Jember - Pemerintah Kabupaten Jember terus menawarkan
pengelolaan Lapangan Terbang Notohadinegoro kepada investor yang mau
memanfaatkannya. Bupati Jember, MZA Djalal, mengatakan dia sudah bertemu
dengan Direksi PT Perkebunan Nusantara X, XI, dan XII memanfaatkan
penerbangan rute pendek melalui Notohadinegoro.
"Saya minta direksi PTPN yang memiliki aset dan usaha banyak sekali di Jember untuk memanfaatkannya," kata Djalal kepada Tempo, Rabu, 24 Oktober 2012. Menurut Djalal, PT Perkebunan pasti membutuhkan sarana transportasi yang mumpuni untuk mengawasi ribuan hektare lahan dan beragam usaha mereka di Jember.
Di Jember, PT Perkebunan Nusantara mengelola beberapa komoditas unggulan seperti tembakau (PTPN X), tebu (PTPN XI), kopi, kakao, dan karet (PTPN XII). "Direksi menyatakan akan membahas masalah ini dengan Pak Dahlan Iskan (Menteri BUMN)," katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jember, Djuwarto, mengatakan, selain PTPN, pihaknya juga sedang merayu maskapai penerbangan Royal Pacific. "Tapi, pembicaraan kerja sama masih belum final," katanya.
Selain itu, kata dia, ada juga sekolah penerbangan Lombok Institute Flying Teknologi (LIFT). Sekolah penerbangan di Nusa Tenggara Barat itu berminat untuk pindah ke Jember setelah penutupan Bandara Selaparang, September 2011.
Lapangan Terbang Notohadinegoro Jember yang memiliki landasan pacu sepanjang 1.200 meter itu dinilai memenuhi syarat untuk latihan pilot dari sekolah itu. Rencananya, kata dia, sebanyak 40 orang taruna LIFT akan dipindah ke sana. "Pelaksanaan pendidikannya direncanakan di sebuah hotel. Yang penting lapter tidak mangkrak atau muspro (sia-sia)," katanya.
Setelah lima tahun mangkrak dan tak terurus, Lapangan Terbang Notohadinegoro sempat diresmikan sebagai sekolah pendidikan penerbangan pada April 2012. Pemerintah Kabupaten Jember bekerja sama dengan Pendidikan Penerbangan Juanda-Surabaya. Sebanyak 55 orang taruna jurusan teknik pesawat udara, dan peralatan milik Sekolah Pendidikan Penerbangan Juanda, ditempatkan di gedung kompleks Lapangan Terbang Notohadinegoro.
Keberadaan mereka diharapkan sebagai "pancingan" untuk penerimaan taruna baru dari Jember dua bulan berikutnya. Namun, kenyataannya, tidak satu pun anak Jember dan sekitarnya yang mendaftar. Akibatnya, sejak akhir Juli 2012 lalu, seluruh taruna dan fasilitas milik PPJ kembali diangkut ke Surabaya. "Ya gimana lagi? Memang tidak ada calon siswa baru yang daftar," ujar Djuwarto.
"Saya minta direksi PTPN yang memiliki aset dan usaha banyak sekali di Jember untuk memanfaatkannya," kata Djalal kepada Tempo, Rabu, 24 Oktober 2012. Menurut Djalal, PT Perkebunan pasti membutuhkan sarana transportasi yang mumpuni untuk mengawasi ribuan hektare lahan dan beragam usaha mereka di Jember.
Di Jember, PT Perkebunan Nusantara mengelola beberapa komoditas unggulan seperti tembakau (PTPN X), tebu (PTPN XI), kopi, kakao, dan karet (PTPN XII). "Direksi menyatakan akan membahas masalah ini dengan Pak Dahlan Iskan (Menteri BUMN)," katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jember, Djuwarto, mengatakan, selain PTPN, pihaknya juga sedang merayu maskapai penerbangan Royal Pacific. "Tapi, pembicaraan kerja sama masih belum final," katanya.
Selain itu, kata dia, ada juga sekolah penerbangan Lombok Institute Flying Teknologi (LIFT). Sekolah penerbangan di Nusa Tenggara Barat itu berminat untuk pindah ke Jember setelah penutupan Bandara Selaparang, September 2011.
Lapangan Terbang Notohadinegoro Jember yang memiliki landasan pacu sepanjang 1.200 meter itu dinilai memenuhi syarat untuk latihan pilot dari sekolah itu. Rencananya, kata dia, sebanyak 40 orang taruna LIFT akan dipindah ke sana. "Pelaksanaan pendidikannya direncanakan di sebuah hotel. Yang penting lapter tidak mangkrak atau muspro (sia-sia)," katanya.
Setelah lima tahun mangkrak dan tak terurus, Lapangan Terbang Notohadinegoro sempat diresmikan sebagai sekolah pendidikan penerbangan pada April 2012. Pemerintah Kabupaten Jember bekerja sama dengan Pendidikan Penerbangan Juanda-Surabaya. Sebanyak 55 orang taruna jurusan teknik pesawat udara, dan peralatan milik Sekolah Pendidikan Penerbangan Juanda, ditempatkan di gedung kompleks Lapangan Terbang Notohadinegoro.
Keberadaan mereka diharapkan sebagai "pancingan" untuk penerimaan taruna baru dari Jember dua bulan berikutnya. Namun, kenyataannya, tidak satu pun anak Jember dan sekitarnya yang mendaftar. Akibatnya, sejak akhir Juli 2012 lalu, seluruh taruna dan fasilitas milik PPJ kembali diangkut ke Surabaya. "Ya gimana lagi? Memang tidak ada calon siswa baru yang daftar," ujar Djuwarto.
© Tempo.Co
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.