Jakarta ♞ Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan produk turunannya pada 2013 mencapai 21,2 juta ton atau naik 16 persen dibanding 2012. "Pasar utama kita adalah India, Uni Eropa dan Cina," kata Sekretaris Jenderal Gapki, Joko Supriyono, pada wartawan, Rabu, 15 Januari 2014
Joko menyebut ekspor CPO ke India tahun lalu mencapai 4,2 juta ton, Eropa 4 juta ton dan Cina 2,6 juta ton. Di lain pihak, pasar nontradisional yang juga dirasa tumbuh tahun lalu adalah negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Ekspor CPO ke Pakistan, misalnya, tahun lalu sudah mencapai 900 ribu ton. "Ekspor ke Afrika dan Timur Tengah ini tumbuhnya sampai 33 persen. Kalau dijumlah totalnya bisa menyaingi Cina," kata Joko.
Dari sisi produksi CPO tahun lalu kuantitasnya justru turun 1,9 persen dibanding tahun 2012 menjadi 26 juta ton. Sedangkan dari segi harga, Joko menyatakan kalau tahun lalu harga rata-rata CPO adalah US$ 841,67 per metrik ton (CIF, Rotterdam). Angka itu turun sekitar 18 persen dibanding rata-rata harga CPO pada 2012 yang mencapai US$ 1.028,4 per metrik ton. "Tekanan terhadap harga ini akibat krisis berkepanjangan di Eropa," kata Joko.
Namun, nilai ekspor CPO masih bisa mencapai US$ 19,1 miliar atau naik dibanding 2012 yang hanya sebesar US$ 17,5 miliar.
Sawit Indonesia Ingin Kuasai Pasar Pakistan
Joko menyebut ekspor CPO ke India tahun lalu mencapai 4,2 juta ton, Eropa 4 juta ton dan Cina 2,6 juta ton. Di lain pihak, pasar nontradisional yang juga dirasa tumbuh tahun lalu adalah negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Ekspor CPO ke Pakistan, misalnya, tahun lalu sudah mencapai 900 ribu ton. "Ekspor ke Afrika dan Timur Tengah ini tumbuhnya sampai 33 persen. Kalau dijumlah totalnya bisa menyaingi Cina," kata Joko.
Dari sisi produksi CPO tahun lalu kuantitasnya justru turun 1,9 persen dibanding tahun 2012 menjadi 26 juta ton. Sedangkan dari segi harga, Joko menyatakan kalau tahun lalu harga rata-rata CPO adalah US$ 841,67 per metrik ton (CIF, Rotterdam). Angka itu turun sekitar 18 persen dibanding rata-rata harga CPO pada 2012 yang mencapai US$ 1.028,4 per metrik ton. "Tekanan terhadap harga ini akibat krisis berkepanjangan di Eropa," kata Joko.
Namun, nilai ekspor CPO masih bisa mencapai US$ 19,1 miliar atau naik dibanding 2012 yang hanya sebesar US$ 17,5 miliar.
Sawit Indonesia Ingin Kuasai Pasar Pakistan
Komoditas sawit Indonesia masih mengandalkan pasar ekspor. Tahun lalu, dari jumlah produksi yang mencapai 26 juta ton minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), sebanyak 21,2 juta ton di antaranya masih dikirim ke luar negeri.
Pasar ekspor utama CPO Indonesia sebenarnya adalah India, Eropa dan Cina. Namun, dengan adanya pelambatan ekonomi di negara dan kawasan tersebut, Indonesia pun melirik negara dan kawasan lain. "Afrika dan Timur Tengah pertumbuhannya pesat," kata Ketua Kompartemen Urusan Perdagangan GAPKI Togar Sitanggang pada wartawan di kantornya, Rabu, 15 Januari 2014.
Togar menyebut pertumbuhan ekspor CPO ke Afrika tahun lalu mencapai 13 persen dibanding 2012. Adapun di kawasan Timur Tengah, pertumbuhan mencapai 33 persen. "Total ekspor ke dua kawasan ini kalau dijumlahkan bisa menyaingi Eropa, sekitar 4 juta ton," ujarnya.
Satu negara yang memimpin pertumbuhan ekspor ke kawasan tersebut, menurut Togar, adalah Pakistan. Pemicunya adalah ditandatanganinya perjanjian perdagangan preferensial (Prefferential Trade Agreemant/PTA) oleh pemerintah kedua negara tahun lalu.
Togar menuturkan, kebutuhan CPO Pakistan sekitar 2 juta ton tiap tahun. Selama ini mereka mengandalkan pasokan sawit dari Malaysia sebab kedua negara memiliki perjanjian pasar bebas (Free Trade Agreement/FTA).
Hanya setahun setelah ditandatanganinya PTA, para produsen sawit Indonesia langsung bisa menembus pasar Pakistan dengan mengirim 900 ribu ton ke negara tersebut.
Tahun ini, Togar Optimis sawit Indonesia akan mendominasi pasar Pakistan. "Saya optimis tahun ini bisa mengirim 1,5 juta ton," ujarnya.
Pasar ekspor utama CPO Indonesia sebenarnya adalah India, Eropa dan Cina. Namun, dengan adanya pelambatan ekonomi di negara dan kawasan tersebut, Indonesia pun melirik negara dan kawasan lain. "Afrika dan Timur Tengah pertumbuhannya pesat," kata Ketua Kompartemen Urusan Perdagangan GAPKI Togar Sitanggang pada wartawan di kantornya, Rabu, 15 Januari 2014.
Togar menyebut pertumbuhan ekspor CPO ke Afrika tahun lalu mencapai 13 persen dibanding 2012. Adapun di kawasan Timur Tengah, pertumbuhan mencapai 33 persen. "Total ekspor ke dua kawasan ini kalau dijumlahkan bisa menyaingi Eropa, sekitar 4 juta ton," ujarnya.
Satu negara yang memimpin pertumbuhan ekspor ke kawasan tersebut, menurut Togar, adalah Pakistan. Pemicunya adalah ditandatanganinya perjanjian perdagangan preferensial (Prefferential Trade Agreemant/PTA) oleh pemerintah kedua negara tahun lalu.
Togar menuturkan, kebutuhan CPO Pakistan sekitar 2 juta ton tiap tahun. Selama ini mereka mengandalkan pasokan sawit dari Malaysia sebab kedua negara memiliki perjanjian pasar bebas (Free Trade Agreement/FTA).
Hanya setahun setelah ditandatanganinya PTA, para produsen sawit Indonesia langsung bisa menembus pasar Pakistan dengan mengirim 900 ribu ton ke negara tersebut.
Tahun ini, Togar Optimis sawit Indonesia akan mendominasi pasar Pakistan. "Saya optimis tahun ini bisa mengirim 1,5 juta ton," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.