Ilustrasi Biota Laut |
Ambon - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon memperingati
adanya biota laut berbahaya seperti kerang dan ikan akibat penemuan
plankton beracun di teluk Ambon.
"Hasil penelitian yang dilakukan Pada Mei - Juni 2013 ditemukan species plankton beracun atau sel alga beracun atau Pyrodinium sp di seputar teluk Ambon sehingga warga kota harus mewaspadai biota laut berbahaya," kata peneliti LIPI Ambon, Yosmina Tapilatu, Kamis.
Menurut dia, penelitian tersebut akan dilakukan berkala. Hasil penelitian ditemukan species plankton tidak dalam jumlah banyak tetapi harus menjadi perhatian warga.
Plankton tersebut dapat menyebabkan kematian massal biota laut, penurunan kualitas perairan, kerusakan ekosistem dan keracunan pada manusia.
Dikatakannya, sel berbahaya Pyrodinium dan plantkon ditemukan di Teluk Ambon pada 1994, perkembangannya kembali diamati oleh LIPI Ambon, pada Juli 2012 karena mulai tumbuh subur akibat musim penghujan.
"Masyarakat harus tahu alga jenis ini, karena tidak meracuni manusia secara langsung, tetapi melalui biota laut lainnya yang sudah terinfeksi olehnya. Kelimpahan selnya juga tidak bisa dihentikan begitu saja. Sejauh ini LIPI Ambon belum bisa mengukur kadar toksin dari kelimpahan sel Pyrodinium di Teluk Ambon," katanya.
Yosmina menjelaskan, plankton bahaya terjadi pada saat manusia mengkonsumsi ikan dan produk laut lainnya, terutama kerang karena tingkat akumulasi racun pada kerang sangat tinggi.
Pihaknya, meminta perhatian serius pemerintah dan warga akan bahaya plankton beracun. Perhatian warga, ditunjukkan dengan mengamati perubahan warna laut menjadi kemerahan atau kekuningan, kehijauan, oranye dan kecoklatan.
"Warna air laut yang tidak tercemar species berbahaya yakni jerih dan tidak melebihi ambang batas, sehingga harus menjadi perhatian warga kota," katanya.
Ia menambahkan, pyrodinium menginfeksi biota laut melalui air, Plankton Dino Fragilata bersemayam di dalam daging biota laut, seperti ikan dan menyebabkan kematian hewan itu.
Manusia yang mengkonsumsi ikan-ikan mati akibat Plankton Dino Fragilata, juga akan mengalami keracunan dan bisa menyebabkan kematian.
"Keberadaan Phytoplankton itu dapat menyebabkan hilangnya beberapa habitat ikan-ikan tertentu, khususnya yang memiliki radar terhadap toksin, mereka cenderung menghindar ke tempat lain," ujarnya.
"Hasil penelitian yang dilakukan Pada Mei - Juni 2013 ditemukan species plankton beracun atau sel alga beracun atau Pyrodinium sp di seputar teluk Ambon sehingga warga kota harus mewaspadai biota laut berbahaya," kata peneliti LIPI Ambon, Yosmina Tapilatu, Kamis.
Menurut dia, penelitian tersebut akan dilakukan berkala. Hasil penelitian ditemukan species plankton tidak dalam jumlah banyak tetapi harus menjadi perhatian warga.
Plankton tersebut dapat menyebabkan kematian massal biota laut, penurunan kualitas perairan, kerusakan ekosistem dan keracunan pada manusia.
Dikatakannya, sel berbahaya Pyrodinium dan plantkon ditemukan di Teluk Ambon pada 1994, perkembangannya kembali diamati oleh LIPI Ambon, pada Juli 2012 karena mulai tumbuh subur akibat musim penghujan.
"Masyarakat harus tahu alga jenis ini, karena tidak meracuni manusia secara langsung, tetapi melalui biota laut lainnya yang sudah terinfeksi olehnya. Kelimpahan selnya juga tidak bisa dihentikan begitu saja. Sejauh ini LIPI Ambon belum bisa mengukur kadar toksin dari kelimpahan sel Pyrodinium di Teluk Ambon," katanya.
Yosmina menjelaskan, plankton bahaya terjadi pada saat manusia mengkonsumsi ikan dan produk laut lainnya, terutama kerang karena tingkat akumulasi racun pada kerang sangat tinggi.
Pihaknya, meminta perhatian serius pemerintah dan warga akan bahaya plankton beracun. Perhatian warga, ditunjukkan dengan mengamati perubahan warna laut menjadi kemerahan atau kekuningan, kehijauan, oranye dan kecoklatan.
"Warna air laut yang tidak tercemar species berbahaya yakni jerih dan tidak melebihi ambang batas, sehingga harus menjadi perhatian warga kota," katanya.
Ia menambahkan, pyrodinium menginfeksi biota laut melalui air, Plankton Dino Fragilata bersemayam di dalam daging biota laut, seperti ikan dan menyebabkan kematian hewan itu.
Manusia yang mengkonsumsi ikan-ikan mati akibat Plankton Dino Fragilata, juga akan mengalami keracunan dan bisa menyebabkan kematian.
"Keberadaan Phytoplankton itu dapat menyebabkan hilangnya beberapa habitat ikan-ikan tertentu, khususnya yang memiliki radar terhadap toksin, mereka cenderung menghindar ke tempat lain," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.