Jakarta - Pendidikan teknologi robotik kurang diminati baik oleh tenaga pendidik maupun anak didik.
"Peminatnya kurang, pendidikan teknologinya juga kurang diajarkan di sekolah-sekolah," kata Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia Untuk UNESCO pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) Arief Rachman dalam acara Indonesian Robotic Olympiad (IRO) 2013 di Jakarta, Sabtu.
Menurut Arief, pendidikan teknologi yang diterapkan dengan baik bisa memberikan nilai positif seperti kecerdasan emosi, inteligensia, kemampuan bersosial kemasyarakatan dan membuat anak jadi lebih sehat.
"Mereka kuat dalam konsentrasi, penuh ketelitian, presisi serta tidak mudah puas, mau terus mencoba mengembangkan kreatifitas," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Penyelenggara Indonesian Robotic Olympiad 2013 Bambang Rusli juga mengungkapkan kurangnya minat guru-guru sekolah terhadap pendidikan robotik.
"Kami dari Mikrobot juga memberikan pelatihan ilmu robotik kepada pengajar, tapi terkendala pemikiran konservatif mereka (pendidik)," katanya.
Diceritakan Bambang, saat menawarkan untuk memberikan pelatih robotik pada guru-guru di sejumlah sekolah, banyak pendidik yang merasa ilmu robotik tidak berkontribusi langsung pada sekolah.
"Misalnya mereka berpikir 'kalau belajar robotik murid yang masuk ke sekolah kami bertambah atau tidak?' hal-hal yang konservatif seperti itu," katanya.
Belum lagi masalah sumber daya manusia yang kurang memahami soal teknologi robotik yang masih tergolong baru di Indonesia.
"Masih kurang memang kalau dulu. Sekarang sudah sedikit berbeda, masyarakat kini terbuka, tapi masih kurang di SDM," ujarnya.
"Peminatnya kurang, pendidikan teknologinya juga kurang diajarkan di sekolah-sekolah," kata Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia Untuk UNESCO pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) Arief Rachman dalam acara Indonesian Robotic Olympiad (IRO) 2013 di Jakarta, Sabtu.
Menurut Arief, pendidikan teknologi yang diterapkan dengan baik bisa memberikan nilai positif seperti kecerdasan emosi, inteligensia, kemampuan bersosial kemasyarakatan dan membuat anak jadi lebih sehat.
"Mereka kuat dalam konsentrasi, penuh ketelitian, presisi serta tidak mudah puas, mau terus mencoba mengembangkan kreatifitas," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Penyelenggara Indonesian Robotic Olympiad 2013 Bambang Rusli juga mengungkapkan kurangnya minat guru-guru sekolah terhadap pendidikan robotik.
"Kami dari Mikrobot juga memberikan pelatihan ilmu robotik kepada pengajar, tapi terkendala pemikiran konservatif mereka (pendidik)," katanya.
Diceritakan Bambang, saat menawarkan untuk memberikan pelatih robotik pada guru-guru di sejumlah sekolah, banyak pendidik yang merasa ilmu robotik tidak berkontribusi langsung pada sekolah.
"Misalnya mereka berpikir 'kalau belajar robotik murid yang masuk ke sekolah kami bertambah atau tidak?' hal-hal yang konservatif seperti itu," katanya.
Belum lagi masalah sumber daya manusia yang kurang memahami soal teknologi robotik yang masih tergolong baru di Indonesia.
"Masih kurang memang kalau dulu. Sekarang sudah sedikit berbeda, masyarakat kini terbuka, tapi masih kurang di SDM," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.