Peluncuran ulang pesawat nirawak Ai-X1 gagal menggapai target ketinggian 30 kilometer di lepas landas Sabtu (29/10) pagi. Kegagalan tersebut jadi yang kedua kalinya berturut-turut yang mendera proyek Menembus Langit.
Seperti dilansir dari Detikcom, Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Ai-X1 yang terbang dengan memanfaatkan balon udara sebagai transportasi pengangkut ke lapisan stratosfer melepaskan diri di ketinggian 19 km. Ketinggian itu jadi pencapaian paling tinggi dari beberapa kali peluncuran yang telah dilakukan sebelumnya.
"Sebenarnya kalau disebut sampai di stratosfer atau tidak itu relatif ya. Stratosfer itu kan yang mulai dari 8-10 km juga ada ya. Jadi kalau ditanya lagi sudah sampai stratosfer atau tidak, ya dari beberapa percobaan kemarin bisa dibilang sudah," ujar Azhar melalui sambungan telepon kepada CNNIndonesia.com.
Peluncuran ulang pesawat nirawak Ai-X1 gagal mencapai target ketinggian 30 kilometer di lepas landas, untuk kedua kalinya. (CNN Indonesia/Bintoro Agung)
Sebelumnya, tim Menembus Langit sudah melakukan dua kali peluncuran. Pertama adalah uji terbang pada 27 Agustus dan yang terbaru lepas landas yang dilaksanakan Jumat (28/10).
Nasib kurang baik menimpa kedua usaha peluncuran itu sehingga misi mengarungi stratosfer di ketinggian 30 km tak tercapai.
Walaupun Ai-X1 menunjukkan kemajuan dari sisi ketinggian yang dicapai, nasib pesawat nirawak ini belum diketahui keberadaannya. Setelah melepaskan diri dari balon udara, pesawat tidak pulang ke lokasi peluncuran. Padahal Ai-X1 adalah pesawat nirawak yang diprogram untuk mendarat otomatis tepat di titik di mana ia diluncurkan.
Laporan Detikcom di lokasi peluncuran di Balai Uji Teknologi Lembaga Antariksa Penerbangan Nasional (LAPAN) di Pamengpeuk, Garut, menyebut pesawat mendarat tak jauh dari lokasi peluncuran. Sampai saat berita ini ditulis pun, pesawat produksi AeroTerrascan masih belum ditemukan.
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Ai-X1
"Tim kami masih menganalisis trouble yang terjadi. Dugaan sementara ada gangguaun pada GPS yang membuat pesawat jatuh tidak tepat pada titik peluncuran," kata Aji Pasha, Bagian Humas Ekspedisi Menembus Langit di lokasi peluncuran.
Dikonfirmasi di waktu terpisah, Azhar juga mengaku belum mendapat laporan terkait nasib Ai-X1. "Kita juga masih dalam pencarian. Kita juga sedang memproses data-data yang masuk dari pesawat," aku Azhar.
Menembus Langit merupakan sebuah proyek kolaborasi yang bertujuan utama mengembangkan penelitian di bidang aeronautika, penerbangan, serta meteorologi. Pesawat yang dapat dikategorikan ulang-alik (return to home) itu ditujukan untuk merekam data sebanyak-banyaknya mengenai kondisi atmosfer melalui berbagai sensor dan kamera yang tersemat di tubuhnya.
Hasil data tersebut selanjutnya akan dibagi dengan sejumlah universitas yang tertarik untuk meneliti lebih jauh temuan mereka. (rah)
Seperti dilansir dari Detikcom, Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Ai-X1 yang terbang dengan memanfaatkan balon udara sebagai transportasi pengangkut ke lapisan stratosfer melepaskan diri di ketinggian 19 km. Ketinggian itu jadi pencapaian paling tinggi dari beberapa kali peluncuran yang telah dilakukan sebelumnya.
"Sebenarnya kalau disebut sampai di stratosfer atau tidak itu relatif ya. Stratosfer itu kan yang mulai dari 8-10 km juga ada ya. Jadi kalau ditanya lagi sudah sampai stratosfer atau tidak, ya dari beberapa percobaan kemarin bisa dibilang sudah," ujar Azhar melalui sambungan telepon kepada CNNIndonesia.com.
Peluncuran ulang pesawat nirawak Ai-X1 gagal mencapai target ketinggian 30 kilometer di lepas landas, untuk kedua kalinya. (CNN Indonesia/Bintoro Agung)
Sebelumnya, tim Menembus Langit sudah melakukan dua kali peluncuran. Pertama adalah uji terbang pada 27 Agustus dan yang terbaru lepas landas yang dilaksanakan Jumat (28/10).
Nasib kurang baik menimpa kedua usaha peluncuran itu sehingga misi mengarungi stratosfer di ketinggian 30 km tak tercapai.
Walaupun Ai-X1 menunjukkan kemajuan dari sisi ketinggian yang dicapai, nasib pesawat nirawak ini belum diketahui keberadaannya. Setelah melepaskan diri dari balon udara, pesawat tidak pulang ke lokasi peluncuran. Padahal Ai-X1 adalah pesawat nirawak yang diprogram untuk mendarat otomatis tepat di titik di mana ia diluncurkan.
Laporan Detikcom di lokasi peluncuran di Balai Uji Teknologi Lembaga Antariksa Penerbangan Nasional (LAPAN) di Pamengpeuk, Garut, menyebut pesawat mendarat tak jauh dari lokasi peluncuran. Sampai saat berita ini ditulis pun, pesawat produksi AeroTerrascan masih belum ditemukan.
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Ai-X1
"Tim kami masih menganalisis trouble yang terjadi. Dugaan sementara ada gangguaun pada GPS yang membuat pesawat jatuh tidak tepat pada titik peluncuran," kata Aji Pasha, Bagian Humas Ekspedisi Menembus Langit di lokasi peluncuran.
Dikonfirmasi di waktu terpisah, Azhar juga mengaku belum mendapat laporan terkait nasib Ai-X1. "Kita juga masih dalam pencarian. Kita juga sedang memproses data-data yang masuk dari pesawat," aku Azhar.
Menembus Langit merupakan sebuah proyek kolaborasi yang bertujuan utama mengembangkan penelitian di bidang aeronautika, penerbangan, serta meteorologi. Pesawat yang dapat dikategorikan ulang-alik (return to home) itu ditujukan untuk merekam data sebanyak-banyaknya mengenai kondisi atmosfer melalui berbagai sensor dan kamera yang tersemat di tubuhnya.
Hasil data tersebut selanjutnya akan dibagi dengan sejumlah universitas yang tertarik untuk meneliti lebih jauh temuan mereka. (rah)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.