♙ Kisah WNI 'Raja Tempe' di Jepang [Cindy Audilla] ♙
Rustono, warga negara Indonesia yang menjadi pengusaha tempe di Jepang, bertemu dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani. Dalam pertemuan ini Rustono sempat menceritakan tujuannya ke Indonesia untuk membeli mesin pemecah kedelai.
Seperti diketahui, kedelai adalah bahan baku utama untuk membuat tempe.
"Ke Indonesia untuk membeli mesin pemecah kedelai dari Bantul dan Surabaya dan dibawa ke Jepang," ujar Rustono di kantor BKPM, Senin (29/2/2016).
Rustono menggunakan mesin pemecah kedelai buatan Indonesia untuk mendukung proses produksi tempe. Alasannya, harga mesin produksi di Indonesia lebih murah ketimbang di Jepang.
Mesin produksi itu antara lain, mesin packing, mesin pengupas kedelai, dan mesin pelubang plastik.
"Investasi mesin Rp 90 juta per mesin. Dibandingkan dengan di Jepang Rp 600 juta dengan kualitas yang sama," kata Rustono.
Selain itu, Rustono memilih mesin produksi made in RI karena daya tahannya cukup lama. Jika mesin rusak, dia tinggal menghubungi pembuatnya lewat dunia maya.
"Mesinnya bandel selama 12 tahun dipakai. Keunggulannya ada. Kalau pun ada kerusakan nanti tinggal komunikasi via skype," imbuh Rustono.
Sedangan Franky menambahkan, selama 8 tahun Rustono memasarkan dan memperkenalkan tempe di Jepang hingga usahanya menjadi besar seperti saat ini. Tempe racikan Rustono dipasarkan dengan merek Rusto's Tempeh.
"Besar dari industri tempe di Jepang dan 'mentempekan' Jepang sudah 8 tahun," tutur Franky. (hns/drk)
Rustono, warga negara Indonesia yang menjadi pengusaha tempe di Jepang, bertemu dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani. Dalam pertemuan ini Rustono sempat menceritakan tujuannya ke Indonesia untuk membeli mesin pemecah kedelai.
Seperti diketahui, kedelai adalah bahan baku utama untuk membuat tempe.
"Ke Indonesia untuk membeli mesin pemecah kedelai dari Bantul dan Surabaya dan dibawa ke Jepang," ujar Rustono di kantor BKPM, Senin (29/2/2016).
Rustono menggunakan mesin pemecah kedelai buatan Indonesia untuk mendukung proses produksi tempe. Alasannya, harga mesin produksi di Indonesia lebih murah ketimbang di Jepang.
Mesin produksi itu antara lain, mesin packing, mesin pengupas kedelai, dan mesin pelubang plastik.
"Investasi mesin Rp 90 juta per mesin. Dibandingkan dengan di Jepang Rp 600 juta dengan kualitas yang sama," kata Rustono.
Selain itu, Rustono memilih mesin produksi made in RI karena daya tahannya cukup lama. Jika mesin rusak, dia tinggal menghubungi pembuatnya lewat dunia maya.
"Mesinnya bandel selama 12 tahun dipakai. Keunggulannya ada. Kalau pun ada kerusakan nanti tinggal komunikasi via skype," imbuh Rustono.
Sedangan Franky menambahkan, selama 8 tahun Rustono memasarkan dan memperkenalkan tempe di Jepang hingga usahanya menjadi besar seperti saat ini. Tempe racikan Rustono dipasarkan dengan merek Rusto's Tempeh.
"Besar dari industri tempe di Jepang dan 'mentempekan' Jepang sudah 8 tahun," tutur Franky. (hns/drk)
♙ detik
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.