Yogyakarta - Tim Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta di Desa Pudak Wetan, Kabupaten
Ponorogo, Jawa Timur, memanfaatkan urine sapi menjadi pupuk cair
organik.
"Urine sapi yang selama ini dianggap limbah sebenarnya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk cair yang kualitasnya dapat diandalkan untuk menggantikan pupuk kimia," kata Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Ali Agus di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, pupuk cair organik itu memiliki kandungan unsur hara yang lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk kimia. Dengan pengolahan sederhana urine sapi dapat diubah menjadi pupuk cair yang nilainya lebih tinggi.
"Pembuatan pupuk cair dapat dilakukan dengan cara sederhana. Teknologi pembuatan pupuk cair berbahan dasar urine mudah, murah, dan memberi banyak manfaat bagi petani dan peternak. Pupuk cair dibuat dengan bahan dasar urine, feses, starter, molasses, dan air," katanya.
Ia mengatakan, untuk menghasilkan pupuk cair sebanyak 80 liter, dibutuhkan urine sebanyak 40 liter dicampur sedikit feses, dua buah nanas sebagai sumber bakteri, molasses dua liter sebagai sumber makanan bakteri, dan air 35 liter.
"Urine dan feses ditaruh dalam satu drum plastik, sedangkan nanas, molasses, dan air dicampur dalam drum yang berbeda. Kedua drum diperam selama dua minggu dan diaduk setiap hari, dua minggu kemudian baru dicampur, diperam satu minggu dan pupuk cair sudah siap digunakan," katanya.
Menurut dia, dengan tema pokok KKN "Pemberian Suplementasi HQFS pada Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Sumber Rejeki Desa Pudak Wetan, Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo,Jawa Timur", masyarakat merasa puas sekaligus antusias dengan pembuatan pupuk cair oleh mahasiswa KKN PPM UGM.
"Masyarakat Pudak Wetan yang mayoritas petani dan peternak ruminansia merupakan masyarakat yang memiliki potensi besar penghasil pupuk cair. Feses dari ternak selama ini sudah dimanfaatkan menjadi biogas, tetapi urinenya belum dimanfaatkan," katanya.
Oleh karena itu, tim KKN PPM UGM Unit JTM 11 di Desa Pudak Wetan memberikan penyuluhan dan praktik pembuatan pupuk cair organik dari urine sapi.
"Tim KKN PPM UGM JTM 11 bekerja sama dengan Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM memberikan penyuluhan sekaligus praktik langsung pembuatan pupuk cair organik kepada 40 warga perwakilan masyarakat dari empat dusun di Desa Pudak Wetan," katanya.
"Urine sapi yang selama ini dianggap limbah sebenarnya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk cair yang kualitasnya dapat diandalkan untuk menggantikan pupuk kimia," kata Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Ali Agus di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, pupuk cair organik itu memiliki kandungan unsur hara yang lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk kimia. Dengan pengolahan sederhana urine sapi dapat diubah menjadi pupuk cair yang nilainya lebih tinggi.
"Pembuatan pupuk cair dapat dilakukan dengan cara sederhana. Teknologi pembuatan pupuk cair berbahan dasar urine mudah, murah, dan memberi banyak manfaat bagi petani dan peternak. Pupuk cair dibuat dengan bahan dasar urine, feses, starter, molasses, dan air," katanya.
Ia mengatakan, untuk menghasilkan pupuk cair sebanyak 80 liter, dibutuhkan urine sebanyak 40 liter dicampur sedikit feses, dua buah nanas sebagai sumber bakteri, molasses dua liter sebagai sumber makanan bakteri, dan air 35 liter.
"Urine dan feses ditaruh dalam satu drum plastik, sedangkan nanas, molasses, dan air dicampur dalam drum yang berbeda. Kedua drum diperam selama dua minggu dan diaduk setiap hari, dua minggu kemudian baru dicampur, diperam satu minggu dan pupuk cair sudah siap digunakan," katanya.
Menurut dia, dengan tema pokok KKN "Pemberian Suplementasi HQFS pada Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Sumber Rejeki Desa Pudak Wetan, Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo,Jawa Timur", masyarakat merasa puas sekaligus antusias dengan pembuatan pupuk cair oleh mahasiswa KKN PPM UGM.
"Masyarakat Pudak Wetan yang mayoritas petani dan peternak ruminansia merupakan masyarakat yang memiliki potensi besar penghasil pupuk cair. Feses dari ternak selama ini sudah dimanfaatkan menjadi biogas, tetapi urinenya belum dimanfaatkan," katanya.
Oleh karena itu, tim KKN PPM UGM Unit JTM 11 di Desa Pudak Wetan memberikan penyuluhan dan praktik pembuatan pupuk cair organik dari urine sapi.
"Tim KKN PPM UGM JTM 11 bekerja sama dengan Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM memberikan penyuluhan sekaligus praktik langsung pembuatan pupuk cair organik kepada 40 warga perwakilan masyarakat dari empat dusun di Desa Pudak Wetan," katanya.
1 komentar:
Pemanfaatan air seni sapi sebagai pupuk cair dilakukan oleh Prof. Doktor Setiono Hadi (nomer 3 ahli mikroba dunia). Sebelom tahun 2007 sudah ada pupuk cair buatan Pak Setioon, sayang tidak dihargai pemerintah.
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.