Lewat Internet, mereka bisa bantu membahas diagnosa penyakit di RI
Jakarta | Para dokter dan pakar medis di Australia antusias untuk meningkatkan kerjasama dengan para dokter di Indonesia. Mereka tidak harus pergi ke Indonesia, namun bisa saling kontak dan konsultasi medis melalui Internet.
Demikian ungkap Profesor Michael Handerson, seorang pakar manajemen dan pelatihan kesehatan. "Australia memiliki dokter-dokter dengan perlengkapan riset yang memadai. Saya juga tahu banyak dokter di Indonesia yang berkualitas di wilayah-wilayah terpencil.
Mereka bisa bekerjasama secara rutin untuk menghasilkan mutu layanan medis yang lebih baik," kata Henderson dalam percakapan dengan VIVAnews di Universitas Western Australia di Kota Perth.
Profesor Henderson memimpin lembaga International Skills and Training Institute in Health (Istih). Ini merupakan institusi nirlaba yang memberikan bantuan kepada para pekerja dan lembaga kesehatan berupa pelatihan medis, perawatan, dan penyuluhan kesehatan lokal.
Melalui lembaga yang dia pimpin, Henderson tengah merintis proyek pelatihan kepada para dokter atau tenaga medis di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah terpencil.
"Kami ingin para pakar medis Australia bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada para dokter Indonesia di wilayah-wilayah terisolir. Salah satu program yang dirintis Istih adalah membuka komunikasi lewat Internet," kata Henderson.
Komunikasi lewat Internet ini, bagi dia merupakan cara yang efektif dan murah. "Teknologi Informasi kian cepat dan murah. Ada YouTube dan Skype. Dokter di Indonesia pun bisa berkomunikasi intensif dengan ahli penyakit dalam di Australia, misalnya. Bahkan, tidak saja belajar, mereka pun bisa berkonsultasi bersama secara langsung dalam mendiagnosa suatu kasus penyakit," kata Henderson.
Dia mengungkapkan sudah ada animo yang besar dari para pakar medis Australia untuk terlibat dalam program ini. "Sudah lebih dari 300 spesialis yang berminat untuk saling kontak dengan para kolega mereka di Indonesia.
Bahkan, menurut Henderson, salah satunya adalah Barry Marshall. "Beliau adalah peraih Penghargaan Nobel 2005 bidang Medis," kata Henderson. Marshall mendapat Nobel berkat penelitiannya dalam riset keterkaitan infeksi Heliobacter pylori dan kanker perut.
Para dokter di Australa pun, melalui komunikasi visual jarak jauh lewat Internet bisa juga belajar dari Indonesia bagaimana menindak suatu kasus dengan kondisi terbatas.
"Karena, dalam situasi darurat, kita tidak bisa selalu mengandalkan peralatan canggih. Perlu intuisi dan kemampuan individu dari dokter yang bersangkutan. Itulah yang saya lihat dari dokter-dokter yang saya temui di wilayah terpencil," kata Henderson.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.