blog-indonesia.com

Selasa, 17 September 2013

Ponsel Pintar Made in Bandung

http://images.detik.com/content/2013/09/17/1036/085738_imoimo.jpgJakarta - BUMN informasi dan teknologi (IT), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) mampu memproduksi berbagai telepon seluler (ponsel) hingga tablet canggih. BUMN yang berkantor pusat di Bandung, Jawa Barat ini memproduksi ponsel dan tablet merek IMO sejak tahun 2011.

"IMO kita memproduksi yang tablet. Sebenarnya kalau dari proses produksi yang seperti apapun bisa kita produksi, nggak ada masalah," kata Direktur Utama Tikno Sutisna kepada detikFinance, Selasa (17/9/2013).

Menurutnya produk-produk tablet merek IMO produksi INTI sempat bersaing ketat dengan merek-merek gadget sekelas Apple dan Samsung.

"Telepon tablet. IMO sempat bisa pegang pangsa pasar ke-3 setelah Apple dan Samsung, baru IMO tetapi saat ini kadang kala short timingnya. Namanya persaingan consumer-nya ketat," sebutnya

Disebutkan Tikno, INTI telah memproduksi berbagai produk gadget telekomunikasi generasi awal hingga terbaru. Namun produksi gadget jenis tablet ataupun ponsel pintar harus dihentikan karena ketatnya persaingan dan faktor eksternal seperti pajak.

"Kalau bicara mulai telepon mobile pertama yang besar PT INTI yang produksi pertama terus kami memproduksi pesawat telepon, telepon meja, telepon umum kemudian PT Inti group bekerjasama untuk Nexian (ponsel GSM/CDMA)," katanya.(feb/hen)

BUMN Ini Setop Produksi Ponsel Pintar Made in Bandung, Kenapa?

PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) sempat memproduksi ponsel pintar alias smartphone dan tablet canggih. Gadget canggih ini bermerek IMO.

Gadget canggih dengan merek IMO yang dibuat dan dirancang di Bandung, Jawa Barat ini pun sempat menjadi ponsel hingga tablet terfavorit.

Namun produksi ponsel pintar harus terhenti. Direktur Utama IMO Tikno Sutisna menjelaskan ada banyak faktor yang membuat pihaknya menghentikan produksi. Salah satunya soal perpajakan yang berpengaruh terhadap harga komponen yang harus diimpor.

"Kita masalah ekosistem ada masalah perpajakan masalah industri komponen dan sebagainya. Salah satunya pajak di dalam membangun industri," ucap Tikno kepada detikFinance, Selasa (18/9/2013).

Diakuinya membangun industri produk-produk telekomunikasi seperti ponsel pintar diperlukan lingkungan industri yang mendukung. Hal ini dinilai penting agar produk bisa berkembang dan kompetitif di pasar.

"Kita bicara industri itu ekosistem. Mulai industri di pelabuhan bea dan cukai, lembaga pendidikan, lembaga internal penelitian di Indonesia mampu produksi model baru nggak? Industri nggak bisa bicara sendirian. Kalau kita ingin membangun industri, bukan sekedar pabrik dan barang," sebutnya.

Diakuinya, INTI dalam memproduksi ponsel masih memerlukan komponen impor. Sehingga aturan perpajakan dan fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar sangat berpengaruh terhadap harga komponen yang diimpor.

"Industri komponen lemah. Banyak belinya valas," terangnya.(feb/dru)


  detik 

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More