Proses Lahirnya InfoglobalPeranti Avionik di Kokpit Pesawat yang Diproduksi oleh Infoglobal [wikimedia.org] ☆
Dari kesulitan lahirlah peluang dan inovasi. Itulah yang dialami PT Infoglobal Teknologi Semesta yang berhasil memproduksi sistem avionik pesawat tempur Tentara Nasional Indonesia. Perusahaan asal Surabaya ini sanggup memproduksi peralatan avionik, peranti vital di kokpit pesawat tempur yang menjadi indikator sistem navigasi, komunikasi dan persenjataan untuk pilot pesawat.
Menengok ke belakang, perusahaan yang didirikan pada 9 September 1992 oleh J. Adi Sasongko, kini CEO PT Infoglobal Teknologi Semesta, ini awalnya bergerak di bidang teknologi informasi. Namun, kini perusahaan yang merupakan bagian dari Grup Infoglobal dan beralamat di Jalan Sriwijaya 36, Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur ini telah melebarkan sayap dengan menggarap pengembangan solusi peranti lunak dengan fokus pada sektor pemerintahan, utilitas, pertahanan, energi, dan manajemen aset.
Seiring waktu, perusahaan mencoba berbagai tantangan baru. Dengan semangat itu, di tahun 2008 Infoglobal menggenjot penelitian dan pengembangan sistem avionik pesawat tempur Hawk, F-5 dan F-16, serta Casa NC-212/200. Keputusan itu sendiri didasari sebuah “keterpaksaan”. Pasalnya, kala itu Indonesia terkena embargo dari negara produsen pesawat tempur tersebut, yakni AS dan Inggris. Karena itu, TNI-AU pun tidak punya pilihan untuk memperbaiki peralatan avionik pesawat tempurnya selain berpaling ke vendor dalam negeri, yaitu Infoglobal.
“Avionics memang wajib diperbaiki. Pesawat tanpa avionics tertentu tidak diizinkan terbang karena terkait syarat kelaikan terbang yang wajib dipenuhi,” kata Ahmad Fauzi, GM PT Infoglobal Teknologi Semesta, melalui surat elektronik.
Karena itu, Infoglobal diberi kesempatan memperbaiki sistem avionik pesawat tempur TNI-AU yang sudah dalam kondisi un-serviceable (US) alias rusak. Ahmad menuturkan, semua riset dan pengembangan sistem avionik Infoglobal dilakukan sendiri oleh tim internal dengan SDM murni, putra-putri bangsa Indonesia. “Kami belum pernah menjumpai transfer of Technology (ToT) yang secara konkret dan rela diberikan oleh pemilik teknologi. Sebab itu, jika bangsa kita ingin mandiri dalam industri pertahanan, yang logis dilakukan pemerintah adalah membina industri dalam negeri dan bukan mengharapkan ToT dari industri asing,” demikian pesan Ahmad kepada pemerintah.
Ia mengklaim, berkat riset yang intensif dan tak kenal lelah, Infoglobal bisa memproduksi sistem avionik canggih yang mampu bersaing dengan produk asalnya. Pasalnya, sistem avionik Infoglobal sudah lolos uji dengan mengacu pada standar militer MIL-STD 810 G, serta meraih sertifikat dari Indonesia Military Airworthiness Authority-Kementerian Pertahanan dan dipakai terbang sejak 2008. “Sampai dengan saat ini pelanggan kami masih satisfy. Produk kami mampu bersaing dengan produk luar negeri, baik dari aspek pricing, quality maupun after sales service. Kami dipercaya klien TNI sebagai vendor yang quick response,” ujar Ahmad.
Simulator CN235
Seiring waktu, produk Infoglobal kian bertambah lengkap. Salah satunya, pada 2015 Infoglobal mengembangkan simulator pesawat CN-235 pesanan PT Dirgantara Indonesia (DI), khususnya di bagian instrumen navigasi. Infoglobal juga memproduksi sejumlah aplikasi peranti lunak, khususnya untuk segmen pertahanan, utilitas dan kesehatan. Pada segmen pertahanan, Infoglobal mengembangkan aplikasi pemantauan situasi udara nasional dengan mengintegrasikan sistem radar sipil dan militer. Di samping itu, juga mengembangkan aplikasi simulasi latihan tempur untuk matra udara.
Pada segmen utilitas, Infoglobal mengembangkan sistem informasi pelayanan pelanggan dan sistem pengelolaan jaringan distribusi tenaga listrik berbasis geography information system (GIS). Infoglobal mengembangkan pula aplikasi pengelolaan rumah sakit dan pengelolaan kesehatan karyawan. Pada segmen manajemen aset, Infoglobal berkompeten mengimplementasikan Maximo, sistem manajemen aset milik IBM.
Berkat kreativitas dan inovasi, berbagai klien terkemuka sukses diraihnya. Sebagai contoh, untuk produk avionik dan simulator, seperti disedutkan di atas, Infoglobal mampu menggaet TNI-AU, TNI-AL dan PT DI. Sementara klien untuk produk aplikasi mencakup Total, BP Migas, Indonesia Power, Exxon Mobil, Gas Negara, PLN, Kemdiknas dan Pemkot Surabaya. (Hana Bilqisthi)
Dari kesulitan lahirlah peluang dan inovasi. Itulah yang dialami PT Infoglobal Teknologi Semesta yang berhasil memproduksi sistem avionik pesawat tempur Tentara Nasional Indonesia. Perusahaan asal Surabaya ini sanggup memproduksi peralatan avionik, peranti vital di kokpit pesawat tempur yang menjadi indikator sistem navigasi, komunikasi dan persenjataan untuk pilot pesawat.
Menengok ke belakang, perusahaan yang didirikan pada 9 September 1992 oleh J. Adi Sasongko, kini CEO PT Infoglobal Teknologi Semesta, ini awalnya bergerak di bidang teknologi informasi. Namun, kini perusahaan yang merupakan bagian dari Grup Infoglobal dan beralamat di Jalan Sriwijaya 36, Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur ini telah melebarkan sayap dengan menggarap pengembangan solusi peranti lunak dengan fokus pada sektor pemerintahan, utilitas, pertahanan, energi, dan manajemen aset.
Seiring waktu, perusahaan mencoba berbagai tantangan baru. Dengan semangat itu, di tahun 2008 Infoglobal menggenjot penelitian dan pengembangan sistem avionik pesawat tempur Hawk, F-5 dan F-16, serta Casa NC-212/200. Keputusan itu sendiri didasari sebuah “keterpaksaan”. Pasalnya, kala itu Indonesia terkena embargo dari negara produsen pesawat tempur tersebut, yakni AS dan Inggris. Karena itu, TNI-AU pun tidak punya pilihan untuk memperbaiki peralatan avionik pesawat tempurnya selain berpaling ke vendor dalam negeri, yaitu Infoglobal.
“Avionics memang wajib diperbaiki. Pesawat tanpa avionics tertentu tidak diizinkan terbang karena terkait syarat kelaikan terbang yang wajib dipenuhi,” kata Ahmad Fauzi, GM PT Infoglobal Teknologi Semesta, melalui surat elektronik.
Karena itu, Infoglobal diberi kesempatan memperbaiki sistem avionik pesawat tempur TNI-AU yang sudah dalam kondisi un-serviceable (US) alias rusak. Ahmad menuturkan, semua riset dan pengembangan sistem avionik Infoglobal dilakukan sendiri oleh tim internal dengan SDM murni, putra-putri bangsa Indonesia. “Kami belum pernah menjumpai transfer of Technology (ToT) yang secara konkret dan rela diberikan oleh pemilik teknologi. Sebab itu, jika bangsa kita ingin mandiri dalam industri pertahanan, yang logis dilakukan pemerintah adalah membina industri dalam negeri dan bukan mengharapkan ToT dari industri asing,” demikian pesan Ahmad kepada pemerintah.
Ia mengklaim, berkat riset yang intensif dan tak kenal lelah, Infoglobal bisa memproduksi sistem avionik canggih yang mampu bersaing dengan produk asalnya. Pasalnya, sistem avionik Infoglobal sudah lolos uji dengan mengacu pada standar militer MIL-STD 810 G, serta meraih sertifikat dari Indonesia Military Airworthiness Authority-Kementerian Pertahanan dan dipakai terbang sejak 2008. “Sampai dengan saat ini pelanggan kami masih satisfy. Produk kami mampu bersaing dengan produk luar negeri, baik dari aspek pricing, quality maupun after sales service. Kami dipercaya klien TNI sebagai vendor yang quick response,” ujar Ahmad.
Simulator CN235
Seiring waktu, produk Infoglobal kian bertambah lengkap. Salah satunya, pada 2015 Infoglobal mengembangkan simulator pesawat CN-235 pesanan PT Dirgantara Indonesia (DI), khususnya di bagian instrumen navigasi. Infoglobal juga memproduksi sejumlah aplikasi peranti lunak, khususnya untuk segmen pertahanan, utilitas dan kesehatan. Pada segmen pertahanan, Infoglobal mengembangkan aplikasi pemantauan situasi udara nasional dengan mengintegrasikan sistem radar sipil dan militer. Di samping itu, juga mengembangkan aplikasi simulasi latihan tempur untuk matra udara.
Pada segmen utilitas, Infoglobal mengembangkan sistem informasi pelayanan pelanggan dan sistem pengelolaan jaringan distribusi tenaga listrik berbasis geography information system (GIS). Infoglobal mengembangkan pula aplikasi pengelolaan rumah sakit dan pengelolaan kesehatan karyawan. Pada segmen manajemen aset, Infoglobal berkompeten mengimplementasikan Maximo, sistem manajemen aset milik IBM.
Berkat kreativitas dan inovasi, berbagai klien terkemuka sukses diraihnya. Sebagai contoh, untuk produk avionik dan simulator, seperti disedutkan di atas, Infoglobal mampu menggaet TNI-AU, TNI-AL dan PT DI. Sementara klien untuk produk aplikasi mencakup Total, BP Migas, Indonesia Power, Exxon Mobil, Gas Negara, PLN, Kemdiknas dan Pemkot Surabaya. (Hana Bilqisthi)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.