Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan Indonesia belum berpikir untuk keluar dari organisasi perdagangan dunia atau WTO (World Trade Organization). Saat ini Indonesia masih menghormati apa yang telah menjadi kesepakatan selama ini.
"Untuk sementara tidak (keluar dari WTO). Kita menghormati apa yang
sudah disepakati sebelumnya," ujar Gita usai memberikan kuliah umum
terkait mengeliminasi distorsi perdagangan, di Hotel Grand Hyatt,
Jakarta, Sabtu (18/5).
Kendati demikian, Gita menuturkan tiap kebijakan dalam WTO harus
dipastikan pro rakyat. Indonesia harus memiliki peran strategis dalam
memperjuangkan kepentingan nasional.
Ini yang akan diperjuangkan Indonesia dalam pertemuan WTO 'Paket
Bali' Desember tahun ini, di mana Indonesia akan menjadi tuan rumah.
"Jangan sampai mereka memaksa kita buka diri tanpa proporsi yang
tepat. Dalam arti mereka (negara anggota) juga harus membuka diri,"
tegas dia.
WTO dikenal dengan 3 tiga perjanjian besarnya. Salah satunya ialah
pembebasan tarif untuk barang dan jasa yang masuk ke negara anggota.
Implikasinya, hal ini akan membuka pintu impor sebesar-besarnya.
Namun, untuk memproteksi produksi dalam negeri, menurut Gita,
Indonesia tidak akan memberlakukan liberalisasi tarif. Tarif akan
diberlakukan sesuai dengan yang sudah disepakati.
"Negara maju mereka berikan subsidi sektor pertanian itu cukup besar sekali. Nah ini bagaimana akses pasar mereka," tutur dia.
Sebelumnya, keikutsertaan Indonesia sebagai anggota Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) sejak 1994 silam, dianggap lebih banyak
merugikan negeri ini. Meski secara kuantitatif buktinya tak dapat
ditunjukkan, namun secara materiil terlihat jelas.
Masyarakat Indonesia banyak kehilangan kesempatan kerja, sehingga
negeri ini dipaksa untuk mengekspor barang mentah ke luar negeri.
Akibatnya, perusahaan nasional bangkrut dan merumahkan sebagian besar
pekerjaannya.
Demikian disampaikan Executive Director Indonesia for Global Justice
(IGJ) M. Riza Damanik dalam rangka menyambut Konferensi Tingkat Menteri
WTO ke-9 di Bali, Desember mendatang.
Menurut Riza, keluar dari WTO akan berimplikasi positif bagi
tumbuhnya ekonomi domestik. Pasalnya, Indonesia dapat menentukan
kebijakan sendiri tanpa bayang-bayang dari WTO yang dikenal dengan tiga
perjanjian besar mengikat berkaitan dengan barang, jasa dan Hak Kekayaan
Ilmiah.
IGJ menawarkan solusi agar Indonesia tampil untuk mengambil peran
penting dan mulai menggunakan ekonomi alternatif. Indonesia sangat kaya
akan sumber daya alam yang terbentang dari pulau ke pulau, sehingga
pemenuhan kebutuhan bisa dicapai melalui keterhubungan antar pulau.
Apalagi Indonesia dapat memanfaatkan peran strategisnya sebagai Ketua
G33, group negara-negara berkembang.(mdk/bmo)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.