Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir.★
Perusahaan energi asal Tiongkok, China General Nuclear Power Company (CGNPC) akan membangun sejumlah unit Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) 1.000 MW di Kalimantan Timur. CGNPC rencananya akan menggandeng perusahaan nuklir pelat merah, PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) sebagai perusahaan operator dan perawat fasilitas pembangkit atau operating and maintenance (OM).
"Proyek ini juga akan dilaksanakan bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Target groundbreaking-nya pada 2019," ujar Yudi Utomo, Direktur Utama Inuki saat dihubungi CNN Indonesia, Senin (10/5).
Menurut Yudi, proyek PLTN di Kalimantan Timur itu akan dibangun dalam dua tahap. Untuk tahap pertama, CGNPC akan membangun PLTN berkapasitas 50 megawatt (MW), sedangkan tahap berikutnya 1.000 MW.
Yudi memperkirakan nilai investasi proyek PLTN tersebut berkisar US$ 1,5 juta sampai US$ 2,5 juta per MW.
"(Kalau investasinya sama), kenapa harus bangun PLTU yang polutif? PLTN itu lebih aman, murah, bersih dan handal," katanya.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan akan membangun PLTN dengan kapasitas 5.000 MW hingga 2025. Namun, dari 19 persyaratan standar yang dikeluarkan International Atomic Energy Agency (IAEA), masih ada dua persyaratan yang belum dipenuhi.
"Pertama political will yang harus di-announce oleh pimpinan tertinggi, kalau diberi instruksi now go nuklir, kita langsung bergerak," kata Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).
Meski demikian, Rida meyakinkan proyek PLTN akan tetap diupayakan pemerintah karena dinilai efisien dan mampu menambah kapasitas listrik terpasang di Indonesia.
"Saya sudah menuliskan rencana tersebut dalam white paper untuk pengembangan PLTN pada 2025, namun bisa juga paling cepat tahun 2024," ucap Rida. (ags/gen)
Perusahaan energi asal Tiongkok, China General Nuclear Power Company (CGNPC) akan membangun sejumlah unit Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) 1.000 MW di Kalimantan Timur. CGNPC rencananya akan menggandeng perusahaan nuklir pelat merah, PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki) sebagai perusahaan operator dan perawat fasilitas pembangkit atau operating and maintenance (OM).
"Proyek ini juga akan dilaksanakan bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Target groundbreaking-nya pada 2019," ujar Yudi Utomo, Direktur Utama Inuki saat dihubungi CNN Indonesia, Senin (10/5).
Menurut Yudi, proyek PLTN di Kalimantan Timur itu akan dibangun dalam dua tahap. Untuk tahap pertama, CGNPC akan membangun PLTN berkapasitas 50 megawatt (MW), sedangkan tahap berikutnya 1.000 MW.
Yudi memperkirakan nilai investasi proyek PLTN tersebut berkisar US$ 1,5 juta sampai US$ 2,5 juta per MW.
"(Kalau investasinya sama), kenapa harus bangun PLTU yang polutif? PLTN itu lebih aman, murah, bersih dan handal," katanya.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan akan membangun PLTN dengan kapasitas 5.000 MW hingga 2025. Namun, dari 19 persyaratan standar yang dikeluarkan International Atomic Energy Agency (IAEA), masih ada dua persyaratan yang belum dipenuhi.
"Pertama political will yang harus di-announce oleh pimpinan tertinggi, kalau diberi instruksi now go nuklir, kita langsung bergerak," kata Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).
Meski demikian, Rida meyakinkan proyek PLTN akan tetap diupayakan pemerintah karena dinilai efisien dan mampu menambah kapasitas listrik terpasang di Indonesia.
"Saya sudah menuliskan rencana tersebut dalam white paper untuk pengembangan PLTN pada 2025, namun bisa juga paling cepat tahun 2024," ucap Rida. (ags/gen)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.