Jurnas.com | LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) mengklaim, salah satu hasil penelitiannya, yakni pupuk jenis
Starmik, akanmemberikan keuntungan untuk para petani dalam mengelola
tanaman. "Starmik sebagai salah satu produk pupuk berfungsi sebagai
pengganti bahan kimia argo pada pertanian organik, dapat memperbaiki
sifat kimia dan biologi tanah, menekan penyakit, dan menyuburkan akar
serta menjaga kuantitas dan kualitas hasil panen." Hal itu dikatakan
peneliti LIPI bidang Mikrobiologis dan Biochemist, Sarjiya Antonius
kepada rombongan bupati se Kalimantan Timur yang berkunjung ke Pusat
penelitian Bioteknologi LIPI, di Cibinong, Selasa (15/5).
Menurut Anton, Starmik tidak hanya mengatasi berbagai masalah pada tanaman pertanian dan tanah, tapi juga produk yang aman, ramah lingkungan dan bisa dikembangkan secara berkelanjutan.
Ia menjelaskan, Starmik berasal dari berbagai ekosistem tanah yang telah diseleksi. Selain itu, aktivitas enzimnya pun sudah dikarakterisasi sesuai dengan fungsinya, yakni sebagai penyubur tanaman, biokontrol dan bioremediasi lahan. "Hasilnya, tanah menjadi sehat dan subur, kualitas dan produksi pangan meningkat, dan hasil pangannya sehat," tutur Anton.
Menurutnya, Starmik sangat efektif untuk rehabilitasi dan konservasi lahan pasca tambang. Di sini, Starmik akan memulihkan kembali aktivitas biologi tanah sehingga siklus nutrisi kembali normal dan berdampak positif menurunkan emisi gas rumah kaca (N2O). "Peran Starmik sebagai starter pembuatan kompos dengan bahan dasar limbah pertanian," ujar Anton.
Ia menjelaskan, saat ini Starmik sudah disebarkan ke beberapa daerah di Indonesia, seperti Malino, Wonogiri, Ngawi, Sukabumi dan Lampung.
Sementara itu, untuk proses penggunaannya, Anton menyatakan bahwa cukup empat kali, mulai dari awal penanaman sampai panen. "Jadi sejak awal menanam sampai panen, kita cukup menambahkan Starmik empat kali saja," ujarnya.
Menurut Anton, Starmik tidak hanya mengatasi berbagai masalah pada tanaman pertanian dan tanah, tapi juga produk yang aman, ramah lingkungan dan bisa dikembangkan secara berkelanjutan.
Ia menjelaskan, Starmik berasal dari berbagai ekosistem tanah yang telah diseleksi. Selain itu, aktivitas enzimnya pun sudah dikarakterisasi sesuai dengan fungsinya, yakni sebagai penyubur tanaman, biokontrol dan bioremediasi lahan. "Hasilnya, tanah menjadi sehat dan subur, kualitas dan produksi pangan meningkat, dan hasil pangannya sehat," tutur Anton.
Menurutnya, Starmik sangat efektif untuk rehabilitasi dan konservasi lahan pasca tambang. Di sini, Starmik akan memulihkan kembali aktivitas biologi tanah sehingga siklus nutrisi kembali normal dan berdampak positif menurunkan emisi gas rumah kaca (N2O). "Peran Starmik sebagai starter pembuatan kompos dengan bahan dasar limbah pertanian," ujar Anton.
Ia menjelaskan, saat ini Starmik sudah disebarkan ke beberapa daerah di Indonesia, seperti Malino, Wonogiri, Ngawi, Sukabumi dan Lampung.
Sementara itu, untuk proses penggunaannya, Anton menyatakan bahwa cukup empat kali, mulai dari awal penanaman sampai panen. "Jadi sejak awal menanam sampai panen, kita cukup menambahkan Starmik empat kali saja," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.