blog-indonesia.com

Sabtu, 01 Oktober 2016

Pesawat N219 Buatan PTDI Bakal Jadi Idola di Benua Afrika

✈ N219  [PTDI]

Pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia (Persero) belum melakukan terbang perdana yang rencananya berlangsung di akhir tahun. Namun pesawat ini ternyata sudah diminati beberapa maskapai. Tak hanya lokal, minat juga datang dari perusahaan luar negeri.

Direktur Utama PT DI Budi Santoso menceritakan, usai dikeluarkannya N219 dari hanggar untuk dikenalkan kepada masyarakat, banyak perusahaan asal Benua Afrika yang siap untuk membeli pesawat itu.

Bahkan, ada salah satu perusahaan asal Nigeria yang menawarkan proses assembling dilakukan di negaranya. Ini sebagai tanda bahwa perusahaan itu siap membeli N219 dalam jumlah yang cukup banyak.

"Ada beberapa negara yang datang ke kami, mereka katakan kita kerjasama. Kalau kita mau mereka akan bikin komitmen bikin 100 pesawat nanti di negaranya, jadi assembly di sana, komponen semua dari sini. Banyak negara Afrika yang tertarik‎ pesawat kita. Nigeria salah satunya,"‎ papar Budi saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti dikutip Minggu (18/9/2016).

Ditambahkan Budi, dari pengakuan beberapa perusahaan asal Benua Afrika tersebut, banyak pesawat dengan tipe yang sama yang banyak digunakan di negaranya namun kini berusia uzur. Ini karena produsen pesawat tersebut sudah tidak memproduksinya lagi.

Untuk itu, mereka memburu N219 ini karena pesawat jenis ini akan menjadi idola baru‎ di langit-langit Afrika nantinya. Komitmen ini diakui Budi menjadi semangat tersendiri bagi PT DI untuk segera merampungkan produksi N219. "Jadi mereka melihat ini untuk masa depannya Afrika," tambah Budi.

‎Tak hanya perusahaan luar negeri, Budi mengaku juga telah disiapkan perjanjian jual beli dengan perusahaan dalam negeri. Perusahaan ini dikatakannya siap membeli 40-60 unit N219. Hanya saja Budi masih enggan menandatangani kontrak tersebut sebelum N219 terbang perdana.

Tak mau menyebutkan nama perusahaan itu, Budi hanya menjelaskan jika ini memiliki bisnis di penerbangan perintis.

"Buat saya itu 40-60 unit itu produksinya sekitar 3-4 tahun. Kan sekarang 12 unit per tahun, nanti akan naik jadi 24 unit pesawat per tahun. Jadi ini yang kita kerjakan," papar dia.

N219 sendiri saat ini masih dalam proses finalisasi administrasi sertifikat komponen yang sudah dikantongi. Ditargetkan Budi, pesawat tipe turbo proop ini akan terbang perdana pada akhir tahun 2016.

 Terbang Perdana Akhir Tahun 
Pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia (Persero) siap untuk terbang perdana akhir tahun ini. Saat ini, PTDI tengah menyelesaikan proses sertifikasi beberapa komponen yang digunakan di pesawat karya anak bangsa itu.

Direktur Utama PTDI Budi Santoso menjelaskan, sertifikasi sebenarnya sudah dimiliki seluruh komponen yang digunakan, hanya saja proses administrasinya yang sampai saat ini belum usai.

Budi mengaku, pesawat dengan tipe mesin turboprop ganda ini menggunakan teknologi dan mesin yang digunakan di beberapa jenis pesawat yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses produksi dan perawatannya.

"Seperti engine-nya kita gunakan seperti pesawat Susi Air tapi lebih besar, avioniknya juga sama. Ini gunanya supaya biaya pengembangan murah dan suku cadang banyak. Tak hanya itu, sertifikasi juga lebih mudah karena yang lain kan sudah dapat sertifikat," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (17/9/2016).

Rumitnya proses administrasi sertifikasi ini dikarenakan vendor-vendor yang ada lebih banyak di luar negeri. Sebab, bahan yang digunakan dalam pesawat tidak diproduksi di dalam negeri sehingga membutuhkan yang cukup panjang. Salah satu komponen yang proses administrasinya belum selesai yaitu kabel konektor.

Selain prosesnya yang panjang, biaya sertifikasi cukup mahal. Budi mencontohkan kabel konektor. Meski harganya‎ hanya US$ 5-US$ 10, namun biaya sertifikasinya mencapai ribuan dolar Amerika Serikat (AS).

Meski begitu, manajemen PTDI saat ini tengah berupaya mempercepat proses itu agar pesawat N219 bisa segera terbang perdana N219.

"Kita harapkan akhir tahun ini kita bisa terbang perdana. Sekarang kita juga sedang siapkan crew-nya, mulai dari pilot itu sendiri. Untuk pilot, kita sudah sekolahkan hingga ke Kanada," tegas Budi.

Setelah terbang perdana, untuk menjadikan N219 layak dikomersialkan, Budi mengaku masih ada proses uji coba yang harus dilewati. "Masih butuh waktu tes 1-2 tahun lagi sebelum dapa‎t sertifikat komersialnya," pungkas Budi.

 Dibanderol Rp 91 Miliar 
Pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia (Persero) siap untuk terbang perdana akhir tahun ini. Saat ini, PTDI tengah menyelesaikan proses sertifikasi beberapa komponen yang digunakan di pesawat karya anak bangsa itu.

Meski belum resmi diluncurkan, manajemen PTDI sudah memiliki perkiraan berapa harga jual pesawat ini nantinya.

Direktur Utama PTDI Budi Santoso menyebutkan harga jual pesawat N219 sekitar US$ 6 juta-7 juta atau setara dengan Rp 78 miliar-91 miliar (kurs Rp 13 ribu per dolar AS). Menurut Budi, harga ini sangat bersaing jika dibandingkan pesawat untuk sejenisnya.

"Pesawat ini dipasarkan itu antara harga US$ 6 juta-7 juta kalau sudah jadi. Tapi nanti juga tergantung konsumennya, biasanya nanti kita kasih diskon," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (17/9/2016).

Dengan harga tersebut, Budi menjamin sistem perawatannya sangatlah mudah. Hal ini karena engine (mesin) dan beberapa komponen yang digunakan di pesawat N219 sudah banyak digunakan di beberapa jenis pesawat yang sekarang sudah ada.

Budi menambahkan, sebagai pesawat penumpang, N219 harus mendapatkan sertifikat khusus sehingga bisa dikomersialkan. Untuk mendapatkannya, perseroan harus melakukan uji terbang selama 1-2 tahun, setelah pesawat tersebut dinyatakan layak terbang.

"Sudah banyak perusahaan yang menyatakan minatnya untuk beli pesawat ini, tapi saya tidak mau tanda tangan kontrak dulu sebelum N219 ini terbang perdana," papar Budi. (Yas/Ndw)

  Liputan 6  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More