Pekerja melakukan penyemprotan guna membasmi ulat bulu yang hidup di lahan pemakaman. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ada banyak cara untuk mencegah ledakan populasi ulat bulu menyerang kembali berbagai daerah di Indonesia. Guru Besar Ilmu Hama Tanaman Institut Pertanian Bogor, Profesor Aunu Rauf, menyarankan beberapa cara untuk mengurangi pertumbuhan populasi ulat bulu.
Selain menyemprotkan pembasmi hama, upaya pengendalian ngengat bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan ngengat dalam jumlah besar pada fase kehidupan selanjutnya. Mengembangbiakkan parasitoid juga bisa mencegah ledakan populasi ulat bulu pada siklus kehidupan selanjutnya.
Masyarakat dapat membantu perkembangan parasitoid ulat bulu ini. Caranya, dengan mengumpulkan ulat bulu ke dalam botol plastik air mineral yang berisi daun dan menutupnya dengan kain kasa. Selama beberapa hari ulat bulu akan berubah menjadi kepompong. Jika kepompong berubah menjadi ngengat maka serangga tersebut harus dimusnahkan. Namun jika kepompong mengeluarkan sejenis lebah kecil maka serangga tersebut harus dilepaskan karena berfungsi sebagai parasitoid bagi ulat bulu.
Berbeda dengan kupu-kupu yang hidup aktif pada siang hari, ngengat merupakan binatang nocturnal yang hidup aktif pada malam hari. Karenanya, Aunu mengusulkan pembasmian ngengat dilakukan dengan membuat perangkap menggunakaan cahaya lampu atau petromaks pada malam hari. Lampu atau petromaks digantungkan di atas nampan plastik berisi air sabun. Ngengat yang tertarik pada lampu akan jatuh ke air sabun dan akhirnya mati.
Pemberantasan menggunakan pestisida juga bisa dilakukan. Pestisida yang digunakan sebaiknya mengandung bahan aktif bakteri Bacillus thuringiensis yang aman terhadap lingkungan karena hanya mematikan ulat namun tidak mempengaruhi musuh alaminya. Penyemprotan dilakukan terhadap daun saat ulat masih berukuran kecil. "Insektisida yang disemprotkan akan menempel pada daun dan akan termakan oleh ulat." Bakteri yang tertelan akan mengeluarkan racun dalam saluran pencernaan ulat sehingga menyebabkan kematian pada ulat.
Aunu memperkirakan ledakan populasi ulat bulu tak akan berulang asalkan pengendalian hama terus dilakukan sambil menunggu musuh alami hama berkembang lebih banyak.[ANTON WILLIAM]
• TEMPOInteraktif
TNI AL Siapkan 80 Unit Maung MV3 Pindad Jadi Kendaraan Dinas
-
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali mengungkapkan
bahwa pihaknya menyiapkan 80 unit mobil Maung buatan PT Pindad versi
terakhir, y...
15 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.