Berlokasi di BandungPesawat rancangan bersama LAPAN dan PT DI, menunggu peresmian roll out oleh RI 1 [defence.pk] ☆
Pesawat Perintis N219 berkapasitas 19 penumpang yang dirancang PT Dirgantara Indonesia (DI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan dijajal terbang pada Mei 2016 dari Bandara Internasional Hussein Sastra Negara Bandung, Jawa Barat.
"Minggu ini atau paling tidak awal Desember, N219 akan diluncurkan (roll-out). Lalu setelah sertifikasi, Mei 2016 sudah bisa uji coba terbang dari Bandara Hussein," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin saat ditemui usai talk show kinerja awal satelit LAPAN-A2 di gedung LAPAN, Jakarta pada Senin, 23 November 2015.
Chief Engineering pesawat N219 Palmana Banandhi mengatakan, prototipe pesawat itu sudah mencapai 90 persen. Proyeknya sudah digagas sejak 2006.
Tahapan pertama N219 diawali dengan penelitian dan perencanaan oleh LAPAN. Baru pada 2014 lalu PT DI mengeksekusi hasil penelitian tersebut menjadi prototipe.
"Pesawat ini mulai dirintis sejak 2006. Proyek ini mulai dilakukan serius pada 2014," ujar Palmana.
Proyek pesawat perintis ini digadang-gadang bisa menjadi penggerak industri pesawat terbang nasional, di tengah masa kelesuan industri Dirgantara Indonesia.
Proyek pembuatan pesawat ini menghabiskan dana senilai Rp 500 miliar yang sebagian berasal dari pemerintah melalui LAPAN. Hampir 40 persen prosesnya, dari tenaga kerja sampai bahan baku pesawat, dikerjakan oleh anak bangsa.
Sudah ada tiga perusahaan maskapai lokal dan luar negeri yang mengantre untuk membeli pesawat yang ditaksir berharga US$ 5-6 juta ini di antaranya Lion Air dan Kartika Air.
Pesawat Perintis N219 berkapasitas 19 penumpang yang dirancang PT Dirgantara Indonesia (DI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan dijajal terbang pada Mei 2016 dari Bandara Internasional Hussein Sastra Negara Bandung, Jawa Barat.
"Minggu ini atau paling tidak awal Desember, N219 akan diluncurkan (roll-out). Lalu setelah sertifikasi, Mei 2016 sudah bisa uji coba terbang dari Bandara Hussein," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin saat ditemui usai talk show kinerja awal satelit LAPAN-A2 di gedung LAPAN, Jakarta pada Senin, 23 November 2015.
Chief Engineering pesawat N219 Palmana Banandhi mengatakan, prototipe pesawat itu sudah mencapai 90 persen. Proyeknya sudah digagas sejak 2006.
Tahapan pertama N219 diawali dengan penelitian dan perencanaan oleh LAPAN. Baru pada 2014 lalu PT DI mengeksekusi hasil penelitian tersebut menjadi prototipe.
"Pesawat ini mulai dirintis sejak 2006. Proyek ini mulai dilakukan serius pada 2014," ujar Palmana.
Proyek pesawat perintis ini digadang-gadang bisa menjadi penggerak industri pesawat terbang nasional, di tengah masa kelesuan industri Dirgantara Indonesia.
Proyek pembuatan pesawat ini menghabiskan dana senilai Rp 500 miliar yang sebagian berasal dari pemerintah melalui LAPAN. Hampir 40 persen prosesnya, dari tenaga kerja sampai bahan baku pesawat, dikerjakan oleh anak bangsa.
Sudah ada tiga perusahaan maskapai lokal dan luar negeri yang mengantre untuk membeli pesawat yang ditaksir berharga US$ 5-6 juta ini di antaranya Lion Air dan Kartika Air.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.