JAKARTA, KOMPAS.com — Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene menjadi salah satu pilihan yang paling banyak digunakan dalam bisnis pangan, khususnya restoran-restoran siap saji. Padahal, penggunaan styrofoam selain dapat berakibat buruk pada kesehatan, juga berdampak negatif bagi lingkungan.
Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, styrofoam tidak lagi menjadi masalah yang dapat mengancam lingkungan. Baru-baru ini sebuah perusahaan swasta memperkenalkan oxodegradable polystyrene, kemasan pangan ramah lingkungan pertama buatan Indonesia, di mana polystyrene yang selama ini digunakan diperbaharui dengan tambahan oxium yang membuat styrofoam bersifat oxodegradable dan cepat terurai dalam waktu lebih-kurang empat tahun.
“Saat ini oxodegradable polystyrene box telah diaplikasikan sebagai kemasan makanan ramah lingkungan di salah satu restoran siap saji. Hal ini tentunya menunjukan kesadaran masayarakat untuk peduli lingkungan semakin tinggi,” ujar Sugianto Tandio, CEO Presiden Direktur PT Tirta Marta Indonesia, dalam bincang santai bersama media dengan tema "Enhanced Your Lifestyle: Greener Living with Oxodegradable Polystyrene", Selasa (26/4/2011).
Perlu diketahui, oxium merupakan aditif yang ditambahkan ke dalam polystyrene sehingga dapat mempercepat terjadinya proses degradasi, di mana diperlukan waktu lebih-kurang empat tahun untuk menguraikan polystyrene di alam. Dengan penambahan oxium, polystyrene akan bersifat oxodegradable, yakni terdegradasi melalui mekanisme oksidasi yang dipicu dengan adanya UV, panas, cahaya, oksigen, dan mechanical stress.
“Oxodegradable polystyrene telah memenuhi standar aman sebagai kemasan pangan dari BPOM sehingga masyarakat tidak perlu ragu menggunakannya,” ujar Sugianto.
Menurut Sugianto, polystyrene yang telah ditambahkan oxium juga telah melewati tes migrasi yang dilakukan di Balai Besar Kimia dan Kemasan, Jakarta. Hasilnya, tidak ditemukan elemen toksik dalam oxium, dan berdasarkan standard RoHS 2006 (hasil pengujian Sentra Teknologi Polimer) menegaskan bahwa oxium aman untuk lingkungan.
“Dengan berbagai inovasi hijau yang kami miliki, oxium sebagai pelopor teknologi ramah lingkungan bangga bisa berperan aktif dan berkontribusi bagi kelestarian lingkungan hidup sekaligus menghijaukan bumi,” katanya.
Data dari Indonesia Expanded Polysterine Association (Inaepsa) menunjukkan bahwa warga Jakarta setiap harinya menghasilkan sampah sebesar 6.000 metrik ton, di mana 44,63 persen (2.700 metrik ton) merupakan sampah nonorganik dan 55,37 persen (3.300 metrik ton) sisanya merupakan sampah organik. Dalam angka tersebut, sampah plastik dan kertas yang dihasilkan warga Jakarta sebesar 900 metrik ton setiap harinya.
“Dengan adanya oxodegradable polystyrene ini diharapkan bukan saja dapat mengurangi masalah sampah plastik yang tidak terurai, tetapi juga menjadi langkah awal bagi produsen dan masyarakat untuk melestarikan lingkungan,” ujar Sri Bebassari, Ketua Indonesia Solid Waste Association (InSWA). Oxium sendiri telah mendapatkan sertifikat green label dari InSWA.
• KOMPAS
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.