Jakarta
☆ Perang di era modern tak
lagi saling berhadapan. Tapi melibatkan persenjataan canggih, termasuk
rudal. Sekali tembak, nyawa ribuan orang di posisi target, yang jauhnya
ratusan hingga ribuan kilometer, niscaya terancam.
Maka dari itu, rudal penangkal sebagai sistem pertahanan alternatif, menjadi wajib dimiliki. Saat ini, TNI Angkatan Udara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dan PT Dahana, sedang mengembangkan rudal Penangkis Serangan Udara (PSU) jarak sedang. Senjata anti-rudal ini akan dikembangkan dari roket-roket yang telah berhasil dibuat Lapan.
Lapan telah berhasil meluncurkan beberapa tipe roket seperti RX-420 yang memiliki daya jangkau di atas 100 km. Lapan juga sedang mengembangkan roket berdaya jangkau 200 km lebih yaitu RX-550.
"Iya dari pengembangan roket Lapan sebelumnya. Mereka sudah berhasil, peluncurannya sudah lurus. Cuman isiannya, pendorongnya itu masih dikembangkan terus," ucap Kadispen TNI AU Marsekal Pertama (Marsma) Hadi Tjahjanto saat dihubungi, Jakarta, Selasa (25/02/2014).
Hadi menambahkan, saat ini permasalahan untuk rudal penangkis udara terjadi pada propelannya. Rencananya beberapa tahun ke depan propelan ini sudah bisa diperbaiki dan dilakukan uji coba kembali.
"2 atau 3 tahun ke depan isiannya atau propelannya itu sudah ditemukan akan dibuat uji coba lagi. Kalau memang bagus akan ditawarkan pada BUMN atau Bumnis (Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis)," imbuh pria berkumis ini.
Apakah pengembangan ini untuk rudal jarak sedang atau jauh?
"Nanti kalau propelannya itu sudah teruji tinggal isiannya mau dibuat jarak sedang atau jauh. Kalau nama rudal nunggu sudah jadi baru dari BUMN dengan Kemenhan yang nanti ngasih nama rudalnya," jawab Hadi.
Saat ini TNI AU hanya memiliki PSU yang aktif dari kelas jarak pendek seperti Oerlikon, Starstrek, VL Mica dan lain-lain. Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menuturkan saat ini pihaknya sedang menjajaki PSU untuk jarak sedang. Rencana ini akan disusun di Minimum Esential Force (MEF) rentra kedua (2015-2019).
"Untuk 10 sampai 100 km itu perlu kendali jarak sedang, sekarang kita lagi diproses. Mudah-mudahan segera melengkapi sistem pertahanan kita," kata Putu saat menerima 16 unit pesawat T-50i dari Korea Aerospace Industry (KAI) di Lanud Halim Perdakusuma, Jakarta Timur, Kamis 13 Februari 2014.
Maka dari itu, rudal penangkal sebagai sistem pertahanan alternatif, menjadi wajib dimiliki. Saat ini, TNI Angkatan Udara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dan PT Dahana, sedang mengembangkan rudal Penangkis Serangan Udara (PSU) jarak sedang. Senjata anti-rudal ini akan dikembangkan dari roket-roket yang telah berhasil dibuat Lapan.
Lapan telah berhasil meluncurkan beberapa tipe roket seperti RX-420 yang memiliki daya jangkau di atas 100 km. Lapan juga sedang mengembangkan roket berdaya jangkau 200 km lebih yaitu RX-550.
"Iya dari pengembangan roket Lapan sebelumnya. Mereka sudah berhasil, peluncurannya sudah lurus. Cuman isiannya, pendorongnya itu masih dikembangkan terus," ucap Kadispen TNI AU Marsekal Pertama (Marsma) Hadi Tjahjanto saat dihubungi, Jakarta, Selasa (25/02/2014).
Hadi menambahkan, saat ini permasalahan untuk rudal penangkis udara terjadi pada propelannya. Rencananya beberapa tahun ke depan propelan ini sudah bisa diperbaiki dan dilakukan uji coba kembali.
"2 atau 3 tahun ke depan isiannya atau propelannya itu sudah ditemukan akan dibuat uji coba lagi. Kalau memang bagus akan ditawarkan pada BUMN atau Bumnis (Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis)," imbuh pria berkumis ini.
Apakah pengembangan ini untuk rudal jarak sedang atau jauh?
"Nanti kalau propelannya itu sudah teruji tinggal isiannya mau dibuat jarak sedang atau jauh. Kalau nama rudal nunggu sudah jadi baru dari BUMN dengan Kemenhan yang nanti ngasih nama rudalnya," jawab Hadi.
Saat ini TNI AU hanya memiliki PSU yang aktif dari kelas jarak pendek seperti Oerlikon, Starstrek, VL Mica dan lain-lain. Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menuturkan saat ini pihaknya sedang menjajaki PSU untuk jarak sedang. Rencana ini akan disusun di Minimum Esential Force (MEF) rentra kedua (2015-2019).
"Untuk 10 sampai 100 km itu perlu kendali jarak sedang, sekarang kita lagi diproses. Mudah-mudahan segera melengkapi sistem pertahanan kita," kata Putu saat menerima 16 unit pesawat T-50i dari Korea Aerospace Industry (KAI) di Lanud Halim Perdakusuma, Jakarta Timur, Kamis 13 Februari 2014.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.