Indonesia tertinggal sekitar 3 tahun di belakang Filipina dan Thailand.
Modem Broadband
VIVAnews - Frost & Sullivan mencatat tingkat penetrasi broadband di Indonesia merupakan salah satu yang terendah di Asia Tenggara. Indonesia tertinggal sekitar 3 tahun di belakang Filipina dan Thailand.
"Indonesia tertinggal sekitar 3 tahun di belakang Filipina dan Thailand dari segi tingkat penetrasi broadband," jelas Country Director Frost & Sullivan Indonesia, Eugene van de Weerd dalam surat elektroniknya kepada VIVAnews.com, Rabu malam 27 April 2011.
Karena itulah maka Frost & Sullivan memprediksi penetrasi broadband di Indonesia hingga 2012 masih rendah. "Pada tahun 2012, tingkat penetrasi broadband pada industri rumah tangga diprediksi akan meningkat hanya 3 persen menjadi 5 persen dari 2 persen pada tahun 2010," ungkap Eugene.
Senior Consultant Information & Communication Technologies Frost & Sullivan Indonesia, Iwan Rachmat menambahkan rendahnya pentrasi broadband masih terkendala harga yang tinggi. Menurut Iwan penetapan harga untuk 2MBPS di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan harga yang diterapkan di pasar negara-negara lain.
Sebagai perbandingan, harga paket 2 MBPS di Indonesia harganya mencapai US$ 87,03 per bulan dengan rata-rata menawarkan diskon 5 persen. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia harganya hanya US$ 51,64 per bulan dengan bundling modem gratis.
Sementara itu harga paket 2 MBPS di Filipina hanya US$ 43,27 per bulan dengan tawaran gratis preview IP TV dan dengan diskon panggilan telepon internasional. Paling murah di Thailand dengan harga US$ 21,32 per bulan ditambah potongan harga 2-5 persen.
"Dengan distribusi fiber yang lebih luas dan meningkatnya kompetisi, harga tinggi yang ditawarkan melalui paket-paket yang tersedia diperkirakan akan mengalami penurunan di masa mendatang," Iwan menyimpulkan.
Sementara itu, dalam laporan Frost & Sullivan bertajuk “The Emergence of a New Wireless Broadband Service Provider”, mencatat Cina dan Peru akan menunjukkan adanya potensi pertumbuhan yang besar untuk penetrasi broadband.
"Dengan populasi sebesar 1,35 miliar dan, melakukan penetrasi ke Cina merupakan pilihan yang jelas," ungkap Senior Consultant of Information and Communication Technologies Frost & Sullivan James Brehm.
"China menduduki peringkat kedua di AS dalam hal nominal PDB pada akhir 2010, sedangkan peringkat penetrasi broadband Cina masih di bawah negara-negara lain." Katanya.
Peru juga diposisikan sebagai pasar broadband nirkabel yang tengah berkembang pesat dimana penggunaan internet meningkat 10 persen dari total populasi di tahun 2003 menjadi 25 persen dari total populasi pada akhir tahun 2008, menurut statistik dari Bank Dunia. (umi)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.