Sekelompok ilmuwan Rusia berhasil menemukan teknologi ramah lingkungan unik yang dapat mengekstrak silika amorf dari sekam padi. Teknologi tersebut akan dikembangkan di negara-negara penghasil beras, termasuk Indonesia, agar limbah sekam tidak terbuang sia-sia begitu saja. Inisiatif penciptaan Rasilica berangkat dari fakta bahwa Rusia menghasilkan satu juta ton padi per tahun, dan 20 persen di antaranya ialah sekam. Foto: Photoshot/Vostok Photo
Ilmuwan Rusia berhasil menciptakan teknologi untuk mengekstrak silica amorf dari sekam padi. Proyek yang diberi nama Rasilica tersebut menggunakan metode pengekstrakan yang ramah lingkungan dengan hanya bermodalkan sekam padi, air terdeionisasi, asam sulfat untuk pembersihan kimia, karbamida, dan udara. Produk akhir ekstraksi tersebut mengandung 99,99 persen silika amorf murni yang dapat bermanfaat bagi berbagai industri.
Konsumen potensial Risilica ialah produsen ban dan perusahaan konstruksi, dan mungkin akan diikuti oleh industri kosmetik dan perusahaan farmasi. Industri ban menggunakan silica amorf untuk meminimalisir gesekan gelinding, membuat kendaraan lebih aman, serta lebih ramah lingkungan karena lebih hemat bahan bakar.
Menurut pemimpin proyek Rasilica, harga produk Risilica tiga kali lebih murah dibanding produk sejenis yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar. Para pendiri proyek Risilica berharap, teknologi mereka dapat menghasikan laba dalam kurun waktu lima hingga tujuh tahun dan menguasai sepuluh persen pangsa pasar silica amorf.
Incar Negara Penghasil Beras
Inisiatif penciptaan Rasilica berangkat dari fakta bahwa Rusia menghasilkan satu juta ton padi per tahun, dan 20 persen di antaranya ialah sekam. Limbah sekam tersebut tidak dapat digunakan untuk pakan ternak ataupun pupuk organik karena memiliki kandungan silica yang cukup tinggi, sehingga terpaksa dibakar, mencemari udara dengan partikel debu halus yang kemudian mengendap di paru-paru manusia dan menyebabkan silikosis. Padahal, sekam tersebut berguna bagi keperluan industri.
Berdasarkan data FAO, produksi global beras—yang sebagian besar ditanam di Asia—mencapai 746,4 juta ton pada 2013. Dengan kata lain, teknologi ciptaan ilmuwan Rusia ini memiliki potensi besar untuk diekspor ke negara-negara Asia yang merupakan penghasil beras, termasuk Tiongkok dan Indonesia.
Namun, pencetus Rasilica mengaku berhati-hati dalam memasuki pasar Tiongkok, karena semua teknologi asing rentan ditiru oleh pengusaha lokal. Risilica lebih berorientasi pada Indonesia dan Vietnam, yang juga lebih dekat dengan pasokan bahan baku.
Ilmuwan Rusia berhasil menciptakan teknologi untuk mengekstrak silica amorf dari sekam padi. Proyek yang diberi nama Rasilica tersebut menggunakan metode pengekstrakan yang ramah lingkungan dengan hanya bermodalkan sekam padi, air terdeionisasi, asam sulfat untuk pembersihan kimia, karbamida, dan udara. Produk akhir ekstraksi tersebut mengandung 99,99 persen silika amorf murni yang dapat bermanfaat bagi berbagai industri.
Konsumen potensial Risilica ialah produsen ban dan perusahaan konstruksi, dan mungkin akan diikuti oleh industri kosmetik dan perusahaan farmasi. Industri ban menggunakan silica amorf untuk meminimalisir gesekan gelinding, membuat kendaraan lebih aman, serta lebih ramah lingkungan karena lebih hemat bahan bakar.
Menurut pemimpin proyek Rasilica, harga produk Risilica tiga kali lebih murah dibanding produk sejenis yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar. Para pendiri proyek Risilica berharap, teknologi mereka dapat menghasikan laba dalam kurun waktu lima hingga tujuh tahun dan menguasai sepuluh persen pangsa pasar silica amorf.
Incar Negara Penghasil Beras
Inisiatif penciptaan Rasilica berangkat dari fakta bahwa Rusia menghasilkan satu juta ton padi per tahun, dan 20 persen di antaranya ialah sekam. Limbah sekam tersebut tidak dapat digunakan untuk pakan ternak ataupun pupuk organik karena memiliki kandungan silica yang cukup tinggi, sehingga terpaksa dibakar, mencemari udara dengan partikel debu halus yang kemudian mengendap di paru-paru manusia dan menyebabkan silikosis. Padahal, sekam tersebut berguna bagi keperluan industri.
Berdasarkan data FAO, produksi global beras—yang sebagian besar ditanam di Asia—mencapai 746,4 juta ton pada 2013. Dengan kata lain, teknologi ciptaan ilmuwan Rusia ini memiliki potensi besar untuk diekspor ke negara-negara Asia yang merupakan penghasil beras, termasuk Tiongkok dan Indonesia.
Namun, pencetus Rasilica mengaku berhati-hati dalam memasuki pasar Tiongkok, karena semua teknologi asing rentan ditiru oleh pengusaha lokal. Risilica lebih berorientasi pada Indonesia dan Vietnam, yang juga lebih dekat dengan pasokan bahan baku.
★ RBTH
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.