Menurut Dasep, pada peluncuran itu mereka akan mengeluarkan delapan unit bis yang bertenaga listrik. Meski tempatnya belum ditentukan, Dasep memastikan masih dalam kawasan Jakarta. Dia berharap masyarakat akan menyukai bus tersebut. "Pertama delapan unit dulu," katanya.
Dasep menolak anggapan bahwa mereka mengejar penyelesaian mobil listrik lantaran maraknya mobil murah ramah lingkungan (low cost green car atau LCGC). Menurut dia, mobil yang diciptakannya itu berbeda dari mobil murah, seperti Toyota Agya. Secara teknologi, mobil yang dia produksi berteknologi baru karena memakai mesin berkekuatan listrik. "Segment-nya beda, harganya juga beda, ini tipe bus," kata dia.
Harga bus yang akan dikeluarkan itu berkisar Rp 1 miliar. Dasep berharap pemerintah mendorong peluncuran mobil listrik tersebut karena merupakan asli produksi lokal. Dorongan yang dimaksud Dasep bukan saja masalah regulasi mobil listrik yang belum keluar, tapi pemerintah harus melindungi perkembangan mobil listrik. "Masa kami dinomor duakan," katanya. "Proteksi pasar diperhatikan, perlindungannya juga."
Pemerintah, kata Dasep, tidak boleh diam dan hanya memperhatikan mobil murah yang sebenarnya produksi perusahaan luar negeri. Dasep mengakui sampai saat ini mereka masih di bawah naungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Jangan sampai kita ketinggalan," katanya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo merasa keberatan dengan adanya program mobil murah. Jokowi--sebutan populer untuk Joko Widodo--mengklaim adanya mobil murah dapat menambah jumlah kendaraan yang masuk ibu kota sehingga akan memperparah kemacetan.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.