JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia berupaya mendapatkan dana yang dapat digunakan untuk menangani dampak perubahan iklim yang saat ini tengah diincar oleh dunia. Saat ini, setidaknya negara-negara kelompok 20 ekonomi terbesar di dunia (G20) telah menghimpun dana sekitar 30 miliar dollar AS untuk menangani dampak perubahan iklim dunia.
Menurut Menteri Keuangan Agus Darmawan Wintarto Martowardojo, isu perubahan iklim mendapatkan tempat utama dalam pertemuan tingkat menteri keuangan G20 di Washington, Amerika Serikat, pada 16-17 April 2011. Dampak perubahan iklim juga dibahas dalam pertemuan tahunan Bank Dunia yang disisipkan dalam pertemuan tingkat menteri keuangan G20 tersebut.
"Kami membahas masalah Dialog Bali (pertemuan yang menggali upaya memitigasi perubahan iklim yang ekstrim). Di situ semua negara berpartisipasi untuk bagaimana mengatasi perubahan iklim. Kami juga mencari cara, bagaimana supaya pada tahun 2020 ada penghimpunan dana hingga 100 miliar dollar AS untuk mengatasi dan menjawab isu-isu perubahan iklim," ungkap Agus, Kamis (21/4/2011) di Jakarta.
Sebelumnya, Indonesia mendapat pinjaman sebesar 200 juta dollar AS dari Agence Francaise de Development (AFD) dalam rangka Climate Change Program Loan yang akan digunakan untuk mendukung Rencana Kerja Nasional mengataskan perubahan iklim.
Penandatanganan perjanjian pinjaman itu dilakukan pada 25 November 2008 di Jakarta antara Presiden Direktur AFD Jean-Michel Severino dengan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto, disaksikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Wakil Duta Besar Prancis Yean-YVes Roux.
Pinjaman ini harus mendukung rencana kerja Indonesia dalam mengataskan perubahan iklim dan membantu implementasi target dan tindakan yang sudah disepakati dalam bentuk matriks kebijakan selama tiga tahun.
Untuk program ini, AFD menjadi partner Japan International Cooperation Agency (JICA) yang sudah memberi pinjaman sebesar 300 juta dollar AS kepada pemerintah Indonesia. Selain itu, AFD akan mendanai dalam bentuk hibah bantuan teknis bertarget untuk Departemen Perindustrian terkait efisiensi energi di industri semen dan baja, dan untuk Departemen Kehutanan mengenai studi kelayakan, pasar green carbon berskala kecil dan metodologi perencanaan tata ruang.
• KOMPAS
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.