SUMEDANG � Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Hatta Rajasa menegaskan, awal 2014 Indonesia menghentikan ekspor bahan
mentah ke luar negeri, termasuk bahan tambang. Namun, masih ada
perusahaan-perusahaan besar yang belum menyetujui kebijakan pemerintah
ini.
Hatta menyebutkan, salah satu perusahaan yang belum menyetujui kebijakan penghentian impor bahan mentah adalah Freeport, perusahaan tambang asal Amerika Serikat yang beroperasi di Papua. Menurutnya, masih terjadi pembahasan antara pemerintah dan Freeport terkait penghentian impor bahan mentah.
“Ada yang sudah setuju ada yang belum. Seperti Freeport masih belum setuju. Tapi ada INCO (PT Vale Indonesia Tbk)yang sudah bersedia. Semua bersedia. Pasti jalan,” tandas Hatta, di Kampus Unpad, Jatinangor, Sumedang, Selasa (19/3/2013).
Jika perusahaan tetap tidak bisa menghentikan impor bahan mentah, menurutnya operasional perusahaan tersebut akan distop. Saat ini pemerintah sudah menyampaikan renegosiasi kepada perusahaan-perusahaan agar membangun sistem pengolahan bahan mentah. “Paling tidak bisa membangun. Kalau tidak ya kita stop,” tegasnya.
Pemerintah terus melakukan peninjauan kontrak perusahaan yang ada, jika kontrak tersebut tak berkeadilan harus renegosiasi. Hatta sendiri sebagai koordinator renegosiasi tersebut. Renegosiasi meliputi lahan yang dikuasi harus menjadi cadangan komoditas negara, 51 persen divestasi saham, royaltinya dari 1 persen naik hingga 10 kali lipatnya, seluruh produk harus diolah di dalam negeri, lokal konten (tenaga kerja) harus ditingkatkan bukan hanya tenaga rendahan tetapi juga menghasilkan pengusaha dan tenaga ahli lokal.
Ketua Umum PAN ini menuturkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju. Tetapi Indonesia tidak bisa mengandalkan impor bahan mentah. Ada tiga potensi yang dimiliki negeri ini, yakni sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), dan letak geografinya.
Untuk itu, Indonesia harus mampu memanfaatkan potensi yang ada itu. “Kita akan bisa memanfaatkan itu jika melakukan transformasi. Maka stop jual bahan mentah, jika tetap menjual kita malah akan jadi bangsa kuli,” ujarnya.
Dia mengakui banyak pihak yang melakukan protes atas kebijakannya untuk menghentikan impor bahan mentah pada 2014. Tetapi jika ingin maju, lanjutnya, Indonesia harus mengubah cara kelola SDA seperti baoksit, nikel, batu bara, emas dan lain-lainnya yang semuanya harus dijual dalam bentuk jadi, bukan mentah. “Saya ingin bangsa ini maju, unggul, dan bukan jadi bangsa pengekspor bahan mentah,” tegasnya.
Selanjutnya, untuk memanfaatkan bahan mentah kuncinya diperlukan kreativitas. Tenaga ahli di bidang pertambangan harus diperbanyak sekaligus meminimalisir angkatan kerja lulusan SD. “Dan hanya pengetahuan yang menjadi kunci bagi SDM, pengetahuan dan Iptek. Tanpa percepat akselerasi itu tidak mungkin,” katanya, seraya berharap perguruan tinggi mampu menghasilkan SDM yang inovatif dan kreatif. (wdi)
Hatta menyebutkan, salah satu perusahaan yang belum menyetujui kebijakan penghentian impor bahan mentah adalah Freeport, perusahaan tambang asal Amerika Serikat yang beroperasi di Papua. Menurutnya, masih terjadi pembahasan antara pemerintah dan Freeport terkait penghentian impor bahan mentah.
“Ada yang sudah setuju ada yang belum. Seperti Freeport masih belum setuju. Tapi ada INCO (PT Vale Indonesia Tbk)yang sudah bersedia. Semua bersedia. Pasti jalan,” tandas Hatta, di Kampus Unpad, Jatinangor, Sumedang, Selasa (19/3/2013).
Jika perusahaan tetap tidak bisa menghentikan impor bahan mentah, menurutnya operasional perusahaan tersebut akan distop. Saat ini pemerintah sudah menyampaikan renegosiasi kepada perusahaan-perusahaan agar membangun sistem pengolahan bahan mentah. “Paling tidak bisa membangun. Kalau tidak ya kita stop,” tegasnya.
Pemerintah terus melakukan peninjauan kontrak perusahaan yang ada, jika kontrak tersebut tak berkeadilan harus renegosiasi. Hatta sendiri sebagai koordinator renegosiasi tersebut. Renegosiasi meliputi lahan yang dikuasi harus menjadi cadangan komoditas negara, 51 persen divestasi saham, royaltinya dari 1 persen naik hingga 10 kali lipatnya, seluruh produk harus diolah di dalam negeri, lokal konten (tenaga kerja) harus ditingkatkan bukan hanya tenaga rendahan tetapi juga menghasilkan pengusaha dan tenaga ahli lokal.
Ketua Umum PAN ini menuturkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju. Tetapi Indonesia tidak bisa mengandalkan impor bahan mentah. Ada tiga potensi yang dimiliki negeri ini, yakni sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), dan letak geografinya.
Untuk itu, Indonesia harus mampu memanfaatkan potensi yang ada itu. “Kita akan bisa memanfaatkan itu jika melakukan transformasi. Maka stop jual bahan mentah, jika tetap menjual kita malah akan jadi bangsa kuli,” ujarnya.
Dia mengakui banyak pihak yang melakukan protes atas kebijakannya untuk menghentikan impor bahan mentah pada 2014. Tetapi jika ingin maju, lanjutnya, Indonesia harus mengubah cara kelola SDA seperti baoksit, nikel, batu bara, emas dan lain-lainnya yang semuanya harus dijual dalam bentuk jadi, bukan mentah. “Saya ingin bangsa ini maju, unggul, dan bukan jadi bangsa pengekspor bahan mentah,” tegasnya.
Selanjutnya, untuk memanfaatkan bahan mentah kuncinya diperlukan kreativitas. Tenaga ahli di bidang pertambangan harus diperbanyak sekaligus meminimalisir angkatan kerja lulusan SD. “Dan hanya pengetahuan yang menjadi kunci bagi SDM, pengetahuan dan Iptek. Tanpa percepat akselerasi itu tidak mungkin,” katanya, seraya berharap perguruan tinggi mampu menghasilkan SDM yang inovatif dan kreatif. (wdi)
• Okezone
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.