blog-indonesia.com

Kamis, 08 Januari 2015

Cerita Sayur Lodeh dan Borosnya Pulsa demi AirAsia

Pada sela kesibukannya memantau operasi pencarian, Marsekal Pertama S.B. Supriyadi kerap meluangkan waktu bersendau bersama wartawan yang bertugas di Pangkalan Udara (Lanud) Iskandar, Pangkalan Bun. (CNN Indonesia/Diemas Kresnaputra)

Dua belas hari sudah evakuasi penumpang dan pesawat AirAsia QZ 8501 berlangsung. Selama kurun waktu itu pula puluhan armada dan ratusan orang turun di tiga titik kota di Indonesia. Di antara Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah; Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta; dan RS Bhayangkara, Surabaya, operasi di Pangkalan Bun menjadi yang paling menegangkan.

Sebagai area terdekat dari lokasi jatuhnya pesawat, Pangkalan Bun menjadi basis berkumpulnya tim pencarian dari dalam dan luar negeri. Di sana juga menjadi pusat pemantau lalu-lintas bala-bantuan laut dan udara, sejak QZ 8501 dinyatakan hilang pada Minggu (28/12) lalu.

Pencarian pesawat pun terbilang sulit. Alasannya fluktuasi cuaca dan lokasi pencarian yang sangat luas menjadi sangat rumit. Kondisi itu juga yang membuat tim SAR (Search and Rescue) gabungan baru menemukan titik terang di hari kedua pesawat dinyatakan hilang.

Jenazah yang pertama kali ditemukan pada Selasa (30/12) lalu pun tak mudah untuk dievakuasi. Lagi-lagi, permasalahan cuaca di atas laut yang penuh angin, membuat petugas tim gabungan harus extra kerja keras.

Lantas, siapa orang yang paling sibuk dalam operasi pencarian korban pesawat AirAsia QZ 8501 yang jatuh Ahad (28/12) lalu? Ya, satu diantaranya adalah sang pemimpin misi pencarian, Marsekal Pertama S.B. Supriyadi. Seorang Jenderal Bintang Satu TNI Angkatan Udara yang duduk di kursi Direktur Operasional dan Pelatihan (Diropslat) Badan SAR Nasional (Basarnas) itu ditunjuk sebagai Komandan SMC, menggantikan Marsekal Muda Sunarbowo Sandi, yang diberi tugas mendampingi Kepala Basarnas, Marsekal Madya FHB Soelistyo.

Setiap harinya, Supriyadi harus mengatur dan memantau 500 personel beserta 60 armada SAR yang diturunkan ke wilayah laut dan udara kawasan Kalimantan Tengah. Misinya adalah mencari jenazah korban, badan pesawat, dan kini mencari si kotak hitam (black box) yang menjadi target utamanya.

Meski mendapat mandat sederet tugas tersebut, Supriyadi selalu menunjukkan hari-harinya dengan penuh semangat. Bagi para pewarta yang meliput di Pangkalan Bun, Supriyadi dikenal sebagai sosok yang hangat.

"Kalau dibawa pusing tentunya akan stres sekali. Karena saya melihat ini sebagai tugas negara dan panggilan atas rasa empati kepada keluarga korban jadi jalani saja," kata Supriyadi, Kamis (8/1).

Yang menarik, di tengah tingginya tingkat stress, Supriyadi memiliki cara jitu untuk mengurangi ketegangan karena harus berlomba-lomba dengan waktu. "Yang pasti rokokan (merokok) dan ketawa bareng teman-teman wartawan. Kita sama-sama stress, jadinya dibawa enjoy saja," ujarnya. "Yah, kalau ditanya seberapa sibuk, ya sibuk sekali. Tapi tetap (tampil) cool dan fokus kan. Hahaha...," candanya.

Tak jauh berbeda dengan Supriyadi, Staf Operasi SMC posko Pangkalan Bun, Ishak juga memiliki trik khusus untuk mengurangi ketegangan di saat pencarian korban dan puing pesawat AirAsia yang kini telah memasuki hari keduabelas.

"Saya setiap malam telepon anak-istri untuk ngilangin kangen. Pulsa saya (sampai) sekarang sudah habis sampai Rp 900 ribu untuk telepon mereka dan koordinasi dengan anak buah," ujarnya.

Meski begitu, mantan pelaut kapal swasta ini mengaku tak pernah hitung-hitungan menyoal seberapa besar biaya yang dikeluarkan dalam operasi tersebut. Ishak pun mengaku siap jika ditugaskan untuk menyelesaikan operasi hingga Tim SAR berhasil mengevakuasi semua korban. "Saya sudah biasa dan siap dengan kondisi apapun," terang pria yang sudah sepuluh tahun terakhir bergabung di Basarnas ini.

 Masak Sayur Lodeh 

Selain Supriyadi dan Ishak, orang yang juga memiliki peran besar dalam operasi SAR pesawat AirAsia QZ 8501 ialah Komandan Pangkalan Laut (Danlanal) Banjarmasin yakni Kolonel Laut (P) Haris Bima Bayuseto. Haris menjadi sosok penting setelah ditunjuk menjadi Liaison Officer (LO) dari TNI AL. Dengan begitu, dia pun harus memantau dan menginfokan pergerakan 17 kapal laut milik TNI AL yang beroperasi hingga hari ini.

"Biasanya kalau lagi stress seperti sekarang kami tetap sempatkan olahraga di kapal dan makan-makanan yang disuka. Saya sering masak sayur lodeh dan pecel untuk anak-anak (personel) kalau di kapal, untuk memberi semangat untuk mereka," katanya.

Selain upaya tersebut, Bima mengatakan, pihaknya juga memberlakukan sistem aplus atau ganti jaga personel demi menjaga kewaspadaan. Biasanya, dalam tiga hari sekali para personel melakukan sistem ganti jaga. "Kalau operasi sekarang sih tergantung kapten kapalnya. Kami pun siap beroperasi 24 jam untuk mencari dan mengevakuasi korban," tegasnya.

Hingga hari keduabelas, Tim SAR Gabungan masih mencari 122 korban pesawat AirAsia yang diperkirakan jatuh di kawasan barat daya Kalimantan Tengah. Di balik rasa lelah dan tingkat yang stress tinggi, mereka pun tetap menaruh harapan dan semangat untuk menemukan semua korban. "Sudah menjadi tugas kami untuk mencari dan mengembalikan korban ke keluarga. Jadi tugas negara ini adalah kehormatan dan penghargaan bagi seorang prajurit seperti Kami," tegas Bima.(meg/sip)

  ★ CNN  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More