Rektor Unair, Prof Dr Muhamad Nasih sedang mencoba salah satu alutsista TNI dengan disaksikan Kasgartap III/ Surabaya, Brigjen TNI (Mar) R. Gatot Suprapto, setelah pembukaan Pameran Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) di Kampus C Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Sabtu (5/9). (Pendam V/Brawijaya)☆
Universitas Airlangga mempererat kerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia dalam rangka ketahanan dan bela negara.
Melalui pameran alat utama sistem persenjataan (alutsista), dua lembaga itu menyadari pentingnya sinergi antara dunia akademik dan militer guna mengantisipasi bentuk terorisme di masa mendatang. Salah satunya ialah ancaman bioterorisme.
“Ke depan, perang itu bukan lagi antara satu tank berhadapan dengan tank yang lain, tetapi perang-perang bentuk lain menggunakan teknologi super canggih, misalnya dengan virus,” kata Rektor Universitas Airlangga Moh. Nasih saat membuka Pameran Alutsista TNI, Sabtu, 5 September 2015.
Nasih mengungkapkan bioterorisme penting untuk diantisipasi sehingga dunia kampus perlu mempersiapkan diri. Untuk itu mahasiswa Unair didorong menghasilkan produk penelitian melalui riset di berbagai macam laboratorium yang dimilikinya. “Kami dorong mahasiswa untuk menghasilkan produk, daripada beli dari luar negeri. Bangsa kita sangat mampu,” ujarnya.
Kerja sama dengan TNI, kata Nasih, sebenarnya telah terbangun sejak lama. Sehingga pameran alutsista yang digelar Sabtu hari ini hingga 6 September 2015 menjadi salah satu bentuk sinergi keduanya. “Ini menggabungkan dua kekuatan, universitas dengan militer, demi ketahanan negara,” tutur Nasih.
Mewakili TNI, Kepala Satuan Garnisun Tetap III/Surabaya Brigadir Jenderal (Mar) R. Gatot Suprapto menyatakan kerja sama dengan universitas untuk menangkal bioterorisme merupakan langkah positif.
“Dengan membuat vaksin penangkal virus untuk mencegah bioterorisme, kami mencoba mengembangkan pertahanan berbasis pengetahuan bersama-sama,” kata Gatot.
Gatot menambahkan, bioterorisme bukan lagi sekadar isu ancaman bagi negara-negara di dunia. “Memang ke depan akan menjadi berpotensi. Kita lihat flu burung belum tentu sekadar penyakit, tapi mungkin saja dari negara lain yang ingin menjatuhkan peternakan kita,” kata dia.
Digelar dalam rangka hari ulang tahun TNI ke-70, pameran alutsista ini sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban atas anggaran negara yang dialokasikan untuk TNI. “Kami memperkenalkan alutsista kepada mahasiswa dan masyarakat, agar semakin mendekatkan antara TNI dengan rakyat,” imbuh Gatot.
Yang dipamerkan tidak hanya alutsista buatan luar negeri, namun juga karya putra bangsa seperti PT Pindad dan PT Dirgantara, juga hasil penelitian dari TNI sendiri. Mulai panser impor seperti Leopard asal Jerman, Tarantula bikinan Korea Selatan, Komodo karya PT Pindad, serta berbagai meriam, senapan, senjata laras panjang, dan artileri terbaru.
Universitas Airlangga mempererat kerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia dalam rangka ketahanan dan bela negara.
Melalui pameran alat utama sistem persenjataan (alutsista), dua lembaga itu menyadari pentingnya sinergi antara dunia akademik dan militer guna mengantisipasi bentuk terorisme di masa mendatang. Salah satunya ialah ancaman bioterorisme.
“Ke depan, perang itu bukan lagi antara satu tank berhadapan dengan tank yang lain, tetapi perang-perang bentuk lain menggunakan teknologi super canggih, misalnya dengan virus,” kata Rektor Universitas Airlangga Moh. Nasih saat membuka Pameran Alutsista TNI, Sabtu, 5 September 2015.
Nasih mengungkapkan bioterorisme penting untuk diantisipasi sehingga dunia kampus perlu mempersiapkan diri. Untuk itu mahasiswa Unair didorong menghasilkan produk penelitian melalui riset di berbagai macam laboratorium yang dimilikinya. “Kami dorong mahasiswa untuk menghasilkan produk, daripada beli dari luar negeri. Bangsa kita sangat mampu,” ujarnya.
Kerja sama dengan TNI, kata Nasih, sebenarnya telah terbangun sejak lama. Sehingga pameran alutsista yang digelar Sabtu hari ini hingga 6 September 2015 menjadi salah satu bentuk sinergi keduanya. “Ini menggabungkan dua kekuatan, universitas dengan militer, demi ketahanan negara,” tutur Nasih.
Mewakili TNI, Kepala Satuan Garnisun Tetap III/Surabaya Brigadir Jenderal (Mar) R. Gatot Suprapto menyatakan kerja sama dengan universitas untuk menangkal bioterorisme merupakan langkah positif.
“Dengan membuat vaksin penangkal virus untuk mencegah bioterorisme, kami mencoba mengembangkan pertahanan berbasis pengetahuan bersama-sama,” kata Gatot.
Gatot menambahkan, bioterorisme bukan lagi sekadar isu ancaman bagi negara-negara di dunia. “Memang ke depan akan menjadi berpotensi. Kita lihat flu burung belum tentu sekadar penyakit, tapi mungkin saja dari negara lain yang ingin menjatuhkan peternakan kita,” kata dia.
Digelar dalam rangka hari ulang tahun TNI ke-70, pameran alutsista ini sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban atas anggaran negara yang dialokasikan untuk TNI. “Kami memperkenalkan alutsista kepada mahasiswa dan masyarakat, agar semakin mendekatkan antara TNI dengan rakyat,” imbuh Gatot.
Yang dipamerkan tidak hanya alutsista buatan luar negeri, namun juga karya putra bangsa seperti PT Pindad dan PT Dirgantara, juga hasil penelitian dari TNI sendiri. Mulai panser impor seperti Leopard asal Jerman, Tarantula bikinan Korea Selatan, Komodo karya PT Pindad, serta berbagai meriam, senapan, senjata laras panjang, dan artileri terbaru.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.