Dirgantara Indonesia Kantongi Pemesanan 150 Pesawat N219
Bandung
☆ Menteri Perdagangan dan Perindustrian MS Hidayat bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas Armida Salsiah Alisjahbana melakukan kunjungan kerja ke PT Dirgantara Indonesia (PT DI), Jumat (7/3/2014). Pembahasannya antaralain soal proyek N219 yang sudah dipesan hingga 150 unit.
"Jadi ada pilot project N219 dimana PT DI bersama Lapan akan melakukan riset dan pengembangannya yang didanai oleh Bappenas. Informasi dari PT DI, mereka sudah ada MoU untuk 150 pesawat," ujar Hidayat saat ditemui di Gedung GPM, PT DI, Jalan Pajajaran.
Hidayat mengatakan pesawat tersebut nantinya akan dioperasikan di kawasan Indonesia Timur sebagai transportasi antar daerah. "Ini untuk juga untuk mendukung program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)," katanya.
Secara terpisah, Dirut PT DI Budi Santoso mengatakan, saat ini prototipe pesawat masih dalam proses pembuatan dan diperkirakan selesai pada 2015. "Sudah mulai bikin tooling untuk komponen. Nanti akan kontrak (produksi) setelah terbang (prototipe)," tutur Budi.
Para pemesan yang tertarik dengan N219 yang memiliki kapasitas 19 seat ini antara lain sejumlah maskapai seperti Lion Air, Nusantara Buana Air dan lainnya.
Kandungan Lokal Pesawat N219 akan Capai 60%
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mendukung PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terkait proyek pesawat N219. Pesawat murni hasil rancang bangun putra putri Indonesia ini bakal memiliki kandungan lokal hingga 60%.
Demikian disampaikan oleh Hidayat saat melakukan kunjungan kerja ke PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
"Kami antusias dari perindustrian, karena tingkat komponen dalam negeri (TKDN) ini sudah diawali 40% dan akan menuju 60% dalam 5 tahun ke depan. Dengan begitu, kita bisa memproteksi mereka. Karena peraturan pemerintah menyampaikan di atas 40% (TKDN) kita tidak akan mengizinkan impor," ujar Hidayat.
Dengan proyek pengembangan N219 ini Hidayat meyakini industri komponen dan pemasok akan tumbuh untuk memenuhi kebutuhan kegiatan produksi N219. Menurut Hidayat untuk membuat pesawat terbang dibutuhkan industri komponen yang banyak.
"75% bagian dari pesawat ini terdiri dari komponen. Itu semuanya dibuat di dalam negeri. Kami dukung karena ini akan menumbuhkan ratusan industri komponen dan supplier yang semuanya akan memperkuat konstruksi industri dalam negeri," katanya.
Namun, komponen-komponen tersebut dikatakan Hidayat harus distandarisasi kualitasnya supaya memenuhi spesifikasi yang diharapkan. "PT DI bersama Kemenperin akan bekerjasama untuk membuat standar itu supaya sesuai spesifikasi," tutur Hidayat.
Ia mengatakan kementeriannya akan menjamin ketersediaan komponen yang dibutuhkan. Komponen-komponen tersebut antara lain mulai dari ban hingga interior pesawat. "Komponen yang jumlahnya ratusan itu akan menjadi tanggungjawab kami," katanya.
Proyek pengembangan pesawat 19 penumpang N219 ini akan dikerjakan PT DI bersama LAPAN, dengan alokasi dana yang dikucurkan dari Bappenas. Saat ini, detail desain tengah diselesaikan untuk kemudian dibuat prototipenya. Segera setelah protipe jadi dan diterbangkan, 150 pesanan pesawat sudah mengantre untuk segera dilayani.
Kantongi 150 Pesanan N219, PTDI Mampu Produksi 15 Unit/Tahun
Bagi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) proyek pengembangan pesawat N219 sangat menggairahkan. Mereka sudah mengantongi pemesanan sebanyak 150 unit pesawat namun saat ini kapasitasnya masih 15 unit/tahun.
"Harapannya ya bisa bagus," kata Asisten Direktur PTDI Irzal Rinaldi Zailani pada wartawan saat ditemui di PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
Irzal mengatakan PTDI punya kapasitas produksi 10-15 unit pertahun. Namun kapasitas tersebut bisa ditambah jika ada peningkatan peralatan produksi.
Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, Irzal pun menyatakan akan melakukan ekspansi ke pasar internasional. "Setelah ini, tentu kita akan tawarkan ke luar. Karena kompetitor di kelas ini hanya twin otter yang masa umur sayapnya sudah pada habis," ungkapnya.
Seperti diketahui PTDI bersama Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) mendapatkan proyek untuk mengembangkan pesawat N219 berkapasitas 19 orang. Untuk pembuatan desain hingga prototipe, pemerintah melalui Bappenas akan mengucurkan dana sekitar US$ 30 juta atau sekitar Rp 300 miliar.
"Untuk riset dan pengembangan sampai dengan prototipe itu di-cover full oleh pemerintah via LAPAN. Jumlahnya sekitar US$ 30 juta," uar Irzal.
Rencananya LAPAN akan melaksanakan uji terbang dan uji struktur, sedangkan PTDI akan membuat prototipenya.
Produksi 45 Pesawat N219, PTDI Sudah Bisa Balik Modal
Hingga kini PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sudah punya 150 pesanan untuk pembuatan pesawat N219. Berdasarkan perhitungan, PTDI sudah bisa balik modal atau break even point (BEP) saat bisa menjual 40-45 pesawat.
"Asumsinya, kalau 150 pesawat sudah bisa dipesan, tadi saya tanya BEP berapa, kira-kira 40-45-an pesawat katanya," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat saat ditemui saat melakukan kunjungan kerja ke PTDI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
Prototype N219 ini diharapkan bisa selesai pada 2015 sehingga bisa diujicoba terbang pada 2016. Setelah produksi N219 untuk kebutuhan dalam negeri, PTDI pun diharapkan bisa menjual N219 keluar negeri. Hidayat pun menyatakan akan membantu memasarkan.
"Kenapa PTDI harus komersial itu supaya sustainable," katanya.
Hidayat optimistis BUMN industri dirgantara PT DI berkembang pesat dengan proyek pesawat murni rancang bangun sendiri yaitu N219.
"Harga pesawatnya sekitar US$ 5 juta (Rp 50 miliar)," ujarnya,(tya/hen)
♞ detik
"Jadi ada pilot project N219 dimana PT DI bersama Lapan akan melakukan riset dan pengembangannya yang didanai oleh Bappenas. Informasi dari PT DI, mereka sudah ada MoU untuk 150 pesawat," ujar Hidayat saat ditemui di Gedung GPM, PT DI, Jalan Pajajaran.
Hidayat mengatakan pesawat tersebut nantinya akan dioperasikan di kawasan Indonesia Timur sebagai transportasi antar daerah. "Ini untuk juga untuk mendukung program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)," katanya.
Secara terpisah, Dirut PT DI Budi Santoso mengatakan, saat ini prototipe pesawat masih dalam proses pembuatan dan diperkirakan selesai pada 2015. "Sudah mulai bikin tooling untuk komponen. Nanti akan kontrak (produksi) setelah terbang (prototipe)," tutur Budi.
Para pemesan yang tertarik dengan N219 yang memiliki kapasitas 19 seat ini antara lain sejumlah maskapai seperti Lion Air, Nusantara Buana Air dan lainnya.
Kandungan Lokal Pesawat N219 akan Capai 60%
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mendukung PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terkait proyek pesawat N219. Pesawat murni hasil rancang bangun putra putri Indonesia ini bakal memiliki kandungan lokal hingga 60%.
Demikian disampaikan oleh Hidayat saat melakukan kunjungan kerja ke PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
"Kami antusias dari perindustrian, karena tingkat komponen dalam negeri (TKDN) ini sudah diawali 40% dan akan menuju 60% dalam 5 tahun ke depan. Dengan begitu, kita bisa memproteksi mereka. Karena peraturan pemerintah menyampaikan di atas 40% (TKDN) kita tidak akan mengizinkan impor," ujar Hidayat.
Dengan proyek pengembangan N219 ini Hidayat meyakini industri komponen dan pemasok akan tumbuh untuk memenuhi kebutuhan kegiatan produksi N219. Menurut Hidayat untuk membuat pesawat terbang dibutuhkan industri komponen yang banyak.
"75% bagian dari pesawat ini terdiri dari komponen. Itu semuanya dibuat di dalam negeri. Kami dukung karena ini akan menumbuhkan ratusan industri komponen dan supplier yang semuanya akan memperkuat konstruksi industri dalam negeri," katanya.
Namun, komponen-komponen tersebut dikatakan Hidayat harus distandarisasi kualitasnya supaya memenuhi spesifikasi yang diharapkan. "PT DI bersama Kemenperin akan bekerjasama untuk membuat standar itu supaya sesuai spesifikasi," tutur Hidayat.
Ia mengatakan kementeriannya akan menjamin ketersediaan komponen yang dibutuhkan. Komponen-komponen tersebut antara lain mulai dari ban hingga interior pesawat. "Komponen yang jumlahnya ratusan itu akan menjadi tanggungjawab kami," katanya.
Proyek pengembangan pesawat 19 penumpang N219 ini akan dikerjakan PT DI bersama LAPAN, dengan alokasi dana yang dikucurkan dari Bappenas. Saat ini, detail desain tengah diselesaikan untuk kemudian dibuat prototipenya. Segera setelah protipe jadi dan diterbangkan, 150 pesanan pesawat sudah mengantre untuk segera dilayani.
Kantongi 150 Pesanan N219, PTDI Mampu Produksi 15 Unit/Tahun
Bagi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) proyek pengembangan pesawat N219 sangat menggairahkan. Mereka sudah mengantongi pemesanan sebanyak 150 unit pesawat namun saat ini kapasitasnya masih 15 unit/tahun.
"Harapannya ya bisa bagus," kata Asisten Direktur PTDI Irzal Rinaldi Zailani pada wartawan saat ditemui di PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
Irzal mengatakan PTDI punya kapasitas produksi 10-15 unit pertahun. Namun kapasitas tersebut bisa ditambah jika ada peningkatan peralatan produksi.
Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, Irzal pun menyatakan akan melakukan ekspansi ke pasar internasional. "Setelah ini, tentu kita akan tawarkan ke luar. Karena kompetitor di kelas ini hanya twin otter yang masa umur sayapnya sudah pada habis," ungkapnya.
Seperti diketahui PTDI bersama Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) mendapatkan proyek untuk mengembangkan pesawat N219 berkapasitas 19 orang. Untuk pembuatan desain hingga prototipe, pemerintah melalui Bappenas akan mengucurkan dana sekitar US$ 30 juta atau sekitar Rp 300 miliar.
"Untuk riset dan pengembangan sampai dengan prototipe itu di-cover full oleh pemerintah via LAPAN. Jumlahnya sekitar US$ 30 juta," uar Irzal.
Rencananya LAPAN akan melaksanakan uji terbang dan uji struktur, sedangkan PTDI akan membuat prototipenya.
Produksi 45 Pesawat N219, PTDI Sudah Bisa Balik Modal
Hingga kini PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sudah punya 150 pesanan untuk pembuatan pesawat N219. Berdasarkan perhitungan, PTDI sudah bisa balik modal atau break even point (BEP) saat bisa menjual 40-45 pesawat.
"Asumsinya, kalau 150 pesawat sudah bisa dipesan, tadi saya tanya BEP berapa, kira-kira 40-45-an pesawat katanya," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat saat ditemui saat melakukan kunjungan kerja ke PTDI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014).
Prototype N219 ini diharapkan bisa selesai pada 2015 sehingga bisa diujicoba terbang pada 2016. Setelah produksi N219 untuk kebutuhan dalam negeri, PTDI pun diharapkan bisa menjual N219 keluar negeri. Hidayat pun menyatakan akan membantu memasarkan.
"Kenapa PTDI harus komersial itu supaya sustainable," katanya.
Hidayat optimistis BUMN industri dirgantara PT DI berkembang pesat dengan proyek pesawat murni rancang bangun sendiri yaitu N219.
"Harga pesawatnya sekitar US$ 5 juta (Rp 50 miliar)," ujarnya,(tya/hen)
♞ detik
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.