), berbodi monokok dengan mesin diesel 3000 cc milik Toyota Land Cruiser - Indonesia Teknologi

P2 APC Cougar

Kendaraan taktis angkut pasukan produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) dengan mesin diesel turbo bertenaga 145 hp - Indonesia Teknologi

P3 APC Ransus Cheetah

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

P6 ATAV

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

DMV30T

Kendaraan taktis Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T) menggunakan mesin diesel 3000 cc Ford Ranger produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

Mobil Hybrid LIPI

Prototipe mobil tenaga hybrid produksi LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Listrik MARLIP (Marmut LIPI)

Prototipe mobil Listrik karya LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Nasional Esemka Digdaya

Mobil hasil karya anak SMK Solo dengan rancangan dari China - Indonesia Teknologi

Teknik Sosrobahu

Struktur pondasi jalan layang yang dapat digerakan 90° sehingga tidak memakan banyak tempat dan merupakan desain anak bangsa - Indonesia Teknologi

Selasa, 31 Januari 2017

Pesawat N219 Siap Uji Terbang Maret 2017

✈ Maret Pesawat N219 Siap Mengudara✈ Pesawat terbang N219 [PTDI]

Rencana terbang perdana pesawat N219 pada akhir 2016 tak sempat terlaksana lantaran terganjal permasalahan teknik serta pemeriksaan dokumen pesawat yang belum tuntas. Pesawat yang 100 persen dibuat anak bangsa itu diharapkan dapat mengudara pada Maret mendatang.

Penerbang perdana pesawat baru merupakan bagian dari rekayasa pesawat. Dalam proses itu, sejumlah parameter pesawat diuji. Untuk bisa mencakar angkasa, purwarupa pesawat harus memenuhi semua syarat kelayakan terbang. Berbagai dokumen pun diperiksa dan sejumlah tes juga harus dijalani hingga pesawat dinyatakan laik terbang.

Insya Allah, semua bisa selesai dalam dua bulan ke depan,” kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Andi Alisjahbana saat dihubungi melalui surat elektronik, dari Jakarta, Sabtu (21/1/2017).

N219 merupakan pesawat generasi kedua yang dibuat anak Indonesia yang didahului N250. Pesawat berkapasitas 19 penumpang itu didesain sebagai pesawat perintis yang mampu mendarat di landasan tanah, berumput, atau berkerikil, dengan panjang landasan 600 meter.

Pesawat ini juga dirancang multifungsi dengan konfigurasi angkutan penumpang, kargo, evakuasi medis, surveilans, dan patroli. Pesawat buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan PTDI itu adalah pesawat terbaru di kelasnya dan diklaim punya banyak keunggulan, termasuk kecanggihan teknologi yang digunakan.

Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin, berharap terbang perdana N219 dilakukan kuartal pertama 2017 dan semua proses sertifikasi bisa selesai tahun ini. Sehingga, produksi pesawat itu bisa dimulai pada tahun depan.

Semakin mundur penyelesaian sertifikasi dan terbang perdananya, produksi pesawat pun akan mundur sehingga kian besar peluang pasar pesawat berpenumpang 19 orang direbut pesaing,” terangnya.

Saat ini, pesawat sejenis di pasaran yang menjadi pesaing N219 adalah Yunshuji-12 (Y12E) buatan Harbin Aircraft Manufacturing Corporation (HAMC) Tiongkok dan de Havilland Canada-6 (DHC6) produksi Viking Air Kanada.

Meski demikian, Andi yakin keterlambatan itu tak berlangsung lama dan dampaknya bisa diminimalisir. Terlebih, N219 memiliki banyak keunggulan dibandingkan pesawat sejenis, mulai dari sisi teknologi, kapasitas kabin, dan kemampuan terbang pesawat.
 

  Angkasa  

Senin, 30 Januari 2017

✭ Kapal Tanpa Awak Antiradar Karya STTAL

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBisKNLzSCb5Y4W5du9T8dYR9xteXFq1o6vdenZ6ey4NSWJfTJAIVT186xixo7pJviS_vQGNJzCHPMBA7lr3gu4QUdDyz9NjEXd4VKcVB3mijay0ATuRrze2PrSOBR3hwMzuWrugEXab6r/s1600/Koran_Sindo_Nasional_2017-01-25_News_Kapal_Tanpa_Awak_Antiradar_Karya_Tentara_1.jpgKapal Tanpa Awak Antiradar Karya STTAL

Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) di bawah Kementerian Pertahanan (Kemenhan), dalam hal ini TNI AL, punya sumbangsih besar menuju kemandirian produksi alat utama sistem persenjataan (alutsista).

STTAL mewajibkan mahasiswanya berinovasi, menghasilkan karya tugas akhir (TA) berupa bagian pendukung, dan bahkan alutsista. Ini yang terlihat dari karyakarya TA di sela wisuda 130 perwira dan bintara lulusan STTAL di Gedung Moelyadi Bumimoro Surabaya, Jawa Timur, kemarin. Ada 24 produk yang dipamerkan dan bahkan diujicobakan di hadapan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi. Karya yang ada dihasilkan 36 perwira yang menempuh program magister (S-2) Analisis Sistem dan Riset Operasi (ASRO) Angkatan II serta III, 57 perwira yang menempuh program sarjana S-1 Angkatan XXXV, dan 37 bintara yang menempuh program Diploma 3 Angkatan IX di STTAL.

Salah satu hasil inovasi tugas akhir yang menarik KSAL Ade Supandi adalah kapal tanpa awak (drone). Selain antiradar karena beberapa lekukan yang presisi, kapal ini juga dilengkapi senjata. Saat diujicobakan di hadapan KSAL, bagian atasnya langsung terbuka dan secara hidrolis muncul laras senjata otomatis berupa meriam 7,6 mm. Laras bergerak kanan-kiri, atasbawah mencari sasaran tembak.

Sistem kerjanya pun terintegrasi jarak jauh. Kapal ini dikembangkan oleh Kapten Laut (T) Fandi Tri Prasetya, seorang wisudawan. Fandi menjelaskan, kapal hasil pengembangannya itu memiliki kemampuan siluman yang tidak terdeteksi radar dan memiliki serangan cepat (fast attack). Selain itu, kapal yang diberi nama Platform Stealth Fast Attack Vehicle ini juga didukung kemampuan laju mencapai 30 knot. ”Kapal ini memiliki daya tangkal terhadap ancaman pertahanan, khususnya di perairan, kepulauan, dan wilayah pantai,” terang Fandi.

Dari karya hasil pengembangannya ini, Fandi berharap mampu menjawab permasalahan keamanan, terutama maraknya kejahatan di laut, yakni penyelundupan narkoba, illegal fishing, illegal logging, human trafficking, dan pelanggaran batas wilayah negara. Karya lain yang juga menarik perhatian KSAL adalah robot otomatis pendeteksi dan penanda ranjau darat antitank berbasis Atmega 2560.

Robot ini dikembangkan Serka SAA Romadhon Junaidi serta Sertu Eko Sandi Budi Waluyo. Sensor logam yang terpasang mampu mendeteksi ranjau hingga kedalaman 6 sentimeter. Ketika ada ranjau, robot mengeluarkan bunyi. ”Ini harus kembangkan. Jangan hanya untuk kedalaman 6 sentimeter, tapi ditambah,” pinta Ade.
 

  Koran Sindo  

Minggu, 29 Januari 2017

Alutsista Indonesia ke Luar Negeri

Anoa Pindad [def.pk]

Berawal dari pembuatan senjata dan amunisi, Pindad kini sudah berkembang menjadi perusahaan besar yang dipercaya untuk memproduksi kendaraan perang.

Salah satu produk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu yang sempat menjadi buah bibir di masyarakat Indonesia adalah Anoa. Kendaraan panser amfibi ini adalah hasil pengembangan Pindad yang dilakukan sejak 1993 silam.

Dari data yang ada di laman resmi Pindad, jumlah Anoa yang berhasil dijual hingga saat ini adalah 260 unit, dengan berbagai model serta spesifikasi. Untuk membuat Anoa, Pindad menggandeng Renault sebagai pemasok mesin dan transmisinya.

Renault bukan satu-satunya perusahaan luar yang bekerja sama dengan Pindad. Baru-baru ini, Direktur Umum Pindad, Abraham Mose, meneken nota kesepahaman dengan Tata Motors, pada November tahun lalu.

Tak tanggung-tanggung, kolaborasi ini langsung membidik sasaran besar. Rencananya, Pindad akan menjadi basis produksi untuk kendaraan tempur, dengan skala ekspor. Untuk awalnya, kolaborasi ini akan fokus pada menciptakan kendaraan perang jenis amfibi.

Abraham mengatakan, ada tiga pertimbangan utama yang membuat Pindad tertarik berkolaborasi dengan Tata Motors.

Yang paling spesifik karena Tata Motors punya satu sasis yang bisa digunakan untuk berbagai macam kendaraan. Kedua, mereka mau berinvestasi. Dan ketiga, mau melakukan pengembangan bersama,” kata Abraham.

Kerja sama ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Salah satunya yakni Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta. Ia menuturkan, kolaborasi dengan Tata perlu dilakukan, jika Pindad ingin sukses merambah pasar dunia.

Kalau mau besar, ya harus berani kerja sama strategis dengan pemain dunia. India, menurut Global Fire Power, berada pada posisi keempat kekuatan militer terbesar di dunia. Tata Motors telah memiliki pengalaman dalam memproduksi kendaraan militer,” ungkapnya.

Melalui kerja sama itu, Sukamta berharap adanya transfer teknologi. Sehingga, Pindad dapat menguasai semua hal yang dibutuhkan oleh negara-negara penggunanya.

Selain itu, kami harapkan dengan kerja sama ini, Indonesia bisa memperluas pasar alutsista buatan dalam negerinya,” tuturnya.

 Bisnis Alutsista 
[​IMG]Perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri strategis tidak hanya Pindad. Ada PT Dirgantara Indonesia (DI) yang merakit pesawat dan helikopter dan PT PAL Indonesia yang melayani pembuatan kapal perang.

Selain itu, ada juga PT Dahana sebagai penyedia bahan peledak dan PT INTI serta PT LEN yang bergerak dalam bidang elektronika. Menurut data yang ada di Kementerian BUMN, nilai ekspor alutsista yang didapat dari PAL Indonesia tahun lalu yakni Rp 524 miliar. Angka itu didapat dari penjualan kapal perang Strategic Sealift Vessel (SSV) sebanyak satu unit.

Pembelinya adalah angkatan bersenjata Filipina. Secara total, Filipina memesan sebanyak dua kapal, dengan nilai penjualan lebih dari Rp 1 triliun.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno, mengatakan salah satu nilai tambah dari SSV yang dijual PT PAL adalah materialnya.

Bajanya seratus persen Indonesia, dari PT Krakatau Steel,” ujarnya.

Sementara itu, PT DI dikabarkan akan menutup 2016 dengan total penjualan senilai Rp 1,1 triliun. Angka itu berasal dari penjualan pesawat ke Thailand, Korea Selatan dan Senegal, serta penjualan komponen pesawat ke beberapa negara lainnya.

Sayangnya, disebutkan oleh Fajar, penjualan itu adalah dalam bentuk pesawat biasa, bukan untuk kepentingan militer. Sejauh ini, PT DI baru menjual alutsista berupa helikopter ke tiga matra di TNI.

Jika ditotal, nilai penjualan alutsista dari semua industri strategis BUMN diprediksi mencapai Rp 1,8 triliun. Angka ini jauh meningkat dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp 1,2 triliun.

Meski demikian, bila dibandingkan dengan nilai ekspor nonmigas sepanjang 2016, angka itu masih sangat kecil. Dilansir dari Badan Pusat Statistik, ekspor nonmigas 2016 mencapai US$ 144,43 miliar.

Kecilnya angka ekspor alutsista itu juga diakui oleh Fajar. Ia menuturkan, nilai ekspor yang didapat PT Pindad saat masih sangat rendah. “Masih kurang dari 15 persen dari total penjualan Pindad,” ungkapnya.

Persoalan seretnya penjualan alutsista ke luar negeri mendapat perhatian dari pengamat militer Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Kusnanto Anggoro. Ia mengatakan, salah satu penyebabnya adalah masalah kerja sama dengan pihak lain.

Ia mencontohkan, pada 2012 ada kesepakatan antara PAL Indonesia dengan Korea Selatan untuk membuat kapal selam di Indonesia. Sebanyak tiga unit.

Unit pertama akan dibuat di Korea Selatan, unit kedua dikerjakan bersama-sama dan unit ketiga digarap di Surabaya. “Namun ketika dilakukan assesment, PAL Surabaya tidak mempunyai kemampuan untuk itu, tidak memenuhi syarat dan seterusnya,” jelasnya.

Hal yang tidak jauh berbeda, diungkapkannya, juga terjadi saat kerja sama pembuatan peluru kendali dengan China. “Sampai sekarang macet dan tidak jalan. Karena China sudah menuntut, nanti kalau sudah jadi, kita (Indonesia) diminta ikut bantu jualan,” tuturnya.

Terkait kerja sama Pindad dengan Tata Motors, Kusnanto mewanti-wanti agar perjanjiannya diperjelas. Salah satunya berkaitan dengan transfer teknologi.

Menurutnya, transfer teknologi itu bukan hanya sekedar tenaga ahli Indonesia yang hanya dilatih dan dididik. Tetapi juga berapa banyak komponen lokal yang akan digunakan.

Karena dalam banyak kasus, kita kerja sama dengan suatu negara, tapi kita hanya dipakai sebagai batu loncatan untuk menjual saja. Pada akhirnya, hanya profit sharing saja,” ujarnya.

  VIVAnews  

Sabtu, 28 Januari 2017

Bangkit dari Keterpurukan

CN235 MPA TNI AU [Hindawan H]

Blok aluminium tampak menumpuk di pojok ruangan. Cetakan rangka pesawat juga terlihat di dalam ruangan seluas lapangan bola yang terletak di Jalan Padjadjaran nomor 154, Cicendo Husein Sastranegara Kota Bandung, Jawa Barat ini. Sejauh mata memandang, hanggar Tooling Shop Aerostructure PT DI ini didominasi oleh aluminium beragam bentuk dan ukuran.

Dari jauh terlihat ada kerumunan. Ternyata, Sulistiyanto (59), salah seorang karyawan yang terbilang senior di PT DI tengah dikelilingi sejumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sedang magang di perusahaan ini. Sambil memegang operator bor mesin, ia terlihat menjelaskan sesuatu kepada para siswa tersebut.

Saya masuk 8 Oktober 1981. Masuk pendidikan enam bulan di Tooling Design untuk mendukung kegiatan produksi pesawat,” ujar Sulistiyanto, Kamis, 26 Januari 2017.

Ia menuturkan, sama seperti perusahaan lain, PT DI juga sempat oleng terkena imbas krisis ekonomi pada 1997. “Semua perusahaan mengalami itu karena imbas krisis moneter. Hampir semua yang bareng satu diklat habis. Dari sekitar 15 orang, sekarang sisa tinggal dua,” ujarnya mengenang.

Irman Budiman mengamini. Manajer Hukum dan Humas PT DI ini mengatakan, krisis ekonomi global pada 1997 berdampak langsung pada kondisi perusahaan. “Isu politisnya tak lepas dari krisis yang menghentikan program N250 pada tahun 1998. PT DI mulai terpuruk dengan adanya kebijakan IMF untuk menghentikan program bantuan dana kepada PTDI,” ujarnya, Kamis, 26 Januari 2017.

Untuk bisa bertahan dan agar perusahaan tetap bisa jalan, PTDI membuat sejumlah program. Upaya itu dilakukan agar perusahaan tersebut tetap bisa bertahan. Salah satunya membuat mesin pencetak panci.

Saya tegaskan bahwa PT DI bukan membuat atau menjual panci. Tapi, PT DI membuat alat pencetaknya dan itu pun nilainya mahal bisa ratusan juta rupiah,” Irman menegaskan.

Kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal pada 2003 menambah buruk kondisi perusahaan. PHK ini berbuntut panjang. Kondisi ini diperparah dengan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang memailitkan PT DI pada 2007. Meski, pada tahun yang sama, Mahkamah Agung membatalkan putusan tersebut.

 Bangkit dari Keterpurukan 

http://media.viva.co.id/thumbs2/2017/01/27/588ae7be952e7-sorot-pabrik-ptdi_663_382.jpgSuasana pabrik PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung, Jawa Barat. [VIVA/ Suparman]

Putusan MA yang membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menjadi awal kebangkitan PTDI. “Dari situ mulai start kembali menuju perbaikan,” ujar Irman.

Ia menjelaskan, pada 2012 dan 2014, PTDI mendapatkan tambahan modal dari pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN), baik PMN noncash maupun PMN cash. PMN cash, PT DI dapat Rp 1,4 triliun, kemudian dapat Rp 400 miliar.

Semua itu untuk memperbaiki dan menambah permodalan PT DI, khususnya untuk peningkatan fasilitas produksi dan sumber daya,” dia menambahkan.

PMN merupakan bagian dari program restrukturisasi dan revitalisasi PT DI. PMN tersebut kemudian digunakan untuk membeli mesin baru, merekrut SDM baru yang dimulai pada 2012. Menurut Irman, pembelian mesin untuk fasilitas produksi diperlukan agar kapasitas produksi lebih besar.

Program restrukturisasi dan revitalisasi PTDI tersebut kini mulai menuai hasil. Sebab, program itu tak hanya membuat PT DI mampu bertahan, namun juga bisa memproduksi dan mengekspor pesawat. “PT DI sekarang banyak ngirim (ekspor) pesawat ke luar. Pesanan dari Kementerian Pertahanan juga banyak,” ujar Irman bangga.

Menurut dia, banyaknya pesanan dari dalam dan luar negeri membuktikan jika PT DI sudah kembali dipercaya. Saat ini, PT DI juga mengerjakan proyek dengan Airbus Group melalui Spirit Aerosystem.

Bahkan, PT DI menjadi single source untuk bagian sayap pesawat A320, A321 hingga yang terbesar A380. “Banyak pekerjaan komponen yang dibuat di PT DI saat ini,” dia menerangkan.

Produk-produk PTDI banyak yang diekspor ke sejumlah negara. Di antaranya Senegal, Venezuela, Uni Emirat Arab (UAE), Turki, Thailand, Brunei Darussalam, Pakistan, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, dan sejumlah negara lain.

Itu menandakan peningkatan kepercayaan pelanggan di luar, atas kualitas produk-produk yang dihasilkan PT DI. Sebagai contoh, saat ini PT DI seminggu sekali mengirim komponen bagian dari sayap pesawat Airbus A320, A321, A380 ke Inggris. Kemudian membuat dan mengirimkan badan pesawat dan bagian ekor helikopter ke Prancis,” ujarnya.

Selain dijual ke luar negeri, PT DI juga banjir pesanan dari dalam negeri. “Dalam negeri banyak. Kita pasti dapat pesanan dari Kementerian Pertahanan baik itu untuk Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Angkatan Darat. Baik Fixed Wing (pesawat bersayap) maupun Rotary Wing (Helikopter),” ujarnya menambahkan.

Irman mengklaim, banyaknya pesanan kepada PT DI menunjukkan jika perusahaan pelat merah tersebut sudah bangkit. “Ini merupakan bukti nyata bahwa PT DI sudah bangkit kembali. Permasalahan hukum dengan karyawan setelah PHK pada 2003 juga sudah selesai sepenuhnya tahun 2007. Saat ini tidak ada lagi permasalahan hukum terkait ketenagakerjaan sebagai imbas PHK tahun 2003 tersebut,” ujarnya.

  VIVAnews  

Jumat, 27 Januari 2017

[Video] Pandawa 35

✈ Kapal Tanpa Awak STTALVideo liputan NETtv perihal kapal tanpa awak inovasi mahasiswa STTAL.

Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut, kembangkan kapal tanpa awak dan anti radar. Kapal Ini, dapat digunakan untuk membantu operasi personel dalam menjalankan tugas.


  Youtube  

Kamis, 26 Januari 2017

PT PAL Serahkan PKR 10514 Pertama

Kapal Perang Bersistem Canggih PKR 10514 KRI REM 331 [Damen] ★

K
ebanggaan di awal tahun bagi Insan PAL Indonesia menyerahkan Kapal Perusak Kawal Rudal Pertama (PKR #1) hasil kerjasama Alih Teknologi dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda. Kapal perang canggih pesanan Kementerian Pertahanan ini bernomor lambung 331 bernama Raden Eddy Martadinata.

Rangkaian proses pembangunan Kapal PKR #1 diawali dengan berbarengan First Steel Cutting yang dilaksanakan di PT PAL INDONESIA (Persero) dan Galangan DSNS di Belanda pada 15 Januari 2014. Kemudian dilanjutkana dengan Keel Laying tanggal 16 April 2014, Launching tanggal 18 Januari 2016, dan Sea Trial 19 Desember 2016.

pkr-sigma-10514-re-martadinata-331-piet-sinke-4Kapal PKR#1 SIGMA Class 10514 merupakan kapal perang canggih jenis Frigate Class ini merupakan kapal perang atas air yang pertama kali dibangun di Indonesia dengan sisitem pembangunan sistem modul. Memiliki panjang 105.11 meter, lebar 14.2 meter, berkecepatan 28 knot, dapat berlayar sampai 5000 nm dan ketahanan berlayar mencapai 20 hari. Setiap modul kapal yang dibangun diintegrasikan di Indonesia, 2 dari 6 modul di bangun di Vlissingen-Belanda. Direktur Proyek DSNS Jeroen W menuturkan ini merupakan proyek yang menantang, karena menyatukan dua galangan dan dua budaya serta dua negara untuk menyelesaikannya. “kemampuan serta Kapabilitas kami kerahkan untuk memberikan Kapal yang berkualitas Internasional” imbuhnya.

Hal senada juga diutarakan Direktur Utama PT PAL INDONESIA (Persero) dengan mengusung semangat One Team One Goal. Kapal perang bersistem canggih pertama yang dibangun di Indonesia ini menjadi kebanggan serta semangat baru bagi Insan PAL Indonesia dalam menguasai perkembangan Teknologi Perkapalan. “Alih teknologi pembangunan kapal ini menyerap 330 personil PT PAL INDONESIA (Persero). Penyerahan kapal ini membuktikan PT PAL INDONESIA (Persero) siap dalam menjalankan tugas untuk membangun kapal perang” tegasnya. Kemampuan rancang bangun kapal perang karya Insan PAL Indonesia adalah wujud nyata peran aktif mempertahankan Kedaulatan NKRI.

pkr-sigma-10514-re-martadinata-331-piet-sinke-2Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kabaranahan Kemhan) Laksamana Muda TNI Leonardi, menyampaikan selamat kepada dua Galangan atas Joint Production proyek Kapal Perang tersebut. “Pengadaan kapal perang secara lengkap, baik bangunan kapal dan Integrated Weapon System pertama di Indonesia ini menjadi momentum kebanggan bagi kita semua” paparnya.

Kabaranahan berharap Industri dalam Negeri terutama PT PAL INDONESIA (Persero) sebagai Industri Strategis Matra Laut dapat meningkatkan kemampuannya untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Acara diakhiri dengan Kunjungan Ke Kapal PKR didampingi Irjenal, Laksamana Muda TNI TNI Tri Prasodjo, Asisten Logistik Kepala Staff Angkatan Laut, Laksamana Muda TNI Moelyadi dan Panglima Armada Kawasan Timur Indonesia, Laksamana Muda TNI Sudarwanto.

 SPESIFIKASI UMUM PKR : 

⚓ Length Overall : 105,11 m
⚓ Breadth : 14,02 m
⚓ Design Draught : 3.7 m
⚓ Displacement : 2365 tones
⚓ Range : 5000 nm @ 14 knots
⚓ Complement : 100 + 20 pax
⚓ Speed (trial) : 28 knots
⚓ Class : Lloyd Register

  PT PAL  

Rabu, 25 Januari 2017

PT DI To Launch Its Newest CN-245 Next Year

✈ N245  [PTDI]

State-owned aircraft manufacturer PT Dirgantara Indonesia (PT DI) is set to launch its newest CN-245 plane next year.

The company is still in the process of designing the plane, which is the derivative of CN-235 plane, PT DI President Director Budi Santoso said here on Tuesday.

"It is still being designed. God willing, we will start (producing it). It is the derivative of CN-235 plane. Hence, it is not a new plane because 80 percent of its components are same as those of CN-235 and 295. We hope it can fly in 2018," he added.

Budi stated that the manufacture of CN-245 could be completed in 2018 because it was not as difficult as that of CN-219.

"(The components of) CN-219 are all new. For CN-245, we will just produce its tail, while the other components are the same. Likewise, its certificate is also the same as that of CN-235," he remarked.

He pointed out that the company was in the process of applying for a certificate for CN-245 by cooperating with an aircraft manufacturer based in Toulouse, France.

"If we are to certify our product with EASA or the Federal Aviation Administration (FAA) by directly applying for it, then we would get the last turn," he added.

Airbus has expressed its support for the production of CN-245 because it would complement to its previous series, VN-235 and CN-295, he stated.

"God willing, the (certification) process will run quickly because it is not a new plane and nearly 80 percent of its components are already in place," he pointed out.

"The idea and design of CN-245 are purely that of Indonesians," he said.

CN-245 is a light plane developed with a capacity of carrying 30-50 people, he added.(*)

  antara  

PT Dahana Harus Dilindungi

PT Dahana [Dahana] ★

PT
Dahana (Persero) harus dilindungi dan dikembangkan keberadaannya mengingat merupakan perusahaan negara yang strategis dalam memproduksi bahan peledak, baik untuk kebutuhan militer maupun komersial.

Industri strategis pemerintah harus yang pegang dan kalau perlu harus mendominasi kalau memang tidak boleh monopoli. Bayangkan kalau industri strategis pembuat bahan peledak tak diawasi, bukan tak mungkin akan disusupi pihak tak bertanggungjawab yang malah berbahaya,” kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Edy Putra Irawady kepada pers di Subang, Jawa Barat, Selasa.

Hal tersebut disampaikan usai Diskusi Kelompok Terarah (FGD) Efek Penerapan Bea Masuk Anti Dumping Amonium Nitrat Terhadap Industri Bahan Peledak Hulu-Hilir dan Pengembangan Alutsista Dalam Negeri.

Menurutnya, sebagai BUMN yang strategis, bahan peledak yang diproduksi PT Dahana juga jangan sampai bocor baik mulai dari proses produksi hingga angkutan agar tidak disalahgunakan untuk keperluan teror.

Dalam usahanya juga harus mendapat dukungan dari semua kementerian dan lembaga agar mampu tumbuh pesat dan menghasilakan keuntungan di tengah persaingan industri bahan peledak asing.

Mengingat keberadaannya sangat strategis dan membutuhkan perhatian khusus, dia menilai PT Dahana tidak boleh diganggu mengingat bisa sebagai pendukung untuk perusahaan strategis lainnya seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, dan PT PAL Indonesia.

Mereka itu harus menjadi anak negara dan kita tidak boleh hitungan rugi-laba, harus dimanjakan dan dilindungi,” kata Edy.

Apalagi, tambahnya, PT Dahana saat ini sudah mampu memproduksi berbagai alat strategis seperti senjata jarak pendek dan menengah sehingga juga harus didukung perkembangan teknologinya.

Dia meyakini pengembangan industri pertahanan disatu sisi dapat memperkuat pertahanan nasional, sementara disisi ekonomi mendorong tumbuh kembangnya industri terkait.

Oleh karena itu, perlu memperkuat sinergitas antarkementerian dan lembaga dalam menetapkan arah kebijakan pengembangan industri alutsista,” tuturnya.

Direktur Utama PT Dahana (Persero) Budi Antono mengatakan, saat ini persaingan perdagangan internasional bahan peledak dinilai tak adil, mengingat banyak perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia membeli bahan peledak produksi Dahana dalam volume sedikit.

Banyak perusahaan pertambangan asing yang beroperasi di Indonesia lebih banyak membeli bahan peledak impor, sementara mereka hanya membeli sedikit produksi kita,” ungkapnya.

Padahal, katanya, kualitas dan harga bahan peledak produksi Dahana tak kalah bersaing dengan produksi impor, sehingga pemerintah perlu mendorong penggunaan produksi dalam negeri.

Dia menilai kondisi tersebut terjadi karena persaingan pasar bahan peledak di luar negeri sangat tidak adil, dan bahkan cenderung protektif sehingga bahan peledak PT Dahana seringkali dihambat. Produksi bahan peledak PT Dahana saat ini adalah “booster”, “detonator”, dan “dayagel magnum”.

Budi berharap pemerintah agar ikut intervensi dalam membantu BUMN tersebut, seperti dengan mendorong perusahaan pertambangan asing yang beroperasi di Indonesia lebih memprioritaskan menggunakan bahan peledak lokal.

  Antara  

Selasa, 24 Januari 2017

Serah Terima Kapal Perusak Kawal Rudal

Dihadiri Pangarmatim https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6tasBrc3FJhgqBVS39svyXGAzKvmBKcVRg7JbiYlJpI2poKsuYAhNLFe1AbDlqhJ0Esa1orFgBLNRToKCn293Terl48e8YzQVYDf6DDd_vI8Jko5otv_cq3Tv9S4HuZ30Fd_F2Z31kkbV/s1600/pkr+331++REM.jpgKRI Raden Edi Martadinata 331

Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda (Laksda) TNI Darwanto, S.H., M.A.P., menghadiri acara serah terima Alutsista baru berjenis Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR)-1 KRI Raden Edi Martadinata-331 dari PT PAL kepada Menteri Pertahanan Ryamirzad Ryachudu yang diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kabaranahan Kemhan) Laksda TNI Ir. Leonardi, M.Sc., dengan didampingi oleh Dirut PT PAL Indonesia (Persero) Ir. M. Firmansyah Arifin serta dihadiri, Asisten Operasi (Asops) Kasal Laksda TNI I.N.G.N. Ary Atmaja, S.E., Komandan Satgas PKR, pejabat teras Mabesal dan Koarmatim, di dermaga Divisi Kapal Perang PT.PAL Indonesia, Surabaya, Senin (23/01/2017).

Pada kesempatan tersebut, secara simbolis dilaksanakan penandatanganan naskah serah terima KRI Raden Edi Martadinata-331 dari Dirut PT Pal Indonesia dan (Persero) Project Director PKR DSNS Jeroen waalewijn kepada Kabaranahan. Selanjutnya, Kabaranahan menyerahkan kepada TNI AL yang diterima oleh Asisten Logistik (Aslog) Kasal Laksda TNI Mulyadi, S.Pi., M.A.P.,

Dalam sambutan Menhan yang di bacakan oleh Kabaranahan menyampaikan bahwa dalam pembangunan Kapal PKR-1. Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda selaku Main Contractor melaksanakan Transfer of Technology kepada PT PAL Indonesia dalam rangka meningkatkan kemampuan PT PAL Indonesia dalam pembangunan kapal perang. Program ini dilaksanakan melalui mekanisme Joint Production dimana untuk Kapal PKR-1 Modul 1,2,4 dan 6 dikerjakan oleh PT PAL Indonesia di Indonesia, sedangkan Modul 3 dan 5 dikerjakan oleh DSNS di Belanda.

Keberhasilan program ToT ini dibuktikan dengan telah diserahkannya Kapal PKR-1 yang baru dilaksanakan, Keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama yang baik dari semua pihak yang terkait serta keinginan yang kuat dan seluruh staf dijajaran DSNS dan PT PAL Indonesia untuk bisa memberikan yang terbaik bagi Bangsa dan Negara Indonesia di bidang pembangunan Kapal Perang. Semoga momentum kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua negara ini dapat terus ditingkatkan di masa masa mendatang.

Usai pelaksanaan serah terima Pangarmatim beserta Para pejabat terkait menerima Cinderamata dari Project Director PKR DSNS. Selanjutnya Kabaranahan beserta rombongan meninjau KRI Raden Edi Martadinata-331.

  TNI AL  

Produksi N219 Bisa Gerakkan Ekonomi

N219 [PTDI]

Jika tak ada kendala, pesawat N219 akan terbang perdana akhir Maret dan bisa diproduksi pada 2018. Produksi pesawat buatan perekayasa Indonesia itu diharapkan menggerakkan ekonomi, menghidupi industri pendukung, dan menumbuhkan kewirausahaan berbasis teknologi. Namun, itu butuh keberpihakan penuh dari pemerintah.

Tren global industri pesawat terbang, termasuk Airbus dan Boeing, ialah menyubkontrakkan sebagian pekerjaannya ke industri pendukung di seluruh dunia. Model itu bisa diterapkan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) saat memproduksi pesawat N219.

Itu konsep berbagi risiko agar perusahaan tak kelebihan beban, pekerjaan berkembang, dan jumlah tenaga kerja bisa dikelola,” kata Ketua Pusat Kerekayasaan Aeronautika Indonesia (Indonesian Aeronautical Engineering Center/IAEC) Hari Tjahjono, di Jakarta, Senin (23/1).

Wakil Ketua Asosiasi Industri Pesawat Terbang dan Komponen Pesawat Terbang Indonesia (Indonesia Aircraft and Component Manufacturer Association/Inacom) Adi Sasongko berpendapat senada. Hal itu bergantung pada PT DI dengan struktur organisasi besar dan biasa menggarap semua hal mandiri.

Pekerjaan pembuatan pesawat yang bisa disubkontrakkan ke industri pendukung umumnya bukan bagian inti pesawat yang bisa memengaruhi langsung performa pesawat. Pekerjaan itu terentang mulai dari perancangan atau desain pengembangan pesawat sampai produksi sejumlah komponen.

Menurut Hari, anggota IAEC, terdiri dari 26 industri kecil menengah dan 200 perekayasa dirgantara di Indonesia dan luar negeri, bisa diberdayakan untuk pengembangan N219 berbagai versi, seperti untuk pengawasan maritim atau jadi pesawat kombi. Itu butuh penghitungan ulang oleh perekayasa di luar PT DI agar PT DI fokus mengembangkan generasi pesawat baru.

Industri kecil menengah teknologi dirgantara ini tumbuh subur di India dan Singapura,” ujarnya.

Pembuatan komponen pesawat yang bisa diserahkan ke industri pendukung umumnya tak menyangkut keamanan dan keselamatan pesawat. Contohnya sistem pencahayaan panel ataupun sebagian sistem elektronik pesawat.

Namun, pembuatan sistem elektronik pesawat oleh industri pendukung rumit karena harus ada sertifikasi ketat,” kata Adi. Proses sertifikasi membuat sebagian industri pendukung belum siap menjadi penopang PT DI.

Direktur Teknik dan Pengembangan PT DI yang juga Ketua Inacom Andi Alisjahbana mengatakan, pelibatan anggota Inacom untuk memasok sebagian komponen, perkakas (tool), dan alat pengarah (jig) sedang berjalan.

Jika pemerintah ingin pembangunan teknologi tinggi yang memberikan multimanfaat ekonomi bagi masyarakat dan menumbuhkan kewirausahaan, perlu pelibatan industri kecil menengah pendukung. ”Itu tak bisa instan, harus disiapkan matang dalam peta jalan jelas,” ucapnya. (MZW)

  ♆ Kompas  

Senin, 23 Januari 2017

Kerajaan Majapahit Dijaga Lima Gugus Kapal Perang

Masing-masing dipimpin seorang laksamana.Armaja Majapahit

Di zaman keemasan kerajaan Majapahit pada abad XIII masa Prabu Hayam Wuruk ada dua tokoh militer jenius, yakni Mahapatih Gajahmada dan Laksamana Mpu Nala. Laksamana Mpu Nala sebagai Panglima Angkatan Laut Majapahit menempatkan puluhan kapal perang untuk menjaga lima titik penting perairan Nusantara.

Dalam buku Kisah Para Kesatria Penjaga Samudra karya Agus Soeroso dan Majapahit Peradaban Maritim karya karya Irawan Joko dituliskan kehebatan armada laut Majapahit. Armada gugus pertama bertugas di sebelah barat Sumatera sebagai gugus kapal perang penjaga Samudera Hindia di bawah pimpinan laksamana yang berasal dari Jawa Tengah. Armada gugus kedua kapal perang penjaga Laut Kidul atau sebelah selatan Jawa di bawah pimpinan seorang laksamana putra Bali.

Armada gugus ketiga bertugas menjaga perairan Selat Makassar dan wilayah Ternate, Tidore, dan Halmahera di bawah pimpinan seorang laksamana putra Makassar. Armada gugus keempat menjaga Selat Malaka dan Kepulauan Natuna di bawah pimpinan seorang laksamana dari Jawa Barat.

Terakhir adalah armada gugus kelima menjaga Laut Jawa hingga ke arah timur sampai kepulauan rempah-rempah Maluku. Armada Jawa itu mengibarkan bendera Majapahit ditambah lagi bendera emas simbol istana Majapahit biasanya dipimpin seorang laksamana berasal dari Jawa Timur.

Setiap armada gugus kapal perang terdapat kapal bendera tempat kedudukan pimpinan komando tertinggi bagi semua kapal penyerang, kapal perbekalan, dan pelindung kapal bendera. Dari kelima armada Majapahit itu, beban berat ialah menjaga perairan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan yang penuh perompak yang berpangkalan di sekitar wilayah Campa, Vietnam, dan Tiongkok.

Armada keempat yang menjaga Selat Malaka itu biasanya dibantu armada pertama penjaga Samudera Hindia jika perompak melarikan diri ke barat laut menyusuri Selat Malaka,” kata Dimas Cokro Pamungkas, budayawan Trowulan.

Begitu pula Armada Laut Selatan biasanya membantu Armada Jawa dalam menjaga keamanan kapal-kapal dagang pembawa rempah-rempah yang melalui Selat Sunda yang lebih aman menuju India dan Timur Tengah. Tugas lain armada Laut Kidul adalah menjaga Selat Bali dan perairan selatan Nusa Tenggara, bahkan di sebelah selatan pulau Bali terdapat galangan kapal-kapal Majapahit yang cukup besar.

Armada ketiga bertugas menjaga kapal penyusup dari wilayah Mindanao, Filipina, sekaligus menjaga kepulauan rempah-rempah Maluku jika kekuatan armada Jawa sedang dipusatkan di perairan Jawa untuk mengawal Sang Prabu Hayam Wuruk beranjangsana ke wilayah pesisir timur Jawa.

Armada Jawa adalah kekuatan terbesar armada gugus kapal perang Majapahit karena tugasnya paling berat menjaga pusat kerajaan istana Majapahit. Armada itu sekaligus menguasai jalur laut menuju kepulauan rempah-rempah Maluku yang dikuasai langsung pemerintah pusat Majapahit.

Setiap kapal perang Majapahit bersenjatakan meriam Jawa yang disebut cetbang Majapahit. Pandai besi yang mengecor meriam itu berada di Blambangan. Cetbang Majapahit adalah karya penemuan Mahapatih Gajahmada yang konon pernah diasuh tentara Mongol atau Tartar yang menyerang kerajaan Singosari dengan kekuatan 1.000 kapal.

Semua jenis kapal perang Majapahit, mulai kapal perbekalan hingga kapal bendera adalah kreasi jenius dari Mpu Nala yang sekaligus seorang laksamana laut yang andal. Nala menciptakan kapal-kapal dari sejenis kayu raksasa yang hanya tumbuh di sebuah pulau yang dirahasiakan. Pohon raksasa dan cocok untuk dibuat kapal itulah yang membuat kapal-kapal Majapahit cukup besar ukurannya di masa itu.

Setelah Gajahmada dan Mpu Nala wafat, kekuatan Majapahit pun berangsur lemah, apalagi tatkala terjadi Perang Paregreg, kapal-kapal Majapahit saling serang satu sama lain dan kehancuran tak terelakkan lagi bagi seluruh armada,” ujar Dimas.

Setelah Majapahit lemah, hanya tersisa armada Jawa yang menguasai perairan Laut Jawa dan jalur laut menuju kepulauan rempah-rempah. Kemudian datang bangsa kulit putih yang tujuan utamanya ialah menguasai daerah penghasil rempah-rempah itu dengan modal kapal-kapal gesit dan lincah, tidak terlalu besar ukurannya dibanding kapal Majapahit.

Kapal asing itu bersenjata lebih unggul meriam yang bisa memuntahkan bola-bola besi dengan jarak tembak lebih jauh daripada kemampuan jarak tembak cetbang Majapahit. (one)
 

  VIVAnews  

Minggu, 22 Januari 2017

Peluncuran Kapal AT-2

⚓️ Oleh DKB IndonesiaSeremoni peluncuran kapal Landing Ship Tank (LST) KRI Teluk Kupang 519 [Twitter DKB]

Selasa 17 Januari 2017 bertempat di Shipyard Jakarta II PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) telah dilaksanakan seremoni peluncuran Kapal Angkut Tank-2 (AT-2).

Kapal AT-2 merupakan salah satu dari dua Kapal AT (Angkut Tank) pesanan Kementerian Pertahanan RI yg diproduksi oleh PT DKB dengan nama KRI Teluk Kupang 519.

Seremoni Peluncuran Kapal AT-2 dihadiri oleh Laksamana Muda TNI Bpk Ir. Leonardi, MS.c selaku Kepala Baranahan Kementerian Pertahanan RI.

Dalam sambutannya Bpk.S.A. Bandung Bismono selaku Dirut PT DKB berharap penyelesaian pembangunan Kapal AT-2 ini terus berjalan dengan baik sampai diserahterimakan.

Acara dilanjutkan dengan penekanan tombol sirine oleh Kabaranahan Kemhan RI sebagai tanda bahwa Kapal AT-2 telah resmi diluncurkan kemudian penanda tanganan Berita Acara Peluncuran Kapal AT-2 oleh Kabaranahan Kemhan RI dan Dirut PT DKB dan acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan pelepasan Balon KRI Teluk Kupang 519 oleh Dirut PT DKB.

  ⚓️ DKB  

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More