blog-indonesia.com

Rabu, 27 Maret 2013

Alasan Kenapa KRL Ekonomi Dihapus

Hapuskan KRL Ekonomi, KAI Salahkan Pemerintah   
Transportasi KRL Ekonomi 
Jakarta PT KAI berencana menarik dua rangkaian kereta rel listrik (KRL) ekonomi non-AC yang kini beroperasi di jurusan Jakarta-Bekasi dan Jakarta-Tangerang/Parung Panjang. Pasalnya, rangkaian kereta tersebut rentan mengalami kerusakan. Humas Daerah Operasional 1 PT KAI Agus Sutijono mengatakan kereta berusia 30 tahun lebih itu sudah tak layak lagi digunakan.

"Pintu dan jendelanya rusak, suku cadangnya juga tidak ada," kata Agus ketika ditemui di kantornya, Selasa, 26 Maret 2013. Saking langkanya, suku cadang KRL ekonomi yang rusak kerap diganti dengan "mempreteli" KRL ekonomi lain yang sudah tak berfungsi.

KRL Ekonomi juga dituding sering macet akibat turunnya pantograf. Hal itu bisa disebabkan oleh penumpang yang masuk di kabin masinis di tengah rangkaian atau tergeser oleh penumpang yang naik di atap kereta. Soalnya, pantograf kereta ini sering jadi pegangan bagi penumpang yang berada di bagian atas kereta.

Mesin kereta yang sudah uzur juga disebut rentan gangguan. PT KAI mencatat, sepanjang 2012, rangkaian KRL ekonomi mengalami 1.200 gangguan. Hal itu menyebabkan terganggunya 4.500 perjalanan kereta lainnya.

Rencananya, PT KAI akan mengganti KRL ekonomi dengan KRL Commuter Line yang menggunakan AC. Tarifnya pun naik menjadi Rp 8.000 untuk sekali jalan.

Hapuskan KRL Ekonomi, KAI Salahkan Pemerintah

PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengaku tak punya pilihan selain menghapuskan KRL ekonomi non-AC jurusan Jakarta-Bekasi dan Jakarta-Tangerang/Parung Panjang. Pasalnya, biaya perawatan kereta itu amat besar dan subsidi untuk biaya tiket penumpang kelas ekonomi sering terlambat dibayarkan.

Mateta Rizalulhaq, Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia, mengatakan pemberian dana subsidi untuk penumpang ekonomi yang dibayarkan dalam bentuk Public Service Obligation (PSO) sering terlambat. Apalagi, jumlahnya pun tidak cukup untuk menutup biaya operasional kereta ekonomi.

"Dana PSO seharusnya sebesar Rp 704 miliar tahun lalu, tapi tidak dicairkan pada waktunya," ujar Mateta ketika dihubungi, Selasa, 26 Maret 2013.

Selama ini, kata Mateta, dana PSO digunakan untuk mensubsidi semua jenis kereta api, mulai KA Lokal, KRL Ekonomi dan KRL Ekonomi jarak-jauh. Dana PSO ini digunakan untuk biaya operasional, termasuk bahan bakar. Yang membuat PT KAI kesulitan, jika kereta mogok atau mengalami kerusakan, maka dana PSO tidak dibayarkan.


  Tempo  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More