Jakarta ♞ Kebijakan pemerintah untuk melarang ekspor
mineral atau tambang mentah sejak 12 Januari 2014 membuat banyaknya
investor asing yang datang. Tujuannya untuk membangun smelter (pabrik
pemurnian tambang).
"Para investor melihat konsistennya pemerintah menerapkan regulasi salah satunya pelarangan ekspor mineral mentah, ini berdampak makin banyak investor mendirikan pabrik di Indonesia," ujar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar di Kantor Pusat BKPM, Jakarta, Selasa (21/1/2014).
Selain larangan ekspor tambang, kebijakan penggunaan bahan bakar nabati (BBN) sebanyak 10% dalam tiap liter solar juga ikut menarik investor asing.
"Kami di BKPM sudah menerbitkan izin untuk sejumlah perusahaan yang nilai investasinya kurang lebih Rp 150 triliun. Tapi realisasinya bertahap tidak untuk 2014 saja, tapi dalam beberapa tahun ke depan," katanya.
Mahendra mengatakan, ada 28 perusahaan yang sudah memiliki izin produksi dan 3 perusahaan sudah siap untuk produksi pemurnian mineral.
"Jadi 25 perusahaan lagi sedang berjalan, tahun ini juga akan ada 2 pabrik biji besi, 1 pabrik pengolahan bauksit, 2-3 tahun ke depan ada 3 pengolahan bauksit, 5 biji biji besi, 14 nikel dan 3 tembaga. Kalau pemerintah tidak konsisten maka mereka yang sudah tanamkan investasinya akan wait end see dulu," ungkap Mahendra.
Mahendra menambahkan, selain di sektor pertambangan, ada pula sektor hilirisasi sawit (Crude Palm Oil) yang terus didorong pemerintah.
"Ada 58 perusahaan yang sudah memiliki rencana investasi dan memperoleh izin BKPM dengan nilai investasi mendekati Rp 40 triliun. Ini akan dapat mengurangi dampak ketergantungan terhadap impor BBM," katanya.
Mahendra juga ingin agar Pertamina segera merampungkan perjanjian penyerapan biodiesel dengan produsennya di dalam negeri, seperti yang telah dilakukan PT PLN (Persero).
"Saya ingin Pertamina contoh PLN yang sudah siap menyerap biodiesel yang berasal dari 3 perusahaan dengan kapasitas 1,7 juta ton untuk mengantikan solar untuk memproduksi listrik pada pembangkit diselnya. Kalau seperti ini ada yang siap serap maka makin banyak perusahaan tanam investasi untuk hilirisasi sawit dan makin banyak penghematan karena impor BBM yang berkurang," tutupnya.(rrd/dnl)
"Para investor melihat konsistennya pemerintah menerapkan regulasi salah satunya pelarangan ekspor mineral mentah, ini berdampak makin banyak investor mendirikan pabrik di Indonesia," ujar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar di Kantor Pusat BKPM, Jakarta, Selasa (21/1/2014).
Selain larangan ekspor tambang, kebijakan penggunaan bahan bakar nabati (BBN) sebanyak 10% dalam tiap liter solar juga ikut menarik investor asing.
"Kami di BKPM sudah menerbitkan izin untuk sejumlah perusahaan yang nilai investasinya kurang lebih Rp 150 triliun. Tapi realisasinya bertahap tidak untuk 2014 saja, tapi dalam beberapa tahun ke depan," katanya.
Mahendra mengatakan, ada 28 perusahaan yang sudah memiliki izin produksi dan 3 perusahaan sudah siap untuk produksi pemurnian mineral.
"Jadi 25 perusahaan lagi sedang berjalan, tahun ini juga akan ada 2 pabrik biji besi, 1 pabrik pengolahan bauksit, 2-3 tahun ke depan ada 3 pengolahan bauksit, 5 biji biji besi, 14 nikel dan 3 tembaga. Kalau pemerintah tidak konsisten maka mereka yang sudah tanamkan investasinya akan wait end see dulu," ungkap Mahendra.
Mahendra menambahkan, selain di sektor pertambangan, ada pula sektor hilirisasi sawit (Crude Palm Oil) yang terus didorong pemerintah.
"Ada 58 perusahaan yang sudah memiliki rencana investasi dan memperoleh izin BKPM dengan nilai investasi mendekati Rp 40 triliun. Ini akan dapat mengurangi dampak ketergantungan terhadap impor BBM," katanya.
Mahendra juga ingin agar Pertamina segera merampungkan perjanjian penyerapan biodiesel dengan produsennya di dalam negeri, seperti yang telah dilakukan PT PLN (Persero).
"Saya ingin Pertamina contoh PLN yang sudah siap menyerap biodiesel yang berasal dari 3 perusahaan dengan kapasitas 1,7 juta ton untuk mengantikan solar untuk memproduksi listrik pada pembangkit diselnya. Kalau seperti ini ada yang siap serap maka makin banyak perusahaan tanam investasi untuk hilirisasi sawit dan makin banyak penghematan karena impor BBM yang berkurang," tutupnya.(rrd/dnl)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.