Langkawi • PT Dirgantara Indonesia (PT DI) baru bisa
bangkit kembali dari keterpurukan, bahkan 4 kali perusahaan tersebut
hampir mau ditutup. Saat krisis, BUMN ini menjual 200 lebih para ahli
pembuat pesawat Indonesia ke luar negeri, agar para ahli tersebut dapat
pekerjaan dan gaji.
"Kita dulu pada saat krisis, tidak ada pekerjaan sama sekali di perusahaan, bahkan perusahaan ini tidak jelas mau diteruskan apa ditutup," kata Vice President Corporate Communication PT DI Sonni Ibrahim kepada detikFinance di sela acara The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).
Dikatakan Sonni, saat krisis, para ahli pembuat pesawat terbang Indonesia banyak yang kerja, tapi tidak tahu apa yang mau dikerjakan karena pesanan pesawat tidak ada sama sekali.
"Akhirnya kita memutuskan agar para ahli-ahli ini ada pekerjaan, kita tawarkan ke perusahaan-perusahaan pembuat pesawat di luar negeri, mereka banyak diterima di Airbus, Boeing, ATR, dan banyak lagi," ungkapnya.
Langkah yang diambil PT DI ini membuat para ahli pesawat PT DI mendapatkan gaji tinggi dan ada sedikit fee dari kontrak mereka akan masuk ke kas perusahaaan.
"Para ahli tersebut saat itu rata-rata dibayar US$ 70-80 per jamnya," ujarnya.
Saat ini, kata Sonni semua orang di PT DI mempunyai tekad untuk membangun BUMN ini lebih besar.
"Berbagai pesanan pesawat saat ini mengalir deras baik dari luar negeri terlebih dalam negeri. Kontrak pesanan kita dari TNI juga sangat besar, bahkan kami kewalahan memenuhinya. Masih banyak orang yang meragukan, tapi kami yakin PT DI mulai kembali menancapkan taringnya di Industri pesawat terbang, tidak lama lagi kita menjadi ikan hiu putih di Asia Pasifik," tandasnya.(rrd/dnl)
"Kita dulu pada saat krisis, tidak ada pekerjaan sama sekali di perusahaan, bahkan perusahaan ini tidak jelas mau diteruskan apa ditutup," kata Vice President Corporate Communication PT DI Sonni Ibrahim kepada detikFinance di sela acara The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).
Dikatakan Sonni, saat krisis, para ahli pembuat pesawat terbang Indonesia banyak yang kerja, tapi tidak tahu apa yang mau dikerjakan karena pesanan pesawat tidak ada sama sekali.
"Akhirnya kita memutuskan agar para ahli-ahli ini ada pekerjaan, kita tawarkan ke perusahaan-perusahaan pembuat pesawat di luar negeri, mereka banyak diterima di Airbus, Boeing, ATR, dan banyak lagi," ungkapnya.
Langkah yang diambil PT DI ini membuat para ahli pesawat PT DI mendapatkan gaji tinggi dan ada sedikit fee dari kontrak mereka akan masuk ke kas perusahaaan.
"Para ahli tersebut saat itu rata-rata dibayar US$ 70-80 per jamnya," ujarnya.
Saat ini, kata Sonni semua orang di PT DI mempunyai tekad untuk membangun BUMN ini lebih besar.
"Berbagai pesanan pesawat saat ini mengalir deras baik dari luar negeri terlebih dalam negeri. Kontrak pesanan kita dari TNI juga sangat besar, bahkan kami kewalahan memenuhinya. Masih banyak orang yang meragukan, tapi kami yakin PT DI mulai kembali menancapkan taringnya di Industri pesawat terbang, tidak lama lagi kita menjadi ikan hiu putih di Asia Pasifik," tandasnya.(rrd/dnl)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.