SIGMA Diponegoro class TNI AL dalam acara parade HUT TNI lalu. ☆
Tentara Nasional Indonesia tidak akan menampilkan parade alat utama sistem persenjataan pada peringatan hari lahir ke-71 mereka pada 5 Oktober mendatang. Alasannya, tahun ini TNI tidak memiliki persenjataan baru.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menuturkan, demonstrasi alutsista akan dilaksanakan pada perayaan HUT TNI tahun depan.
"Pada 2015 kami sudah tunjukkan semua alusista yang ada, yang terbaru. Sekarang belum ada yang baru, belum datang lagi. Tahun 2017 yang baru akan datang," ujarnya di Jakarta, Minggu (2/10).
Gatot mengatakan, tahun ini lembaganya memang tidak akan menggelar perayaan hari jadi TNI semeriah tahun lalu. Menurutnya, upacara hari lahir TNI bakal terlaksana secara sederhana namun tetap khidmat.
"Nanti tidak dilakukan besar-besaran, karena kondisi bangsa seperti ini. Indonesia sedang membangun," kata Gatot.
Tahun 2015, TNI memperingati hari ulang tahun mereka di Pantai Indah Kiat, Cilegon, Banten. Kala itu, seluruh alutsista terbaik dipertunjukkan ke publik.
TNI AU misalnya, melakukan demonstrasi operasi udara flypast, aerobatik, SAR tempur, dan penarikan banner.
Pada operasi itu, enam pesawat F-16 Fighting Falcon, enam Sukhoi Su-27 dan Su-30, serta empat pesawat T-50i Golden Eagle mendemonstrasikan serangan udara strategis.
Sementara itu, Minggu malam kemarin, TNI dan Wayang Orang Indonesia Pusaka menggelar pagelaran seni wayang orang supra kolosal dalam rangka menyambut HUT TNI ke 71.
"Sesuai dengan visi Presiden, kami mewujudkan bangsa yang berkepribadian dan berkebudayaan," ujar Gatot.
Lakon yang diangkat adalah Satha Kurawa yang mengisahkan perselisihan keluarga Kurawa dari Kerajaan Hastinapura sebagai anak-anak Destarasta, dengan keluarga Pandawa dari Kerajaan Indraprasta, sebagai anak-anak Pandu Dewanata.
Perselisihan ini dipicu karena dendam, iri hati, dan keserakahan berlatar belakang wanita, harta, dan tahta. Konflik berujung pada perang saudara yang maha dahsyat dan dikenal dengan nama perang Bharatayudha di Padang Kurusetra.
"Perang itu yang menang maupun kalah akhirnya pasti menderita dan mengalami kerugian yang berkepanjangan," kata Gatot.
Sejumlah pejabat negara hadir dalam pementasan wayang orang tersebut, antara lain Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno, dan mantan Wakil Presiden Boediono. (abm)
Tentara Nasional Indonesia tidak akan menampilkan parade alat utama sistem persenjataan pada peringatan hari lahir ke-71 mereka pada 5 Oktober mendatang. Alasannya, tahun ini TNI tidak memiliki persenjataan baru.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menuturkan, demonstrasi alutsista akan dilaksanakan pada perayaan HUT TNI tahun depan.
"Pada 2015 kami sudah tunjukkan semua alusista yang ada, yang terbaru. Sekarang belum ada yang baru, belum datang lagi. Tahun 2017 yang baru akan datang," ujarnya di Jakarta, Minggu (2/10).
Gatot mengatakan, tahun ini lembaganya memang tidak akan menggelar perayaan hari jadi TNI semeriah tahun lalu. Menurutnya, upacara hari lahir TNI bakal terlaksana secara sederhana namun tetap khidmat.
"Nanti tidak dilakukan besar-besaran, karena kondisi bangsa seperti ini. Indonesia sedang membangun," kata Gatot.
Tahun 2015, TNI memperingati hari ulang tahun mereka di Pantai Indah Kiat, Cilegon, Banten. Kala itu, seluruh alutsista terbaik dipertunjukkan ke publik.
TNI AU misalnya, melakukan demonstrasi operasi udara flypast, aerobatik, SAR tempur, dan penarikan banner.
Pada operasi itu, enam pesawat F-16 Fighting Falcon, enam Sukhoi Su-27 dan Su-30, serta empat pesawat T-50i Golden Eagle mendemonstrasikan serangan udara strategis.
Sementara itu, Minggu malam kemarin, TNI dan Wayang Orang Indonesia Pusaka menggelar pagelaran seni wayang orang supra kolosal dalam rangka menyambut HUT TNI ke 71.
"Sesuai dengan visi Presiden, kami mewujudkan bangsa yang berkepribadian dan berkebudayaan," ujar Gatot.
Lakon yang diangkat adalah Satha Kurawa yang mengisahkan perselisihan keluarga Kurawa dari Kerajaan Hastinapura sebagai anak-anak Destarasta, dengan keluarga Pandawa dari Kerajaan Indraprasta, sebagai anak-anak Pandu Dewanata.
Perselisihan ini dipicu karena dendam, iri hati, dan keserakahan berlatar belakang wanita, harta, dan tahta. Konflik berujung pada perang saudara yang maha dahsyat dan dikenal dengan nama perang Bharatayudha di Padang Kurusetra.
"Perang itu yang menang maupun kalah akhirnya pasti menderita dan mengalami kerugian yang berkepanjangan," kata Gatot.
Sejumlah pejabat negara hadir dalam pementasan wayang orang tersebut, antara lain Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno, dan mantan Wakil Presiden Boediono. (abm)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.