Teknologi mobil listrik mulai menjadi target Kementerian Riset dan Teknologi untuk diperkenalkan pada masyarakat. Di Yogyakarta, menggandeng UGM dan bengkel modifikasi Kupu-kupu Malam, Menristek Gusti Muhammad Hatta melakukan uji coba terhadap dua mobil buatan kupu-kupu malam.
Dua mobil buatan kupu-kupu malam diberi nama Selo dan Gendis. Menurut Tatar Yoga Nugroho, supervisi Kupu-kupu Malam, Selo didesain sebagai mobil sport dan Gendis sebagai mobil VVIP.
"Kuning Selo, sport car, Gendis VVIP. Perbedaannya dengan mobil biasa jelas yang ini menggunakan listrik," jelas Tatar saat uji coba di kampus UGM, Yogyakarta, Jumat (22/11).
Kedua mobil listrik tersebut memiliki komponen yang sama, hanya saja perbedaan terletak pada power dan speed. Selo dengan konsep sport bisa melaju dengan hingga kecepatan 200 km/jam, sementara untuk Gendis hanya 140 km/jam.
"Untuk uji coba Selo, kita baru mencoba di jalan sampai 120 km/jam, belum sampai 200 km/jam, dan baterai tahan sampai 6 jam pemakaian," ujarnya.
Sementara itu Menristek Gusti Hatta yang mencoba langsung mengendarai Selo mengatakan tidak merasakan perbedaan mobil listrik dengan mobil biasa.
"Sama mengendarai mobil biasa, tapi tentunya perbedaanya ya soal energinya pakai listrik dan ramah lingkungan," kata Gusti.
Gusti menambahkan, dengan capaian seperti ini bukan tidak mungkin Kemenristek akan mengusulkan untuk melakukan produksi masal pada tahun 2015 mendatang. "Ini uji coba sudah masuk level 7 lah, setelah sampai level 9 dan uji coba di alam nyata, kita akan produksi massal," ujarnya.
Dia berharap akan ada dukungan dari kementerian industri dan perhubungan untuk terobosan teknologi mobil listrik tersebut. "Ya harus didukung, pak Presiden juga sudah sampaikan agar mobil transportasi bisa berbasis listrik, seperti bus, kita juga buat bus listrik, nanti akan kita pakai di kementerian-kementerian terlebih dahulu," jelas Gusti.
Mobil listrik ala 'Lamborghini' karya anak bangsa Rp 1,5 M
Dua mobil buatan kupu-kupu malam diberi nama Selo dan Gendis. Menurut Tatar Yoga Nugroho, supervisi Kupu-kupu Malam, Selo didesain sebagai mobil sport dan Gendis sebagai mobil VVIP.
"Kuning Selo, sport car, Gendis VVIP. Perbedaannya dengan mobil biasa jelas yang ini menggunakan listrik," jelas Tatar saat uji coba di kampus UGM, Yogyakarta, Jumat (22/11).
Kedua mobil listrik tersebut memiliki komponen yang sama, hanya saja perbedaan terletak pada power dan speed. Selo dengan konsep sport bisa melaju dengan hingga kecepatan 200 km/jam, sementara untuk Gendis hanya 140 km/jam.
"Untuk uji coba Selo, kita baru mencoba di jalan sampai 120 km/jam, belum sampai 200 km/jam, dan baterai tahan sampai 6 jam pemakaian," ujarnya.
Sementara itu Menristek Gusti Hatta yang mencoba langsung mengendarai Selo mengatakan tidak merasakan perbedaan mobil listrik dengan mobil biasa.
"Sama mengendarai mobil biasa, tapi tentunya perbedaanya ya soal energinya pakai listrik dan ramah lingkungan," kata Gusti.
Gusti menambahkan, dengan capaian seperti ini bukan tidak mungkin Kemenristek akan mengusulkan untuk melakukan produksi masal pada tahun 2015 mendatang. "Ini uji coba sudah masuk level 7 lah, setelah sampai level 9 dan uji coba di alam nyata, kita akan produksi massal," ujarnya.
Dia berharap akan ada dukungan dari kementerian industri dan perhubungan untuk terobosan teknologi mobil listrik tersebut. "Ya harus didukung, pak Presiden juga sudah sampaikan agar mobil transportasi bisa berbasis listrik, seperti bus, kita juga buat bus listrik, nanti akan kita pakai di kementerian-kementerian terlebih dahulu," jelas Gusti.
Mobil listrik ala 'Lamborghini' karya anak bangsa Rp 1,5 M
Prototype mobil listrik yang dikembangkan oleh bengkel modifikasi Kupu-kupu Malam Yogyakarta dengan model sport car dengan nama Selo menghabiskan dana Rp 1,5 miliar. Jika akan diproduksi massal, harga mobil itu bisa berkurang hingga 30 persen.
Menurut Tatar Yoga Nugroho, supervisi Kupu-kupu Malam, dengan komponen yang disematkan dalam Selo, nilai Rp 1,5 miliar masih wajar karena hanya memproduksi satu unit dan masih memberi mesin dan baterai.
"Itu karena hanya 1 unit, kalau banyak mungkin lebih murah. Selain itu juga mesin dan baterai masih harus beli," jelas Tatar di kampus UGM, Yogyakarta, Jumat (22/11).
Sementara untuk komponen yang lain, seperti bodi dan chasis diproduksi sendiri oleh Kupu-kupu Malam. "Untuk yang lainnya kami produksi sendiri, kira-kita 5 bulan kita kerjakan Selo sampai rampung dan siap jalan," ujarnya.
Menteri Riset dan Teknologi Gusti M Hatta yang menjajal Selo memperkirakan, jika mobil listrik tersebut diproduksi massal, biaya bisa ditekan hingga 30%.
"Kalau produksi massal, otomatis harga turun, bisa sampai 30%, tentunya murah dan ramah lingkungan," ujar Gusti.
Gusti mengaku optimis pada tahun 2016 mendatang Indonesia bisa memproduksi massal mobil listrik. "Targetnya 2016 bisa produksi massal," pungkasnya.
Selain Selo, Kupu-kupu malam juga membuat prototype mobil listrik jenis MPV yang sudah ditampilkan di perhelatan APEC di Nusa Dua Bali, Oktober 2013 lalu.(mdk/bal)
Menurut Tatar Yoga Nugroho, supervisi Kupu-kupu Malam, dengan komponen yang disematkan dalam Selo, nilai Rp 1,5 miliar masih wajar karena hanya memproduksi satu unit dan masih memberi mesin dan baterai.
"Itu karena hanya 1 unit, kalau banyak mungkin lebih murah. Selain itu juga mesin dan baterai masih harus beli," jelas Tatar di kampus UGM, Yogyakarta, Jumat (22/11).
Sementara untuk komponen yang lain, seperti bodi dan chasis diproduksi sendiri oleh Kupu-kupu Malam. "Untuk yang lainnya kami produksi sendiri, kira-kita 5 bulan kita kerjakan Selo sampai rampung dan siap jalan," ujarnya.
Menteri Riset dan Teknologi Gusti M Hatta yang menjajal Selo memperkirakan, jika mobil listrik tersebut diproduksi massal, biaya bisa ditekan hingga 30%.
"Kalau produksi massal, otomatis harga turun, bisa sampai 30%, tentunya murah dan ramah lingkungan," ujar Gusti.
Gusti mengaku optimis pada tahun 2016 mendatang Indonesia bisa memproduksi massal mobil listrik. "Targetnya 2016 bisa produksi massal," pungkasnya.
Selain Selo, Kupu-kupu malam juga membuat prototype mobil listrik jenis MPV yang sudah ditampilkan di perhelatan APEC di Nusa Dua Bali, Oktober 2013 lalu.(mdk/bal)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.