blog-indonesia.com

Selasa, 18 Februari 2014

Perminyakan RI, Kebutuhan Tinggi Tapi Produksi Suram

http://images.detik.com/content/2014/02/18/1034/165208_154847_190345_oil.jpegJakarta Kebutuhan BBM di Indonesia saat ini mencapai 1,5 juta barel per hari, namun produksi minyak nasional makin turun. Diperkirakan pada tahun 2025 produksi minyak nasional hanya 400.000 barel per hari.

"Konsumsi BBM kita makin hari makin meningkat, sementara produksi minyak kita terus turun, kita makin banyak impor BBM, defisit perdagangan migas kita makin tinggi, tahun lalu mencapai US$ 6 miliar," ungkap Anggota Komisi VII DPR Gito Ganindito, pada acara Masa Depan & Tantangan Industri Migas Nasional yang diadakan di Hotel Four Seasons, Jakarta, Selasa (18/2/2014).

Gito mengatakan, sebagai gambaran makin krisisnya produksi minyak nasional, APBN 2013 menargetkan produksi minyak mencapai 860.000 barel per hari, lalu direvisi menjadi 840.000 barel per hari. Tapi ternyata realisasinya hanya 825.000 barel per hari.

"Tahun ini APBN menargetkan produksi minyak nasional 870.000 barel per hari, namun para perusahaan minyak hanya sanggup 804.000 barel per hari. Sudah terlihat itu tidak akan mungkin tercapai target di APBN dan saya tidak melihat ada proyek yang signifikan untuk menaikkan lifting minyak. Jika ini terus terjadi pada 2025 produksi kita mungkin hanya 400.000 barel per hari," ungkap Gito.

Sementara di tengah kondisi makin turunnya produksi minyak nasional, banyak kendala bagi perusahaan minyak untuk meningkatkan produksi dan mencari minyak di Indonesia.

"Seperti Chevron, perusahaan tersebut merupakan tulang punggung produksi minyak nasional, paling besar, tapi ketika kami kunjungan kerja kesana, kami melihat masalah hukum yang menjerat beberapa pegawai Chevron membuat pekerja-pekerja Chevron mengalami degradasi moral, tidak ada yang berani mengambil keputusan, tentu ini berdampak pada semangat mereka dalam produksi minyak," ujarnya.

Masalah lain adalah kepastian hukum, apalagi setelah BP Migas dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi, para perusahaan minyak di Indonesia mempertanyakan kepastian hukum.

"Dulu KKKS (perusahaan minyak) melakukan kontrak dengan BP Migas, setelah dibubarkan kontrak tidak dipegang lagi oleh pengganti BP Migas yakni SKK Migas. Makanya sampai saat ini tidak ada proyek yang signifikan untuk menaikkan produksi minyak, tanpa ada proyek pencarian minyak, kita tidak akan bisa dapat minyak. Produksi kita saja sangat tergantung dengan proyek Cepu yang pada akhir tahun masuk 50.000 barel per hari, itu kalau proyek itu tidak mundur lagi, kalau mundur, pasti produksi minyak kita sangatt turun drastis," jelasnya.

Gito mengungkapkan, harapan lain untuk meningkatkan produksi minyak hanya dari proyek EOR yang dapat menguras sumur minyak lebih banyak lagi.

"Chevron sudah melakukan itu, kita harapkan Pertamina yang punya lahan minyak lebih banyak segera melakukan itu dan diikuti perusahaan minyak lainnya. Dengan proyek EOR (enhanced oil recovery) tersebut diharapkan ada tambahan 6 miliar barel minyak lagi," tutupnya.(rrd/dnl)



  ♞ detik  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More