"KEPITINGNYA
renyah, ya? Semua bahkan bisa dimakan, tidak ada yang dibuang,"
komentar orang-orang yang saat itu sedang menikmati santap siang di
kantin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta bahkan bersama Rektor Unhas Idrus Paturusi ikut menyantap kepiting goreng berlumur tepung terigu itu. Rasanya gurih dan renyah.
Di kerumunan orang-orang yang sedang makan siang, tampak Yushinta Fujaya--salah satu guru besar di Unhas--tersenyum puas. Dialah penemu metode kepiting lunak goreng tepung.
Yushinta yang sehari-harinya sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas menjelaskan kepiting empuk itu merupakan hasil risetnya yang dikerjakan sejak 2007.
Yushi, panggilan akrab Yushinta, meneliti kepiting soka yang hidup di sungai-sungai untuk dijadikan oleh-oleh khas Makassar. Namun, selama ini orang kesulitan mengonsumsi kepiting karena cangkangnya yang sangat keras.
"Kalau makan kepiting, banyak yang harus dibuang terutama cangkang kerasnya. Di Thailand, dilakukan metode memutilasi kaki kepiting untuk merangsang pelepasan cangkang. Yang saya kerjakan tidak demikian. Kaki kepiting tetap utuh," ujarnya.
Dia pun tidak setuju mutilasi kaki kepiting karena dianggap tidak etis dan tidak memenuhi standar kepatutan. Selain itu untuk memproduksi kepiting lunak, seharusnya kepiting tetap dipelihara bersama kulit kerasnya secara individu. "Agar saat kepiting melepaskan kulitnya yang keras, kepiting lain tidak memakannya," jelas Yushi
Bayam
Dia memilih kepiting soka karena saat ini kepiting soka menjadi salah satu produk perikanan yang sangat prospektif di dunia internasional. Apalagi harganya tidak pernah turun. Yushi memulai riset dengan mengajukan proposal untuk biaya penelitian ke Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Pada tahun pertama, dia mendapatkan biaya riset Rp80 juta. Yushi mengembangkan suatu formula penstimulasi ganti kulit dari bahan tanaman bayam. Pada awalnya kepiting yang dipakai untuk riset ialah kepiting bakau, sebelum beralih ke kepiting soka.
Yushi menjelaskan sebagai peneliti fisiologi, banyak bahan yang bisa diteliti kandungannya agar bisa merangsang proses pelunakan cangkang kepiting. Dia menemukan bayam yang biasa dipakai untuk sayuran menjadi bahan utama untuk melunakkan cangkang.
"Saya buat menjadi ekstrak bayam untuk merangsang pelepasan kulit keras secara alami. Bayam ini memiliki zat perangsang yang bisa memengaruhi hormon molting pada kepiting, untuk melepaskan cangkang atau kulit kerasnya secara alami."
Awalnya Yushi membeli kepiting soka kepada nelayan dengan harga Rp16 ribu-Rp17 ribu per kilogram. Dia memilih kepiting yang sudah berusia dewasa. Setelah diberi ekstrak bayam dan ditunggu sampai dua minggu, kepiting-kepiting tersebut telah melepaskan cangkang secara alami. "Pada usia dua minggu pascapemberian ekstrak bayam itu, langsung dipanen." Total harga produksi Rp30 ribu. Namun setelah panen, harga kepiting lunak dijual sekitar Rp55 ribu per kilogramnya.
Kelebihan kepiting lunak itu ialah saat cangkang terlepas secara alami, kalsium yang ada di dalam cangkang ditarik secara alami ke dalam tubuh kepiting.
"Sebetulnya dalam riset, kepiting dengan cangkang keras lebih rendah kalsium daripada kepiting lunak. Kepiting lunak yang kaya kalsium ini bisa menjadi penetral kolestrol dan mengendalikan gula darah pada penderita diabetes," terangnya.
Yushi mengomersialkan aplikasi temuannya itu. Akhirnya melalui skim penelitian program Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri yang dibiayai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, formula penstimulasi molting itu dijadikan produk unggulan yang dijual di pasaran.
Ekspor
Pada 2011, melalui program Ipteka, LIPI mensponsori penggunaan ekstrak buatan Yushinta itu dan diberi nama produk Vitomolt. Produk ekstrak itu tidak hanya berasal dari bayam. Ada juga ekstrak daun murbei.
Produk Vitomolt itu sekarang telah dipakai di UKM-UKM yang mengembangkan kepiting. Yushi juga mengembangkan riset itu melalui Kelompok Intermediasi Alih Teknologi Adykarya Tani Mandiri (KIAT ATM). Lewat kelompok itu, Yushi sudah memiliki 50 petani kepiting binaan yang dibagi menjadi enam kelompok.
"Dengan metode penstimulasi ekstrak bayam dan murbei ini, setiap hari petani kepiting ini panen. Produksi mereka sekarang ini mencapai 2-3 ton per bulan," terang Yushi.
Panen besar itu sudah mencukupi kebutuhan konsumsi kepiting lunak di Makassar. "Makanya kami sudah mengekspor ke luar negeri melalui kerja sama dengan pengusaha di Surabaya. Kepiting lunak dari Makassar itu sudah diekspor ke Jepang, Hong Kong, hingga Amerika Serikat," ujar Yushi bangga.
Temuan Yushi itu sudah dipatenkan di Dirjen HKI pada 2008 karena sudah banyak pengusaha dari luar negeri, terutama Jepang, mulai berdatangan ke Makassar untuk mengetahui bagaimana proses pelunakan cangkang kepiting dengan cara alami.
Lewat bisnis tersebut, banyak petani diuntungkan karena kesejahteraan mereka tercukupi dan bisa menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan tinggi.
Pada tahun ini masih di bawah binaan KIAT ATM, Yushi membina UKM untuk industri kepiting lunak yang dikemas dalam bentuk kepiting lunak goreng tepung dengan merek Yushi Crab. Bila Anda berkunjung ke Makassar, salah satu makanan khas Makassar yang kini jadi oleh-oleh favorit ialah kepiting lunak goreng tepung.
Dalam satu kardus dengan berat 450 kg, harganya Rp90 ribu. Konsumen tinggal menggoreng kepiting yang sudah dilumuri tepung sampai matang kemudian menyantapnya dengan nasi atau hanya sebagai camilan.
Hasil risetnya pun sudah disosialisasikan lewat buku yang berjudul Budi Daya dan Bisnis Kepiting Lunak. Tahun ini Yushinta berencana mengajukan proposal riset ke Kemenristek untuk menjadikan kepiting laut dan rajungan soka berkulit lunak.
"Selama ini di dunia riset kepiting dan rajungan baru ada di Thailand. Tapi metode yang akan saya kembangkan berbeda," janji perempuan berkacamata itu dengan penuh semangat. (Media Indonesia, 22 Mei 2012/ humasristek)
Biodata
Nama : Yushinta Fujaya
Jabatan : Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar
Tempat, tanggal lahir : Ujung Pandang, 23 Januari 1965
Penghargaan :
Satya Lancana Karya Satya XX dari Presiden RI (2011)
Salah satu dari 100 peneliti perempuan berprestasi di Indonesia (2010)
Dosen Berprestasi Unhas (2010)
Penghargaan Invensi Ekstrak Bayam untuk Produksi Kepiting Lunak (2009)
Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta bahkan bersama Rektor Unhas Idrus Paturusi ikut menyantap kepiting goreng berlumur tepung terigu itu. Rasanya gurih dan renyah.
Di kerumunan orang-orang yang sedang makan siang, tampak Yushinta Fujaya--salah satu guru besar di Unhas--tersenyum puas. Dialah penemu metode kepiting lunak goreng tepung.
Yushinta yang sehari-harinya sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas menjelaskan kepiting empuk itu merupakan hasil risetnya yang dikerjakan sejak 2007.
Yushi, panggilan akrab Yushinta, meneliti kepiting soka yang hidup di sungai-sungai untuk dijadikan oleh-oleh khas Makassar. Namun, selama ini orang kesulitan mengonsumsi kepiting karena cangkangnya yang sangat keras.
"Kalau makan kepiting, banyak yang harus dibuang terutama cangkang kerasnya. Di Thailand, dilakukan metode memutilasi kaki kepiting untuk merangsang pelepasan cangkang. Yang saya kerjakan tidak demikian. Kaki kepiting tetap utuh," ujarnya.
Dia pun tidak setuju mutilasi kaki kepiting karena dianggap tidak etis dan tidak memenuhi standar kepatutan. Selain itu untuk memproduksi kepiting lunak, seharusnya kepiting tetap dipelihara bersama kulit kerasnya secara individu. "Agar saat kepiting melepaskan kulitnya yang keras, kepiting lain tidak memakannya," jelas Yushi
Bayam
Dia memilih kepiting soka karena saat ini kepiting soka menjadi salah satu produk perikanan yang sangat prospektif di dunia internasional. Apalagi harganya tidak pernah turun. Yushi memulai riset dengan mengajukan proposal untuk biaya penelitian ke Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Pada tahun pertama, dia mendapatkan biaya riset Rp80 juta. Yushi mengembangkan suatu formula penstimulasi ganti kulit dari bahan tanaman bayam. Pada awalnya kepiting yang dipakai untuk riset ialah kepiting bakau, sebelum beralih ke kepiting soka.
Yushi menjelaskan sebagai peneliti fisiologi, banyak bahan yang bisa diteliti kandungannya agar bisa merangsang proses pelunakan cangkang kepiting. Dia menemukan bayam yang biasa dipakai untuk sayuran menjadi bahan utama untuk melunakkan cangkang.
"Saya buat menjadi ekstrak bayam untuk merangsang pelepasan kulit keras secara alami. Bayam ini memiliki zat perangsang yang bisa memengaruhi hormon molting pada kepiting, untuk melepaskan cangkang atau kulit kerasnya secara alami."
Awalnya Yushi membeli kepiting soka kepada nelayan dengan harga Rp16 ribu-Rp17 ribu per kilogram. Dia memilih kepiting yang sudah berusia dewasa. Setelah diberi ekstrak bayam dan ditunggu sampai dua minggu, kepiting-kepiting tersebut telah melepaskan cangkang secara alami. "Pada usia dua minggu pascapemberian ekstrak bayam itu, langsung dipanen." Total harga produksi Rp30 ribu. Namun setelah panen, harga kepiting lunak dijual sekitar Rp55 ribu per kilogramnya.
Kelebihan kepiting lunak itu ialah saat cangkang terlepas secara alami, kalsium yang ada di dalam cangkang ditarik secara alami ke dalam tubuh kepiting.
"Sebetulnya dalam riset, kepiting dengan cangkang keras lebih rendah kalsium daripada kepiting lunak. Kepiting lunak yang kaya kalsium ini bisa menjadi penetral kolestrol dan mengendalikan gula darah pada penderita diabetes," terangnya.
Yushi mengomersialkan aplikasi temuannya itu. Akhirnya melalui skim penelitian program Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri yang dibiayai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, formula penstimulasi molting itu dijadikan produk unggulan yang dijual di pasaran.
Ekspor
Pada 2011, melalui program Ipteka, LIPI mensponsori penggunaan ekstrak buatan Yushinta itu dan diberi nama produk Vitomolt. Produk ekstrak itu tidak hanya berasal dari bayam. Ada juga ekstrak daun murbei.
Produk Vitomolt itu sekarang telah dipakai di UKM-UKM yang mengembangkan kepiting. Yushi juga mengembangkan riset itu melalui Kelompok Intermediasi Alih Teknologi Adykarya Tani Mandiri (KIAT ATM). Lewat kelompok itu, Yushi sudah memiliki 50 petani kepiting binaan yang dibagi menjadi enam kelompok.
"Dengan metode penstimulasi ekstrak bayam dan murbei ini, setiap hari petani kepiting ini panen. Produksi mereka sekarang ini mencapai 2-3 ton per bulan," terang Yushi.
Panen besar itu sudah mencukupi kebutuhan konsumsi kepiting lunak di Makassar. "Makanya kami sudah mengekspor ke luar negeri melalui kerja sama dengan pengusaha di Surabaya. Kepiting lunak dari Makassar itu sudah diekspor ke Jepang, Hong Kong, hingga Amerika Serikat," ujar Yushi bangga.
Temuan Yushi itu sudah dipatenkan di Dirjen HKI pada 2008 karena sudah banyak pengusaha dari luar negeri, terutama Jepang, mulai berdatangan ke Makassar untuk mengetahui bagaimana proses pelunakan cangkang kepiting dengan cara alami.
Lewat bisnis tersebut, banyak petani diuntungkan karena kesejahteraan mereka tercukupi dan bisa menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan tinggi.
Pada tahun ini masih di bawah binaan KIAT ATM, Yushi membina UKM untuk industri kepiting lunak yang dikemas dalam bentuk kepiting lunak goreng tepung dengan merek Yushi Crab. Bila Anda berkunjung ke Makassar, salah satu makanan khas Makassar yang kini jadi oleh-oleh favorit ialah kepiting lunak goreng tepung.
Dalam satu kardus dengan berat 450 kg, harganya Rp90 ribu. Konsumen tinggal menggoreng kepiting yang sudah dilumuri tepung sampai matang kemudian menyantapnya dengan nasi atau hanya sebagai camilan.
Hasil risetnya pun sudah disosialisasikan lewat buku yang berjudul Budi Daya dan Bisnis Kepiting Lunak. Tahun ini Yushinta berencana mengajukan proposal riset ke Kemenristek untuk menjadikan kepiting laut dan rajungan soka berkulit lunak.
"Selama ini di dunia riset kepiting dan rajungan baru ada di Thailand. Tapi metode yang akan saya kembangkan berbeda," janji perempuan berkacamata itu dengan penuh semangat. (Media Indonesia, 22 Mei 2012/ humasristek)
Biodata
Nama : Yushinta Fujaya
Jabatan : Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar
Tempat, tanggal lahir : Ujung Pandang, 23 Januari 1965
Penghargaan :
Satya Lancana Karya Satya XX dari Presiden RI (2011)
Salah satu dari 100 peneliti perempuan berprestasi di Indonesia (2010)
Dosen Berprestasi Unhas (2010)
Penghargaan Invensi Ekstrak Bayam untuk Produksi Kepiting Lunak (2009)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.