Proses produksi PT PAL Indonesia ★
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mendorong optimalisasi pemberdayaan Pusat Desain dan Rekayasa Perkapalan Nasional atau National Design and Engineering Center (NaSDEC), di Surabaya, Jawa Timur.
"Pusat desain ini perlu dioptimalkan lagi, sehingga setiap ingin membangun kapal tidak harus mendesain dari awal. Manfaatnya, 'cost' lebih hemat dan lebih singkat pengerjaannya," kata Saleh, dalam keterangan tertulis, yang diterima GATRAnews, di Jakarta, Sabtu (26/9).
NaSDEC berdiri sejak 2006, diproyeksikan mampu mendesain kapal-kapal tipe khusus, seperti tanker, LNG carrier, dan jenis lainnya itu merupakan hasil kerjasama Kemenperin dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).
Selain itu, Saleh juga meyakini industri galangan kapal nasional mampu membangun kapal untuk memperkuat konektivitas maritim Tanah Air dan mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
"Saat ini terdapat lebih kurang 250 galangan kapal. Ratusan perusahaan itu sanggup memproduksi 1,2 juta dead weight tonnage (DWT) kapal bangunan baru dan mereparasi kapal dengan kapasitas total 12 juta DWT," katanya.
Kemenperin mencatat, perusahaan-perusahaan kapal dapat membangun berbagai jenis dan tipe kapal sampai dengan ukuran 50.000 DWT. Dari seluruh galangan di Tanah Air, 80% di antaranya dapat membangun kapal kapasitas 5.000 DWT.
Selain membangun kapal untuk kebutuhan dalam negeri, galangan kapal nasional juga mampu mengekspor produk. PT PAL Indonesia di Jawa Timur misalnya, tengah menyelesaikan dua kapal jenis landing platform pesanan Filipina.
"Delivery-nya bulan Desember tahun ini. Ini menunjukkan, industri perkapalan kita mendapat manfaat dari transfer teknologi dan kini mampu mengekspor," kata Brigjen Jan Pieter Ate, Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan, Kementerian Pertahanan (Kemhan).
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mendorong optimalisasi pemberdayaan Pusat Desain dan Rekayasa Perkapalan Nasional atau National Design and Engineering Center (NaSDEC), di Surabaya, Jawa Timur.
"Pusat desain ini perlu dioptimalkan lagi, sehingga setiap ingin membangun kapal tidak harus mendesain dari awal. Manfaatnya, 'cost' lebih hemat dan lebih singkat pengerjaannya," kata Saleh, dalam keterangan tertulis, yang diterima GATRAnews, di Jakarta, Sabtu (26/9).
NaSDEC berdiri sejak 2006, diproyeksikan mampu mendesain kapal-kapal tipe khusus, seperti tanker, LNG carrier, dan jenis lainnya itu merupakan hasil kerjasama Kemenperin dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).
Selain itu, Saleh juga meyakini industri galangan kapal nasional mampu membangun kapal untuk memperkuat konektivitas maritim Tanah Air dan mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
"Saat ini terdapat lebih kurang 250 galangan kapal. Ratusan perusahaan itu sanggup memproduksi 1,2 juta dead weight tonnage (DWT) kapal bangunan baru dan mereparasi kapal dengan kapasitas total 12 juta DWT," katanya.
Kemenperin mencatat, perusahaan-perusahaan kapal dapat membangun berbagai jenis dan tipe kapal sampai dengan ukuran 50.000 DWT. Dari seluruh galangan di Tanah Air, 80% di antaranya dapat membangun kapal kapasitas 5.000 DWT.
Selain membangun kapal untuk kebutuhan dalam negeri, galangan kapal nasional juga mampu mengekspor produk. PT PAL Indonesia di Jawa Timur misalnya, tengah menyelesaikan dua kapal jenis landing platform pesanan Filipina.
"Delivery-nya bulan Desember tahun ini. Ini menunjukkan, industri perkapalan kita mendapat manfaat dari transfer teknologi dan kini mampu mengekspor," kata Brigjen Jan Pieter Ate, Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan, Kementerian Pertahanan (Kemhan).
★ Gatra
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.