blog-indonesia.com

Sabtu, 15 November 2014

BATAN Akan Bangun PLTN Mini

http://cdn1-e.production.liputan6.static6.com/medias/736784/original/042396200_1410658957-PLTN.jpgIlusrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. (Foto: batan.go.id)

Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, bila di masa pemerintahan sebelumnya sulit mewujudkan rencana Pembangunan PLTN untuk mendukung kebutuhan listrik di Indonesia, Djarot berharap pada pemerintahan Jokowi-JK bisa menyetujui rencana pembangunan PLTN mini non komersial di Kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten sebagai introduksi sebelum membangun yang lebih besar.

“Fokus kita dalam waktu dekat adalah membangun PLTN Mini (prototype) sebagai contoh sebelum kita membangun PLTN yang lebih besar,” ujar Djarot. Hal itu disampaikan usai mengikuti Seminar Nasional Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang 2014 di Kantor Batan Pasar Jumat, Jakarta Selatan kemarin (12/11).

Pembangunan reaktor mini tersebut juga untuk memperkuat penerimaan masyarakat akan perlunya energi nuklir untuk mencukupi kebutuhan listrik di Indonesia. Diakuinya, untuk mewujudkan hal itu perlu biaya besar yakni sekira Rp 1,6 triliun dengan jangka waktu pembangunan lima tahun. Bila disetujui, BATAN akan memulai pembangunan pada 2015. ”Mudah-mudahan pada 2020 sudah bisa beroperasi,” harapnya.

Pembangunan tersebut dirasa penting karena sejalan dengan amanat UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Sesuai UU tersebut, Indonesia harus sudah memiliki PLTN pada 2019. Belum lagi, saat ini cadangan energi sudah krisis dan sangat mengkhawatirkan, sehingga perlu dipikirkan jalan keluarnya. “Salah satunya harus adanya energi alternatif yakni nuklir ini,” jelas Djarot.

Menurut Djarot, BATAN melalui Kementerian ESDM sudah menyerahkan dokumen rencana pembangunan PLTN kepada pemerintahan SBY sebelum beliau lengser. Ini merupakan gagasan Kementerian ESDM dan BATAN untuk membangun 5 GW PLTN dalam bentuk ‘dokumen putih’. Djarot berharap dokumen tersebut sudah dibaca oleh Menteri yang baru.

Lokasi yang selama ini sudah dilakukan feasibility study dan dinyatakan sudah siap untuk dibangun PLTN adalah di daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Namun Djarot menegaskan perlu dilakukan sosialisasi yang terus menerus agar tidak menimbulkan resistensi yang menyebabkan timbulnya masalah baru.

Sementara itu, Bupati Belitung Timur Basuri Cahaya Purnama yang hadir dalam acara seminar tersebut, mengatakan bahwa Kapubaten Belitung Timur siap dijadikan lokasi pembangunan PLTN pertama di Indonesia. “Kami siap. Yang perlu diyakinkan bahwa daerah ini cocok untuk dijadikan lokasi tapak PLTN. Meskipun dikatakan bahwa wilayah Indonesia dilingkari gunung berapi (ring of fire), tetapi kita semua tahu bahwa sudah ribuan tahun daerah Belitung aman dan tidak ada masalah,” imbuh Basuri.

Teknologi ini adalah sangat penting untuk kita pakai karena bukan hanya sebagai pembangkit listrik, namun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Omong kosong investasi bisa masuk jika energi tidak ada,” katanya lagi.

Basuri juga menegaskan bahwa dalam waktu dekat, dia akan membuat surat ke Presiden agar dapat segera menyetujui rencana pembangunan PLTN mini sebagai prototype untuk membangunan PLTN yang lebih besar. Berkaitan dengan penolakan masyarakat, Basuri menyatakan bahwa dirinya akan turun langsung melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Bahkan dalam setiap kesempatan dia sudah mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai rencana pembangun PLTN 100 MW, dan sampai saat ini belum ada penolakan masyarakat terhadap rencana tersebut.

Hasil jajak penda­pat nasional yang dilakukan sela­ma tiga tahun terakhir tentang pe­man­faatan teknologi nuklir menyimpulkan bahwa 76,5 persen responden setuju peman­faatan iptek nuklir di Indonesia. Khusus untuk pemanfaatan di bidang energi (PLTN), 60,4 persen responden menyatakan setuju.

Sedangkan khusus jajak pendapat tentang pe­manfaatan iptek nuklir yang dilaku­kan di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali), hasilnya lebih tinggi yakni 75 persen, sedangkan untuk PLTN 64,1 persen. Angka ini bisa menja­di acuan pemerintah dalam me­ngem­bangkan iptek nuklir dan pem­bangunan PLTN pertama di Indonesia.(arial).

  ★ BATAN  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More