Saingi Boeing dan AirbusHanggar PTDI ★
Indonesia pada era 1990-an pernah menggagas pengembangan pesawat jet komersial berkapasitas di atas 100 orang, yaitu N2130. Belum sampai ke tahap terbang perdana alias baru memasuki desain awal, proyek ini dihentikan.
Saat itu, produsen pesawat dunia Boeing dan Airbus sempat merasa 'terancam' dengan rencana Indonesia masuk ke kelas pesawat bermesin jet untuk membawa di atas 100 penumpang.
Belajar dari kondisi itu, Indonesia akan fokus masuk ke pesawat penumpang baling-baling. Sementara China, baru-baru ini menerbitkan pesawat baru C919, yang menyaingi Airbus dan Boeing.
"Masuk ke jet, kita bisa diganyang Boeing, Airbus, terus produsen dari Jepang dan China. Indonesia jangan pesawat di atas 100 penumpang. Itu lahan mereka," kata Kepala Program Pesawat Terbang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Agus Aribowo kepada detikFinance, Selasa (3/11/2015).
Selain itu, landasan pesawat di Indonesia mayoritas di bawah 2.000 meter. Padahal, pesawat jet sekelas Boeing 737 memerlukan panjang landasan minimal di atas 2.000 meter agar pesawat bisa take off - landing. Alhasil, pengembangan pesawat baling-baling dinilai tepat untuk memenuhi kebutuhan pasar pesawat dan kondisi bandara RI.
LAPAN juga memiliki ide untuk masuk ke pesawat di atas 100 orang, namun dengan penggerak baling-baling. LAPAN berencana dalam jangka panjang membuat pesawat baling-baling berkapasitas di atas 140 penumpang, N2140. Pasar pesawat baling-baling untuk angkutan komersial kelas ini belum digarap oleh produsen pesawat dunia seperti ATR.
"Kita tidak masuk di pasar yang dikuasai negara besar. Di kelas 145 penumpang dengan propeller (baling-baling), kita belum ada saingan," ujarnya.
Untuk menggerakkan pesawat itu, LAPAN menawarkan penggunaan mesin Europrop. mesin tipe terbaru ini, telah dipakai pada pesawat angkut militer raksasa keluaran Airbus, A-400.
Meski bisa membawa penumpang setara pesawat jet narrow body, N2140 usulan LAPAN bisa mendarat pada landasan di bawah 2.000 meter. "Baling-baling bisa mendarat pada landasan 1.500-1.800 meter," jelasnya.
LAPAN akan memasukkan rencana N2140 ke dalam master plan pengembangan kedirgantaraan jangka panjang. N2130 rencananya dikembangkan setelah LAPAN bersama PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengembangkan pesawat baling-baling kelas N219 sampai N270. Untuk pengembangan pesawat baling-baling raksasa ini, LAPAN memproyeksi kebutuhan investasi di atas Rp 5 triliun. (feb/dnl)
Indonesia pada era 1990-an pernah menggagas pengembangan pesawat jet komersial berkapasitas di atas 100 orang, yaitu N2130. Belum sampai ke tahap terbang perdana alias baru memasuki desain awal, proyek ini dihentikan.
Saat itu, produsen pesawat dunia Boeing dan Airbus sempat merasa 'terancam' dengan rencana Indonesia masuk ke kelas pesawat bermesin jet untuk membawa di atas 100 penumpang.
Belajar dari kondisi itu, Indonesia akan fokus masuk ke pesawat penumpang baling-baling. Sementara China, baru-baru ini menerbitkan pesawat baru C919, yang menyaingi Airbus dan Boeing.
"Masuk ke jet, kita bisa diganyang Boeing, Airbus, terus produsen dari Jepang dan China. Indonesia jangan pesawat di atas 100 penumpang. Itu lahan mereka," kata Kepala Program Pesawat Terbang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Agus Aribowo kepada detikFinance, Selasa (3/11/2015).
Selain itu, landasan pesawat di Indonesia mayoritas di bawah 2.000 meter. Padahal, pesawat jet sekelas Boeing 737 memerlukan panjang landasan minimal di atas 2.000 meter agar pesawat bisa take off - landing. Alhasil, pengembangan pesawat baling-baling dinilai tepat untuk memenuhi kebutuhan pasar pesawat dan kondisi bandara RI.
LAPAN juga memiliki ide untuk masuk ke pesawat di atas 100 orang, namun dengan penggerak baling-baling. LAPAN berencana dalam jangka panjang membuat pesawat baling-baling berkapasitas di atas 140 penumpang, N2140. Pasar pesawat baling-baling untuk angkutan komersial kelas ini belum digarap oleh produsen pesawat dunia seperti ATR.
"Kita tidak masuk di pasar yang dikuasai negara besar. Di kelas 145 penumpang dengan propeller (baling-baling), kita belum ada saingan," ujarnya.
Untuk menggerakkan pesawat itu, LAPAN menawarkan penggunaan mesin Europrop. mesin tipe terbaru ini, telah dipakai pada pesawat angkut militer raksasa keluaran Airbus, A-400.
Meski bisa membawa penumpang setara pesawat jet narrow body, N2140 usulan LAPAN bisa mendarat pada landasan di bawah 2.000 meter. "Baling-baling bisa mendarat pada landasan 1.500-1.800 meter," jelasnya.
LAPAN akan memasukkan rencana N2140 ke dalam master plan pengembangan kedirgantaraan jangka panjang. N2130 rencananya dikembangkan setelah LAPAN bersama PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengembangkan pesawat baling-baling kelas N219 sampai N270. Untuk pengembangan pesawat baling-baling raksasa ini, LAPAN memproyeksi kebutuhan investasi di atas Rp 5 triliun. (feb/dnl)
✈️ detik
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.