Menanti roll out N219 Mantan Presiden RI BJ. Habibie berpose di belakang miniatur pesawat usai dialog Merah Putih di kediamannya di kawasan Patra Kuningan, Jakarta, Rabu (7/3). [ANTARA/Rosa Panggabean] ★
Pesawat baru buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) N219 ternyata tidak disukai mantan Presiden RI BJ Habibie, sekaligus pendiri industri penerbangan Indonesia tersebut. Padahal pesawat berpenumpang 19 tersebut diciptakan dan didesain sesuai dengan kebutuhan pelosok Indonesia.
Selain itu, Budi Santosa, Direktur Utama PT DI mengharapkan N219 dapat menjadi panduan bagi insinyur-insinyur penerbangan muda yang baru saja bergabung untuk membuat pesawat yang lebih canggih lagi nantinya.
"Setiap ketemu Pak Habibie sering mengomeli kami. Pak Habibie menyatakan ‘kamu kok bikin mainan terus’. Ini kan mainan, pesawat kecil,” kata Budi menirukan pemilik ruangan kerja yang kini ditempatinya itu di ruang kerjanya kepada Tempo, Sabtu 30 Oktober 2015.
Menurut Budi, Habibie merasa bahwa pembuatan N219 merupakan kemunduran, karena pesawat terakhir N250 lebih besar, yakni bermuatan 50 penumpang. Selain itu, N250 atau Tetuko juga lebih canggih. Yakni bisa diterbangkan secara elektronik atau fly by wire, sebuah sistem yang menggantikan kendali manual.
Padahal, tambah dia, meski lebih kecil, N219 dibuat dengan teknologi yang lebih canggih dengan memanfaatkan teknologi digital dalam rancangan maupun pengukuran.
Masalah ekonomis serta fungsi juga dipertimbangkan dalam pembuatan pesawat tersebut. Pesawat N219 yang berukuran lebih kecil, dapat mendarat di landasan pacu perintis yang ada di Indonesia, yang rata-rata dibuat secara manual dengan panjang sekitar 500 meter.
Pesawat yang baru akan dikeluarkan dari hangar (roll out) pada November mendatang tersebut juga dirancang untuk dapat naik turun sesuai kondisi pelosok pegunungan di Indonesia.
Pesawat baru buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) N219 ternyata tidak disukai mantan Presiden RI BJ Habibie, sekaligus pendiri industri penerbangan Indonesia tersebut. Padahal pesawat berpenumpang 19 tersebut diciptakan dan didesain sesuai dengan kebutuhan pelosok Indonesia.
Selain itu, Budi Santosa, Direktur Utama PT DI mengharapkan N219 dapat menjadi panduan bagi insinyur-insinyur penerbangan muda yang baru saja bergabung untuk membuat pesawat yang lebih canggih lagi nantinya.
"Setiap ketemu Pak Habibie sering mengomeli kami. Pak Habibie menyatakan ‘kamu kok bikin mainan terus’. Ini kan mainan, pesawat kecil,” kata Budi menirukan pemilik ruangan kerja yang kini ditempatinya itu di ruang kerjanya kepada Tempo, Sabtu 30 Oktober 2015.
Menurut Budi, Habibie merasa bahwa pembuatan N219 merupakan kemunduran, karena pesawat terakhir N250 lebih besar, yakni bermuatan 50 penumpang. Selain itu, N250 atau Tetuko juga lebih canggih. Yakni bisa diterbangkan secara elektronik atau fly by wire, sebuah sistem yang menggantikan kendali manual.
Padahal, tambah dia, meski lebih kecil, N219 dibuat dengan teknologi yang lebih canggih dengan memanfaatkan teknologi digital dalam rancangan maupun pengukuran.
Masalah ekonomis serta fungsi juga dipertimbangkan dalam pembuatan pesawat tersebut. Pesawat N219 yang berukuran lebih kecil, dapat mendarat di landasan pacu perintis yang ada di Indonesia, yang rata-rata dibuat secara manual dengan panjang sekitar 500 meter.
Pesawat yang baru akan dikeluarkan dari hangar (roll out) pada November mendatang tersebut juga dirancang untuk dapat naik turun sesuai kondisi pelosok pegunungan di Indonesia.
✈️ Tempo
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.