Sejumlah siswa sekolah naik di atas perahu pulang ke pulau di Kepulauan
Seribu dari Dermaga Pulau Pramuka, Jakarta, Jumat (17/2).
(Republika/Wihdan Hidayat)
JAKARTA--Tim Ekspedisi Fortuga, sebuah ekspedisi yang dilakukan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1973 menemukan kerusakan lingkungan yang makin parah di wilayah Kepulauan Seribu.
"Pulau Pari, misalnya, kondisi lingkungan dan biota laut, termasuk terumbu karangnya, sudah rusak parah sehingga dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem dan kelangsungan pulau tersebut dan juga berdampak pada kelanjutan ekosistem laut," kata Ketua Tim Ekspedisi Fortuga ITB Iwan Hignastio di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Sabtu.
Timnya menemukan kerusakan itu terutama terjadi akibat abrasi, bahkan di beberapa pulau telah melampaui panjang 2 meter.
Ia mengatakan bahwa kerusakan ekosistem terumbu karang, antara lain, disebabkan oleh polusi dari sampah yang dibawa sungai-sungai yang bermuara di Teluk Jakarta sehingga menyebabkan kondisi sungai tersebut tercemar.
"Menyusutnya hutan bakau akibat penebangan yang tidak terkontrol sehingga menyebabkan abrasi atau pengikisan pantai karena tidak ada lagi yang menahan gelombang dan arus laut," katanya.
Ia menambahkan, akibat abrasi itu, luas pulau makin menyusut, makin banyak bagian pulau-pulau yang terendam. Padahal pihaknya memprediksikan di wilayah Kepulauan Seribu, terutama di kawasan lepas pantainya, terkandung potensi minyak hingga 2 miliar barel yang belum dieksplorasi.
"Seharusnya 'harta karun' yang di bawah ini bisa digunakan untuk menyelesaikan persoalan di 'atas'-nya," katanya.
Untuk itu, pihaknya menggandeng salah satu sponsor PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TMI) dalam upaya pelestarian lingkungan di kawasan Kepulauan Seribu melalui upaya penanaman mangrove dan restrukturisasi terumbu karang di Pulau Pari dan sekitarnya.
Penanaman mangrove dan restrukturisasi terumbu karang di Kepulauan Seribu tersebut berlangsung pada hari Sabtu, yang dilakukan oleh Presiden Komisaris TMI Hengky Setiawan didampingi oleh Kelana Budi Mulia (Muli), Ketua Fortuga dan puluhan anggota tim ekspedisi.
Kepulauan Seribu merupakan lokasi dari rangkaian akhir Ekspedisi Fortuga, sebuah ekspedisi yang dilakukan alumni ITB angkatan 73 dalam menjelajah wilayah-wilayah Indonesia, khususnya dalam pelestarian lingkungan hidup.
JAKARTA--Tim Ekspedisi Fortuga, sebuah ekspedisi yang dilakukan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1973 menemukan kerusakan lingkungan yang makin parah di wilayah Kepulauan Seribu.
"Pulau Pari, misalnya, kondisi lingkungan dan biota laut, termasuk terumbu karangnya, sudah rusak parah sehingga dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem dan kelangsungan pulau tersebut dan juga berdampak pada kelanjutan ekosistem laut," kata Ketua Tim Ekspedisi Fortuga ITB Iwan Hignastio di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Sabtu.
Timnya menemukan kerusakan itu terutama terjadi akibat abrasi, bahkan di beberapa pulau telah melampaui panjang 2 meter.
Ia mengatakan bahwa kerusakan ekosistem terumbu karang, antara lain, disebabkan oleh polusi dari sampah yang dibawa sungai-sungai yang bermuara di Teluk Jakarta sehingga menyebabkan kondisi sungai tersebut tercemar.
"Menyusutnya hutan bakau akibat penebangan yang tidak terkontrol sehingga menyebabkan abrasi atau pengikisan pantai karena tidak ada lagi yang menahan gelombang dan arus laut," katanya.
Ia menambahkan, akibat abrasi itu, luas pulau makin menyusut, makin banyak bagian pulau-pulau yang terendam. Padahal pihaknya memprediksikan di wilayah Kepulauan Seribu, terutama di kawasan lepas pantainya, terkandung potensi minyak hingga 2 miliar barel yang belum dieksplorasi.
"Seharusnya 'harta karun' yang di bawah ini bisa digunakan untuk menyelesaikan persoalan di 'atas'-nya," katanya.
Untuk itu, pihaknya menggandeng salah satu sponsor PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TMI) dalam upaya pelestarian lingkungan di kawasan Kepulauan Seribu melalui upaya penanaman mangrove dan restrukturisasi terumbu karang di Pulau Pari dan sekitarnya.
Penanaman mangrove dan restrukturisasi terumbu karang di Kepulauan Seribu tersebut berlangsung pada hari Sabtu, yang dilakukan oleh Presiden Komisaris TMI Hengky Setiawan didampingi oleh Kelana Budi Mulia (Muli), Ketua Fortuga dan puluhan anggota tim ekspedisi.
Kepulauan Seribu merupakan lokasi dari rangkaian akhir Ekspedisi Fortuga, sebuah ekspedisi yang dilakukan alumni ITB angkatan 73 dalam menjelajah wilayah-wilayah Indonesia, khususnya dalam pelestarian lingkungan hidup.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.