Jakarta ♞ Bermula dari tugas kuliah pada 2005, Nurana Indah Paramita atau yang biasa dipanggil Mita bersama 13 temannya sukses mengembangkan pembangkit listrik tenaga arus laut.
Ia dan rekan-rekannya meraih sukses dengan mendirikan perusahaan PT T-Files Indonesia yang bergerak di bidang survey oseanografi dan green ocean energy.
Mita mengaku awalnya karena tidak ada dana untuk riset, sehingga bersama teman-temannya harus patungan untuk melakukan riset.
"Awalnya nggak ada dana buat riset, saya harus urunan dengan teman-teman dan juga minta sumbangan dari para senior," kata Mita kepada detikFinance, beberapa waktu lalu.
Sebelum menjuarai Mandiri Young Technoprenuer (MYT) pada tahun 2011 yang lalu, Mita beserta tim pernah menjuarai kompetisi-kompetisi serupa di Jepang pada tahun 2008 yaitu di Keio University Jepang.
Selain itu, Mita juga ditawari bekerjasama dengan Jepang untuk mengembangkan pembangkit listrik, namun Mita dan timnya menolak saat itu.
Padahal kenyataan di Indonesia hal-hal baru sepertu ini masih kurang dukungan dan perhatian dari pemerintah. Bahkan ia pernah mengajukan proyeknya ke PT PLN namun langsung ditolak.
"Dulu ibaratnya baru sampai gerbang depan kantor PLN saja sudah bye bye, tapi sekarang Alhamdulillah bisa kerjasama dengan PLN Batam membangun proyek pembangkit listrik tenaga arus laut di sana," katanya.
Kesuksesan itu didapat setelah menjuarai MYT pada 2011. Mita menjelaskan saat diumumkan dirinya menang dan maju ke atas panggung saat itu juga Pak Dahlan (Menteri BUMN) minta No HP-nya. Kemudian Pak Dahlan memediasi ia dengan BUMN untuk membahas proyek. Mulai dari situlah proyek pembangkit listrik tenaga arus laut yang ia jalankan banyak berkembang.
Hingga saat ini sudah banyak sekali proyek yang sudah dikerjakan untuk proyek pembangunan turbin untuk pembangkit listrik tenaga arus laut. Sudah ada 10 pembangkit antaralain di Pantai Mutiara, di bawah Jembatan Suramadu, Lombok, Bali, dan yang sedang dikerjakan di Batam.
"Daya yang dihasilkan masing-masing turbin bervariasi kami pernah buat turbin dengan daya yang dihasilkan 500 watt hingga 10 kilo watt. Sedangkan untuk proyek di Batam itu akan menghasilkan daya hingga 1 mega watt dengan total investasi sekitar US$ 4 juta," katanya.
Ia menjelaskan cara kerja dari proyek pembangkit listrik tenaga arus laut ini sama seperti ketika seorang naik sepeda.
"Kalau orang naik sepeda kita harus kayuh sepedanya agar roda mau jalan, kemudian untuk pembangkit listrik ini arus laut akan menggerakan turbin yang kemudian turbin menggerakan dinamo sehingga nantinya akan menghasilkan arus listrik," katanya.
Tahap pertama pengerjaan proyek ini adalah dengan melakukan survey. Survey dilakukan dengan riset permukaan bawah laut serta test kekuatan arus laut yang ada, survey ini bukan hanya untuk memasang turbin.
Namum juga bisa juga untuk membuat jembatan laut, pelabuhan ataupun bangunan lain yang berada di atas laut. Survey ini adalah bagian yang paling penting karena tidak semua arus laut bisa dijadikan pembangkit listrik.
"Kalau dulu bermimpi saja tidak mungkin tapi sekarang menjadi nyata. Sekarang sudah ada MoU dengan PLN Batam. Sekarang kami tinggal bekerja keras untuk merealisasikan pembangkit listrik tenaga arus laut," katanya.
Harapan Mita agar banyak orang Indonesia yang terinspirasi sehingga bukan hanya bisa membangun pembangkit listrik tenaga arus laut. Namun juga bisa membuat semua peralatan dan teknologi yang ada.
Ia dan rekan-rekannya meraih sukses dengan mendirikan perusahaan PT T-Files Indonesia yang bergerak di bidang survey oseanografi dan green ocean energy.
Mita mengaku awalnya karena tidak ada dana untuk riset, sehingga bersama teman-temannya harus patungan untuk melakukan riset.
"Awalnya nggak ada dana buat riset, saya harus urunan dengan teman-teman dan juga minta sumbangan dari para senior," kata Mita kepada detikFinance, beberapa waktu lalu.
Sebelum menjuarai Mandiri Young Technoprenuer (MYT) pada tahun 2011 yang lalu, Mita beserta tim pernah menjuarai kompetisi-kompetisi serupa di Jepang pada tahun 2008 yaitu di Keio University Jepang.
Selain itu, Mita juga ditawari bekerjasama dengan Jepang untuk mengembangkan pembangkit listrik, namun Mita dan timnya menolak saat itu.
Padahal kenyataan di Indonesia hal-hal baru sepertu ini masih kurang dukungan dan perhatian dari pemerintah. Bahkan ia pernah mengajukan proyeknya ke PT PLN namun langsung ditolak.
"Dulu ibaratnya baru sampai gerbang depan kantor PLN saja sudah bye bye, tapi sekarang Alhamdulillah bisa kerjasama dengan PLN Batam membangun proyek pembangkit listrik tenaga arus laut di sana," katanya.
Kesuksesan itu didapat setelah menjuarai MYT pada 2011. Mita menjelaskan saat diumumkan dirinya menang dan maju ke atas panggung saat itu juga Pak Dahlan (Menteri BUMN) minta No HP-nya. Kemudian Pak Dahlan memediasi ia dengan BUMN untuk membahas proyek. Mulai dari situlah proyek pembangkit listrik tenaga arus laut yang ia jalankan banyak berkembang.
Hingga saat ini sudah banyak sekali proyek yang sudah dikerjakan untuk proyek pembangunan turbin untuk pembangkit listrik tenaga arus laut. Sudah ada 10 pembangkit antaralain di Pantai Mutiara, di bawah Jembatan Suramadu, Lombok, Bali, dan yang sedang dikerjakan di Batam.
"Daya yang dihasilkan masing-masing turbin bervariasi kami pernah buat turbin dengan daya yang dihasilkan 500 watt hingga 10 kilo watt. Sedangkan untuk proyek di Batam itu akan menghasilkan daya hingga 1 mega watt dengan total investasi sekitar US$ 4 juta," katanya.
Ia menjelaskan cara kerja dari proyek pembangkit listrik tenaga arus laut ini sama seperti ketika seorang naik sepeda.
"Kalau orang naik sepeda kita harus kayuh sepedanya agar roda mau jalan, kemudian untuk pembangkit listrik ini arus laut akan menggerakan turbin yang kemudian turbin menggerakan dinamo sehingga nantinya akan menghasilkan arus listrik," katanya.
Tahap pertama pengerjaan proyek ini adalah dengan melakukan survey. Survey dilakukan dengan riset permukaan bawah laut serta test kekuatan arus laut yang ada, survey ini bukan hanya untuk memasang turbin.
Namum juga bisa juga untuk membuat jembatan laut, pelabuhan ataupun bangunan lain yang berada di atas laut. Survey ini adalah bagian yang paling penting karena tidak semua arus laut bisa dijadikan pembangkit listrik.
"Kalau dulu bermimpi saja tidak mungkin tapi sekarang menjadi nyata. Sekarang sudah ada MoU dengan PLN Batam. Sekarang kami tinggal bekerja keras untuk merealisasikan pembangkit listrik tenaga arus laut," katanya.
Harapan Mita agar banyak orang Indonesia yang terinspirasi sehingga bukan hanya bisa membangun pembangkit listrik tenaga arus laut. Namun juga bisa membuat semua peralatan dan teknologi yang ada.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.