Satu lagi website di Australia menjadi korban serangan peretas. Kali ini, website untuk pencegahan kejahatan www.crimestoppers.com.au yang menjadi korban. Peretas mengubah tampilan website itu dan memuat daftar alamat email anggota polisi dan pejabat pemerintah berikut passwordnya. Peretasnya mengakui hal ini sebagai tindakan balasan atas aksi mata-mata yang dilakukan Australia terhadap Indonesia.
Sampai Selasa (26/11/2013) siang, website tersebut belum pulih. Saat ABC mengaksesnya, hanya terlihat tulisan "Website ini sedang mengalami perbaikan. Kami segera kembali. Terima kasih atas kesabaran Anda. Untuk melaporkan tindakan kriminal hubungi 1800 333 000. Untuk pertanyaan dari media hubungi 0487 333 000".
Peretas yang mengaku dari Indonesia dan menamakan dirinya BlackSinChan memberikan penjelasan melalui halaman Facebook. Mereka mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap website crime stoppers, dan hal itu dilakukan sebagai balasan atas aksi mata-mata Australia terhadap Indonesia.
Wakil kepala Crime Stoppers Peter Price menjelaskan, peretas berhasil berdeface halaman website tersebut dan menyebabkan servernya harus dimatikan.
"Kami diperingatkan oleh Departemen Pertahanan, yang memonitor keamanan website. Kami sudah mengambil langkah untuk mengurangi risiko yang mungkin terjadi. Makanya, Jumat pekan lalu kami putuskan untuk mematikan server email kami di website itu," katanya. "Kemarin (Senin) kami putuskan untuk mematikan seluruh website".
Di halaman Facebook, peretas BlakcSinChan menyatakan, "Kami cinta Australia. Kami cinta negara kami. Berhenti memata-matai negara kami. Dan ingat, ini bukan untuk mencari popularitas. Ini adalah balasan. Kami akan kembali lagi".
Polling PM Abbott Turun Jadi 44 Persen
Hasil polling terbaru yang dirilis Selasa (26/11/2013) menunjukkan penurunan dukungan terhadap Perdana Menteri Australia, Tony Abbott. Survei ini dilakukan oleh Newspoll dan diterbitkan di suratkabar yang berada di bawah kelompok News Limited.
Dalam hasil polling tersebut, tampak dukungan terhadap Abbott menurun, dari 46 persen menjadi 44 persen, sementara dukungan terhadap pemimpin pihak oposisi, Bill Shorten, meningkat sebanyak 3 persen menjadi 33 persen.
Sementara itu, pemberian suara primer terhadap partai Shorten, yaitu Partai Buruh, juga meningkat dari 32 persen menjadi 35 persen sementara dukungan terhadap pihak pemerintah, yaitu pihak Koalisi, menurun dari 45 persen menjadi 43 persen.
Pemungutan suara di Australia biasanya dilakukan dengan menggunakan sistem preferensi dua partai, yang mengandung dua jenis suara atau dukungan, yaitu dukungan primer, yang didapat sebuah partai bila Ia menjadi pilihan pertama pemberi suara, dan dukungan preferensi, yang didapat sebagai pilihan kedua, ketiga dan seterusnya.
Koalisi tetap memimpin dalam basis sistem preferensi dua partai, dengan proporsi 52 persen dibanding 48 persen.
Menurut hasil polling, pemilihan terhadap Abbott sebagai Perdana Menteri menurun dari 47 persen menjadi 44 persen, sementara pemilihan Shorten meningkat dari 28 persen menjadi 33 persen.
Polling ini dilaksanakan akhir minggu lalu, di tengah krisis spionase dengan Indonesia, dan memiliki margin of error sebanyak 3 persen.
Sedangkan hasil polling oleh badan riset Nielsen yang terbit hari Senin menunjukkan bahwa Partai Buruh memimpin Koalisi sebanyak empat poin dalam basis preferensi dua partai.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.