Dua pesawat hilang dari radar dengan misterius di atas laut, namun pesawat AirAsia QZ8501 diprediksi akan lebih mudah ditemukan dibanding MH370. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Dua insiden besar menimpa maskapai asal Malaysia di perairan Asia; Malaysia Airlines MH370 dan AirAsia QZ8501. Keduanya hilang tanpa ada sinyal bahaya sebelumnya, tidak ada puing pesawat, tidak ada tanda-tanda di air dan menyisakan banyak misteri.
Walau dua peristiwa ini terdengar serupa namun para ahli menyebutkan beberapa poin yang menunjukkan insiden MH370 dan QZ8501 punya perbedaan yang signifikan.
Berikut empat poin yang menunjukkan perbedaan dua peristiwa tersebut:
1. Penyebab insiden jauh berbeda
Pada kasus MH370, pesawat tiba-tiba hilang dari radar saat transponder diduga dimatikan secara sengaja. Pilotnya berhenti mengirimkan transmisi radio dan pesawat berbelok tiba-tiba dan disinyalir terbang selama berjam-jam sebelum jejaknya hilang di Samudera Hindia sebelah barat Australia, 8 Maret lalu.
Hilangnya MH370 menimbulkan banyak spekulasi, salah satunya adalah pembajakan dan sabotase.
Namun hal serupa tidak ditemui pada kasus AirAsia.
"Dalam kasus ini ada komunikasi normal dengan pilot, kondisi cuaca yang sulit, buruk, dan meminta untuk menaikkan ketinggian agar bisa menghindarinya," kata Peter Goelz, ahli penerbangan dan mantan pejabat Dewan Keamanan Transportasi Nasional AS.
2. Kondisi laut hilangnya QZ8501 lebih dangkal
Selain dangkal, perairan hilangnya QZ8501 adalah jalur pelayaran, membuat puing lebih mudah ditemukan. Sementara MH370 diduga hilang di perairan dalam.
Permukaan dasar laut di Samudera Hindia belum dipetakan, semakin mempersulit penginderaan bawah laut.
Dalam kasus AirAsia, jika pesawat jatuh di laut, kemungkinan berada di kedalamann tidak lebih dari beberapa ratus kaki dari permukaan laut. Menemukan dan mengevakuasinya diduga jauh lebih mudah.
3. Maskapai dan pemerintah banyak belajar dari MH370
Dalam beberapa jam setelah MH370 hilang Maret lalu, maskapai dan pemerintah Malaysia kebingungan. Para pejabat pemerintah yang bertugas menyampaikan informasi terkadang membingungkan dan bertentangan satu sama lain.
Keluarga penumpang dan kru mengeluh soal perlakuan dari maskapai. Sementara pada kasus QZ8501 hal ini tidak terjadi.
Keluarga penumpang AirAsia mendapatkan dukungan yang mereka perlukan. CEO AirAsia Tony Fernandes mengatakan dalam akun Twitternya bahwa dia akan melakukan apapun untuk membantu keluarga penumpang, berhasil meningkatkan moral keluarga korban.
Pencarian juga dinilai lebih efisien. Pemerintah Indonesia dengan cepat mengumumkan rencana pencarian, menurunkan kapal dari Angkatan Laut, dan banyak negara menawarkan bantuan.
Ahli penerbangan CNN Will Ripley memuji Fernandes dalam kasus ini.
"Apa yang dia lakukan adalah apa yang tidak dilakukan oleh Malaysia Airlines pada jam-jam awal hilangnya pesawat, beberapa hari dan minggu pertama, sangat transparan, menyadari bahwa ini adalah situasi yang gawat," kata Ripley.
Goelz sepakat.
"Dalam kasus ini, maskapai dan pemerintah selaras, dan mereka sangat mengedepankan keluarga penumpang, sebuah cara yang tepat," kata Goelz.
4. Pencarian QZ8501 diprediksi tidak akan lama
Sudah lebih dari 10 bulan MH370 hilang tanpa jejak. Namun hal serupa diprediksi tidak akan terjadi dengan QZ8501.
Ada titik pasti hilangnya pesawat dari radar dan radius pencarian lebih kecil serta perairannya dangkal.
Steven Wallace, mantan direktur Badan Penerbangan Federal AS divisi Penyelidikan Kecelakaan mengatakan bahwa pesawat AirAsia akan lebih mudah ditemukan.
"Saya tidak kaget jika pesawat ini ditemukan dalam 12 jam ke depan di siang hari, karena mereka tahu lokasi pesawat, perairan itu juga hanya berkedalaman 150 kaki, lebih dangkal jika dibandingkan 10 ribu atau 20 ribu kaki di Samudera Hindia," kata Wallace.
♞ CNN
Dua insiden besar menimpa maskapai asal Malaysia di perairan Asia; Malaysia Airlines MH370 dan AirAsia QZ8501. Keduanya hilang tanpa ada sinyal bahaya sebelumnya, tidak ada puing pesawat, tidak ada tanda-tanda di air dan menyisakan banyak misteri.
Walau dua peristiwa ini terdengar serupa namun para ahli menyebutkan beberapa poin yang menunjukkan insiden MH370 dan QZ8501 punya perbedaan yang signifikan.
Berikut empat poin yang menunjukkan perbedaan dua peristiwa tersebut:
1. Penyebab insiden jauh berbeda
Pada kasus MH370, pesawat tiba-tiba hilang dari radar saat transponder diduga dimatikan secara sengaja. Pilotnya berhenti mengirimkan transmisi radio dan pesawat berbelok tiba-tiba dan disinyalir terbang selama berjam-jam sebelum jejaknya hilang di Samudera Hindia sebelah barat Australia, 8 Maret lalu.
Hilangnya MH370 menimbulkan banyak spekulasi, salah satunya adalah pembajakan dan sabotase.
Namun hal serupa tidak ditemui pada kasus AirAsia.
"Dalam kasus ini ada komunikasi normal dengan pilot, kondisi cuaca yang sulit, buruk, dan meminta untuk menaikkan ketinggian agar bisa menghindarinya," kata Peter Goelz, ahli penerbangan dan mantan pejabat Dewan Keamanan Transportasi Nasional AS.
2. Kondisi laut hilangnya QZ8501 lebih dangkal
Selain dangkal, perairan hilangnya QZ8501 adalah jalur pelayaran, membuat puing lebih mudah ditemukan. Sementara MH370 diduga hilang di perairan dalam.
Permukaan dasar laut di Samudera Hindia belum dipetakan, semakin mempersulit penginderaan bawah laut.
Dalam kasus AirAsia, jika pesawat jatuh di laut, kemungkinan berada di kedalamann tidak lebih dari beberapa ratus kaki dari permukaan laut. Menemukan dan mengevakuasinya diduga jauh lebih mudah.
3. Maskapai dan pemerintah banyak belajar dari MH370
Dalam beberapa jam setelah MH370 hilang Maret lalu, maskapai dan pemerintah Malaysia kebingungan. Para pejabat pemerintah yang bertugas menyampaikan informasi terkadang membingungkan dan bertentangan satu sama lain.
Keluarga penumpang dan kru mengeluh soal perlakuan dari maskapai. Sementara pada kasus QZ8501 hal ini tidak terjadi.
Keluarga penumpang AirAsia mendapatkan dukungan yang mereka perlukan. CEO AirAsia Tony Fernandes mengatakan dalam akun Twitternya bahwa dia akan melakukan apapun untuk membantu keluarga penumpang, berhasil meningkatkan moral keluarga korban.
Pencarian juga dinilai lebih efisien. Pemerintah Indonesia dengan cepat mengumumkan rencana pencarian, menurunkan kapal dari Angkatan Laut, dan banyak negara menawarkan bantuan.
Ahli penerbangan CNN Will Ripley memuji Fernandes dalam kasus ini.
"Apa yang dia lakukan adalah apa yang tidak dilakukan oleh Malaysia Airlines pada jam-jam awal hilangnya pesawat, beberapa hari dan minggu pertama, sangat transparan, menyadari bahwa ini adalah situasi yang gawat," kata Ripley.
Goelz sepakat.
"Dalam kasus ini, maskapai dan pemerintah selaras, dan mereka sangat mengedepankan keluarga penumpang, sebuah cara yang tepat," kata Goelz.
4. Pencarian QZ8501 diprediksi tidak akan lama
Sudah lebih dari 10 bulan MH370 hilang tanpa jejak. Namun hal serupa diprediksi tidak akan terjadi dengan QZ8501.
Ada titik pasti hilangnya pesawat dari radar dan radius pencarian lebih kecil serta perairannya dangkal.
Steven Wallace, mantan direktur Badan Penerbangan Federal AS divisi Penyelidikan Kecelakaan mengatakan bahwa pesawat AirAsia akan lebih mudah ditemukan.
"Saya tidak kaget jika pesawat ini ditemukan dalam 12 jam ke depan di siang hari, karena mereka tahu lokasi pesawat, perairan itu juga hanya berkedalaman 150 kaki, lebih dangkal jika dibandingkan 10 ribu atau 20 ribu kaki di Samudera Hindia," kata Wallace.
♞ CNN
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.