⚓️ Dikawal Pasukan Garuda PASUKAN Garuda Indonesia yang bertugas sebagai Force Protection Company di Lebanon, saat melakukan patroli dengan menaiki kendaraan taktis Anoa buatan PT Pindad.
Awal kedatangan ke Lebanon, Pasukan Garuda Indonesia sama sekali tak dianggap oleh tentara perdamaian dari negara lain yang telah hadir duluan. Namun, secara perlahan-lahan, peran tentara Indonesia mulai dirasakan warga Lebanon serta pasukan perdamaian (Peace Keeping) negara lain.
Ini juga dirasakan oleh anggota Satgas Indonesia Force Protection Company (FPC) yang bertugas melindungi Force Commander (Komandan Pasukan) The United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), Serda Pasukan (Pas) Dona Hermawan.
Bagi prajurit Batalyon Komando 462 Paskhas/Pulanggeni, Pekanbaru ini, sangat bangga saat menjadi pengawal Komandan Pasukan PBB di Lebanon berasal dari Italia, Mayjen Claudio Graziano, pada 2009-2010 silam.
Dona menceritakan, sebelum dikawal Pasukan Garuda, Mayjen Claudio Grazian lebih suka dikawal pasukan senegaranya dari Italia. Selain itu, Graziano juga kemana-mana menaiki kendaraan taktis buatan Prancis, Nyala.
"Jadi Force Commander ini minta kita yang kawal saat ada perundingan Tri Partit antara Lebanon, PBB dan Israel. Perundingan tersebut tanpa suara, hanya menggunaka tulisan di atas kertas. Apa hasil dan bunyi perundingan tersebut, kami sama sekali tak diberitahukan," kata Dona Hermawan kepada RIAUONLINE.CO.ID, Rabu, 18 Oktober 2016, di Markas Yonko 462 Paskhas.
Sebulan setibanya di Naqoura, markas besar UNIFIL di Lebanon, Pasukan Garuda mendapat tugas mengawal Graziano dalm perundingan dan kemana-mana.
PASUKAN Garuda yang bertugas sebagai Force Protection Company UNIFIL di Lebanon, berfoto bersama dengan latar kendaraan taktis Anoa buatan PT Pindad.
Dampaknya, pasukan perdamaian dari Italia selama ini mengawal Komandan Pasukan, mulai jarang digunakan. Selama dalam pengawalan Pasukan Garuda, Mayjen Graziano, kepala dan badannya harus di dalam kendaraan taktis Nyala.
Force Protection Company asal Indonesia, tutur Hermawan, baru bisa menggunakan kendaraan taktis buatan sendiri, PT Pindad, sebulan usai menjalankan tugas di Lebanon. Ia menceritakan awal ketertarikan jenderal asal Italia itu terhadap Indonesia.
"Force Commander penasaran, seperti apa sih naik Anoa buatan anak bangsa kita sendiri, PT Pindad. Setibanya di dalam, Komandan merasakan kenyamanan dan akhirnya keterusan serta meminta kita kawal dia kemana-mana, termasuk perundingan Tri Partit," kata Hermawan.
Tak hanya pengawalan saat perundingan Tri Partit semata saja, kata Hermawan, Graziano juga meminta Pasukan Garuda untuk menjaga markas UNIFIL di Naqoura.
Lalu, apa alasannya sehingga jenderal bintang dua asal Italia memilih pasukan Garuda Indonesia dibandingkan prajurit negaranya? Hermawan mengatakan, setiap kali kendaraan taktis (Rantis) lewat, selalu disambut dengan lambaian tangan dan teriakan dari warga Lebanon.
"Apalagi pas tahu di lengan kita terlihat oleh warga Lebanon bendera merah putih, mereka akan berlari mengikuti kita, bahkan lambaian tangan saat kendaraan kita melewati mereka dan berteriak, Indonesi, Indonesi," kata Hermawan mengenang penugasan enam tahun silam tersebut.
Bagi Bintara Operasi Yonko 462 Paskhas Pekanbaru ini, keramahtamahan pasukan Garuda Indonesia menjadi modal sehingga lebih cepat akrab dengan warga Lebanon. Sehingga, itu memudahkan dalam menjalankan misi perdamaian.
Sementara itu, Komandan Yonko 462 Paskhas/Pulanggeni, Mayor Pas Rully Arifian mengatakan, tugas apapun bagi prajurit adalah suatu kehormatan dan kebanggaan. Termasuk tugas tugas operasi perdamaian.
"Tetap pertahankan prestasi tersebut demi kehormatan bangsa Indonesia di mata dunia. Saya juga pernah ikut misi tahun 2010-2011 sebagai military observer di Kongo selama setahun," kata lulusan AAU ini.
Rully mengakui, hanya prajurit Indonesia saja yang mau bekerja tanpa pamrih. Inilah menjadi alasan kenapa nama Indonesia untuk pasukan perdamaian PBB tetap harum.
Awal kedatangan ke Lebanon, Pasukan Garuda Indonesia sama sekali tak dianggap oleh tentara perdamaian dari negara lain yang telah hadir duluan. Namun, secara perlahan-lahan, peran tentara Indonesia mulai dirasakan warga Lebanon serta pasukan perdamaian (Peace Keeping) negara lain.
Ini juga dirasakan oleh anggota Satgas Indonesia Force Protection Company (FPC) yang bertugas melindungi Force Commander (Komandan Pasukan) The United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), Serda Pasukan (Pas) Dona Hermawan.
Bagi prajurit Batalyon Komando 462 Paskhas/Pulanggeni, Pekanbaru ini, sangat bangga saat menjadi pengawal Komandan Pasukan PBB di Lebanon berasal dari Italia, Mayjen Claudio Graziano, pada 2009-2010 silam.
Dona menceritakan, sebelum dikawal Pasukan Garuda, Mayjen Claudio Grazian lebih suka dikawal pasukan senegaranya dari Italia. Selain itu, Graziano juga kemana-mana menaiki kendaraan taktis buatan Prancis, Nyala.
"Jadi Force Commander ini minta kita yang kawal saat ada perundingan Tri Partit antara Lebanon, PBB dan Israel. Perundingan tersebut tanpa suara, hanya menggunaka tulisan di atas kertas. Apa hasil dan bunyi perundingan tersebut, kami sama sekali tak diberitahukan," kata Dona Hermawan kepada RIAUONLINE.CO.ID, Rabu, 18 Oktober 2016, di Markas Yonko 462 Paskhas.
Sebulan setibanya di Naqoura, markas besar UNIFIL di Lebanon, Pasukan Garuda mendapat tugas mengawal Graziano dalm perundingan dan kemana-mana.
PASUKAN Garuda yang bertugas sebagai Force Protection Company UNIFIL di Lebanon, berfoto bersama dengan latar kendaraan taktis Anoa buatan PT Pindad.
Dampaknya, pasukan perdamaian dari Italia selama ini mengawal Komandan Pasukan, mulai jarang digunakan. Selama dalam pengawalan Pasukan Garuda, Mayjen Graziano, kepala dan badannya harus di dalam kendaraan taktis Nyala.
Force Protection Company asal Indonesia, tutur Hermawan, baru bisa menggunakan kendaraan taktis buatan sendiri, PT Pindad, sebulan usai menjalankan tugas di Lebanon. Ia menceritakan awal ketertarikan jenderal asal Italia itu terhadap Indonesia.
"Force Commander penasaran, seperti apa sih naik Anoa buatan anak bangsa kita sendiri, PT Pindad. Setibanya di dalam, Komandan merasakan kenyamanan dan akhirnya keterusan serta meminta kita kawal dia kemana-mana, termasuk perundingan Tri Partit," kata Hermawan.
Tak hanya pengawalan saat perundingan Tri Partit semata saja, kata Hermawan, Graziano juga meminta Pasukan Garuda untuk menjaga markas UNIFIL di Naqoura.
Lalu, apa alasannya sehingga jenderal bintang dua asal Italia memilih pasukan Garuda Indonesia dibandingkan prajurit negaranya? Hermawan mengatakan, setiap kali kendaraan taktis (Rantis) lewat, selalu disambut dengan lambaian tangan dan teriakan dari warga Lebanon.
"Apalagi pas tahu di lengan kita terlihat oleh warga Lebanon bendera merah putih, mereka akan berlari mengikuti kita, bahkan lambaian tangan saat kendaraan kita melewati mereka dan berteriak, Indonesi, Indonesi," kata Hermawan mengenang penugasan enam tahun silam tersebut.
Bagi Bintara Operasi Yonko 462 Paskhas Pekanbaru ini, keramahtamahan pasukan Garuda Indonesia menjadi modal sehingga lebih cepat akrab dengan warga Lebanon. Sehingga, itu memudahkan dalam menjalankan misi perdamaian.
Sementara itu, Komandan Yonko 462 Paskhas/Pulanggeni, Mayor Pas Rully Arifian mengatakan, tugas apapun bagi prajurit adalah suatu kehormatan dan kebanggaan. Termasuk tugas tugas operasi perdamaian.
"Tetap pertahankan prestasi tersebut demi kehormatan bangsa Indonesia di mata dunia. Saya juga pernah ikut misi tahun 2010-2011 sebagai military observer di Kongo selama setahun," kata lulusan AAU ini.
Rully mengakui, hanya prajurit Indonesia saja yang mau bekerja tanpa pamrih. Inilah menjadi alasan kenapa nama Indonesia untuk pasukan perdamaian PBB tetap harum.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.