Airbus mengklaim, pesawat dengan biaya operasi terendah di kelasnya
Pesawat itu terdiri atas 201 jenis 737 MAXs dan 29 next generation 737-900ERs. Perjanjian itu juga memungkinkan Lion untuk menambah pesanan sebanyak 150 pesawat atau senilai US$ 14 miliar.
Tidak tanggung-tanggung, kesepakatan yang ditandatangani Senior Vice President Boeing, Ray Conner dan Chief Executive Officer (CEO) Lion Air, Rusdi Kirana di Grand Hyatt, Bali, Jumat 18 November 2011 itu juga disaksikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama di sela rangkaian KTT ASEAN dan KTT terkait.
Saat itu, kerja sama tersebut merupakan kesepakatan bisnis terbesar yang pernah dilakukan Boeing. Sebelumnya, rekor terbesar dilakukan dengan maskapai Emirates Airlines yang menandatangani perjanjian kerja senilai US$ 18 miliar atau setara Rp 161,28 triliun untuk memasok maskapai sebanyak 50 pesawat.
Kini, setelah hampir 1,5 tahun dari kesepakatan dengan Boeing itu, Lion Air Indonesia kembali menggebrak. Bekerja sama dengan pesaing Boeing, Lion Air memesan 234 pesawat Airbus jenis A320, yang terdiri atas 109 pesawat A320neo, 65 pesawat A321neo, dan 60 pesawat A320ceo.
Seolah tak mau kalah dengan Boeing, pemesanan itu diresmikan dalam upacara khusus pada Senin 18 Maret 2013 di Istana Elysee Paris. Penandatanganan dokumen dilakukan oleh pendiri dan CEO Lion Air, Rusdi Kirana serta Presiden dan CEO Airbus, Fabrice Bregier. Presiden Prancis, Francois Hollande, pun turut menyaksikan penandatanganan kerja sama tersebut.
Meski tidak disebutkan detail nilai transaksinya, sumber yang mengetahui transaksi tersebut menyebutkan, satu unit pesawat itu diperkirakan senilai US$ 100 juta. Jika Lion memesan 234 pesawat, nilai mencapai US$ 23,4 miliar atau hampir Rp 225 triliun.
Dengan penataan satu kelas, pesawat A320 dapat mengakomodasi 180 penumpang. Sementara itu, dengan konfigurasi kabin terbaru, A321, dapat mengakomodasi 236 penumpang. Grup Lion Air akan menggunakan pesawat-pesawat itu untuk memenuhi kebutuhannya dalam mengembangkan rute domestik dan regional. Maskapai ini akan mengumumkan pilihan mesinnya dalam waktu dekat.
"Tipe pesawat A320 yang hemat bahan bakar akan memungkinkan Lion Air untuk beroperasi dengan biaya terendah dan tetap menawarkan tarif paling kompetitif di Asia," ujar pendiri dan CEO Grup Lion Air, Rusdi Kirana.
Pemesanan bersejarah ini, Rusdi mengklaim, akan memastikan bahwa Grup Lion Air akan melanjutkan ekspansinya dengan armada pesawat termodern dan tercanggih di dunia.
"Ini merupakan pemesanan pertama Lion Air, salah satu low cost carriers dengan pertumbuhan pesat di Asia," ujar Presiden dan CEO Airbus, Fabrice Bregier.
Bregier mengatakan, kesepakatan ini menekankan pesawat tipe A320 sebagai pemimpin pasar, yang terus menarik pelanggan baru. "Baik dengan pilihan mesin sekarang ataupun yang baru. Kami sangat menantikan Lion Air sebagai salah satu pengguna pesawat Airbus terbesar," tuturnya.
Lion Air sendiri telah mengudara sejak 2000. Saat ini, Lion Air merupakan salah satu maskapai penerbangan dengan pertumbuhan terpesat di Asia. Maskapai yang berpusat di Jakarta ini kini mengoperasikan jaringan rute yang melingkupi 70 tempat tujuan di Indonesia dan Asia Tenggara.
Terlaris di Dunia
Airbus mengklaim, dengan biaya operasi terendah di kelasnya, pesawat tipe A320 adalah jenis pesawat lorong tunggal terlaris di dunia. Hingga saat ini, sekitar 9.400 pesawat telah dipesan dan lebih dari 5.400 unit telah dikirimkan ke lebih dari 380 pelanggan dan pengguna di seluruh dunia.
Sementara itu, pesawat tipe A320ceo dan A320neo memiliki 95 persen kesamaan badan pesawat, sehingga memudahkan pengoperasian berbagai model dalam armada yang sama.
A320 pertama kali diperkenalkan pada 28 Maret 1988 dan telah mengalami berbagai penyempurnaan. Versi terakhir A320 adalah A320 Neo, yang telah dilengkapi berbagai teknologi baru. Varian lainnya adalah A320, A319, A319CJ --untuk pesawat pribadi, dan A321.
A320 sangat cocok untuk penerbangan komuter di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat. A320 dijejali oleh berbagai teknologi canggih, seperti penggunaan komposit di sayap pesawat yang diklaim 20 persen lebih efisien dibandingkan desain sebelumnya.
Layar penunjuk kerusakan tersentralisasi, sehingga membuat pemecahan masalah lebih mudah dengan biaya pemeliharaan yang lebih rendah. Struktur badan pesawat yang lebih kuat diklaim mampu meningkatkan keselamatan dan mengurangi beban kerja pilot.
Pesawat tipe ini telah menggunakan sharklet atau wing-tip yang berfungsi untuk menghemat bahan bakar hingga 3,5 persen dan mengurangi emisi karbondioksida 700 ton per pesawat.
A320 memiliki panjang 37,57 meter dengan jarak tempuh 6.100 kilometer. A320 memiliki dua pilihan mesin, yaitu CFM56-A5 buatan CFM International's LEAP-X dan V2.5-A5 serta tambahan satu pilihan mesin untuk A320 Neo yaitu PW1.100G PurePower buatan Pratt & Whitney.
Per Februari 2013, Airbus telah menerima 12.474 pesanan pesawat A320 berbagai varian dan telah mengantarkan 7.710 unit pesawat A320 ke seluruh dunia. Saat ini, 7.150 unit A320 telah beroperasi di seluruh dunia.
Kuasai Industri Penerbangan
Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, menilai langkah maskapai penerbangan Lion Air memborong 234 pesawat Airbus A320 dan A321 merupakan langkah awal dalam menguasai industri penerbangan Indonesia.
"Ini sebagai salah satu ekspansi Lion Air, mengingat industri penerbangan di Indonesia sedang tumbuh di Asia. Sekitar 50 persen lebih pangsa pasar penerbangan ASEAN ada di Indonesia," kata Dudi saat dihubungi VIVAnews, Senin 18 Maret 2013.
Ia menjelaskan, penerbangan domestik sudah dikuasai oleh Lion Air. Pada 2012, sebanyak 19 maskapai niaga berjadwal mengangkut 63,62 juta penumpang domestik. Lion Air tercatat paling banyak menerbangkan penumpang, yakni mencapai 23,93 juta. Diikuti Garuda Indonesia 14,07 juta penumpang dan Sriwijaya Air 8,1 juta penumpang.
"Lion Air telah menyalip Garuda Indonesia menjadi maskapai nomor satu di Indonesia dari segi jumlah angkut penumpang," katanya.
Armada Lion Air pun, dia menjelaskan, akan menjadi yang terbanyak di Indonesia jika semua pesawat yang dipesan telah tiba. Dengan pesanan 234 pesawat baru Airbus A320 dan A321, total pesawat yang akan dimiliki Lion Air lebih dari 500 pesawat. Pada akhir 2012, Lion Air telah memesan 230 pesawat baru dari Boeing.
Tantangan Lion Air ke depan adalah bagaimana menyediakan sumber daya manusia serta mengatur armada pesawat yang begitu besar. "Airbus dan Boeing pasti senang mendapatkan pesanan, namun semakin besar armada tentu tambah susah untuk mengatur," ujar Dudi.
Langkah Lion Air dipandang lebih berani dibanding maskapai pelat merah, Garuda Indonesia. Garuda Indonesia pada 2015 ditargetkan memiliki dan mengoperasikan 194 unit pesawat dari berbagai jenis.
Bisnis penerbangan domestik pernah dikejutkan dengan aksi maskapai Lion Air yang meneken kesepakatan jual beli 230 pesawat Boeing pada November 2011. Nilai transaksinya mencapai US$ 21,7 miliar atau saat itu sekitar Rp 195 triliun.
Pesawat itu terdiri atas 201 jenis 737 MAXs dan 29 next generation 737-900ERs. Perjanjian itu juga memungkinkan Lion untuk menambah pesanan sebanyak 150 pesawat atau senilai US$ 14 miliar.
Tidak tanggung-tanggung, kesepakatan yang ditandatangani Senior Vice President Boeing, Ray Conner dan Chief Executive Officer (CEO) Lion Air, Rusdi Kirana di Grand Hyatt, Bali, Jumat 18 November 2011 itu juga disaksikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama di sela rangkaian KTT ASEAN dan KTT terkait.
Saat itu, kerja sama tersebut merupakan kesepakatan bisnis terbesar yang pernah dilakukan Boeing. Sebelumnya, rekor terbesar dilakukan dengan maskapai Emirates Airlines yang menandatangani perjanjian kerja senilai US$ 18 miliar atau setara Rp 161,28 triliun untuk memasok maskapai sebanyak 50 pesawat.
Kini, setelah hampir 1,5 tahun dari kesepakatan dengan Boeing itu, Lion Air Indonesia kembali menggebrak. Bekerja sama dengan pesaing Boeing, Lion Air memesan 234 pesawat Airbus jenis A320, yang terdiri atas 109 pesawat A320neo, 65 pesawat A321neo, dan 60 pesawat A320ceo.
Seolah tak mau kalah dengan Boeing, pemesanan itu diresmikan dalam upacara khusus pada Senin 18 Maret 2013 di Istana Elysee Paris. Penandatanganan dokumen dilakukan oleh pendiri dan CEO Lion Air, Rusdi Kirana serta Presiden dan CEO Airbus, Fabrice Bregier. Presiden Prancis, Francois Hollande, pun turut menyaksikan penandatanganan kerja sama tersebut.
Meski tidak disebutkan detail nilai transaksinya, sumber yang mengetahui transaksi tersebut menyebutkan, satu unit pesawat itu diperkirakan senilai US$ 100 juta. Jika Lion memesan 234 pesawat, nilai mencapai US$ 23,4 miliar atau hampir Rp 225 triliun.
Dengan penataan satu kelas, pesawat A320 dapat mengakomodasi 180 penumpang. Sementara itu, dengan konfigurasi kabin terbaru, A321, dapat mengakomodasi 236 penumpang. Grup Lion Air akan menggunakan pesawat-pesawat itu untuk memenuhi kebutuhannya dalam mengembangkan rute domestik dan regional. Maskapai ini akan mengumumkan pilihan mesinnya dalam waktu dekat.
"Tipe pesawat A320 yang hemat bahan bakar akan memungkinkan Lion Air untuk beroperasi dengan biaya terendah dan tetap menawarkan tarif paling kompetitif di Asia," ujar pendiri dan CEO Grup Lion Air, Rusdi Kirana.
Pemesanan bersejarah ini, Rusdi mengklaim, akan memastikan bahwa Grup Lion Air akan melanjutkan ekspansinya dengan armada pesawat termodern dan tercanggih di dunia.
"Ini merupakan pemesanan pertama Lion Air, salah satu low cost carriers dengan pertumbuhan pesat di Asia," ujar Presiden dan CEO Airbus, Fabrice Bregier.
Bregier mengatakan, kesepakatan ini menekankan pesawat tipe A320 sebagai pemimpin pasar, yang terus menarik pelanggan baru. "Baik dengan pilihan mesin sekarang ataupun yang baru. Kami sangat menantikan Lion Air sebagai salah satu pengguna pesawat Airbus terbesar," tuturnya.
Lion Air sendiri telah mengudara sejak 2000. Saat ini, Lion Air merupakan salah satu maskapai penerbangan dengan pertumbuhan terpesat di Asia. Maskapai yang berpusat di Jakarta ini kini mengoperasikan jaringan rute yang melingkupi 70 tempat tujuan di Indonesia dan Asia Tenggara.
Terlaris di Dunia
Airbus mengklaim, dengan biaya operasi terendah di kelasnya, pesawat tipe A320 adalah jenis pesawat lorong tunggal terlaris di dunia. Hingga saat ini, sekitar 9.400 pesawat telah dipesan dan lebih dari 5.400 unit telah dikirimkan ke lebih dari 380 pelanggan dan pengguna di seluruh dunia.
Sementara itu, pesawat tipe A320ceo dan A320neo memiliki 95 persen kesamaan badan pesawat, sehingga memudahkan pengoperasian berbagai model dalam armada yang sama.
A320 pertama kali diperkenalkan pada 28 Maret 1988 dan telah mengalami berbagai penyempurnaan. Versi terakhir A320 adalah A320 Neo, yang telah dilengkapi berbagai teknologi baru. Varian lainnya adalah A320, A319, A319CJ --untuk pesawat pribadi, dan A321.
A320 sangat cocok untuk penerbangan komuter di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat. A320 dijejali oleh berbagai teknologi canggih, seperti penggunaan komposit di sayap pesawat yang diklaim 20 persen lebih efisien dibandingkan desain sebelumnya.
Layar penunjuk kerusakan tersentralisasi, sehingga membuat pemecahan masalah lebih mudah dengan biaya pemeliharaan yang lebih rendah. Struktur badan pesawat yang lebih kuat diklaim mampu meningkatkan keselamatan dan mengurangi beban kerja pilot.
Pesawat tipe ini telah menggunakan sharklet atau wing-tip yang berfungsi untuk menghemat bahan bakar hingga 3,5 persen dan mengurangi emisi karbondioksida 700 ton per pesawat.
A320 memiliki panjang 37,57 meter dengan jarak tempuh 6.100 kilometer. A320 memiliki dua pilihan mesin, yaitu CFM56-A5 buatan CFM International's LEAP-X dan V2.5-A5 serta tambahan satu pilihan mesin untuk A320 Neo yaitu PW1.100G PurePower buatan Pratt & Whitney.
Per Februari 2013, Airbus telah menerima 12.474 pesanan pesawat A320 berbagai varian dan telah mengantarkan 7.710 unit pesawat A320 ke seluruh dunia. Saat ini, 7.150 unit A320 telah beroperasi di seluruh dunia.
Kuasai Industri Penerbangan
Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, menilai langkah maskapai penerbangan Lion Air memborong 234 pesawat Airbus A320 dan A321 merupakan langkah awal dalam menguasai industri penerbangan Indonesia.
"Ini sebagai salah satu ekspansi Lion Air, mengingat industri penerbangan di Indonesia sedang tumbuh di Asia. Sekitar 50 persen lebih pangsa pasar penerbangan ASEAN ada di Indonesia," kata Dudi saat dihubungi VIVAnews, Senin 18 Maret 2013.
Ia menjelaskan, penerbangan domestik sudah dikuasai oleh Lion Air. Pada 2012, sebanyak 19 maskapai niaga berjadwal mengangkut 63,62 juta penumpang domestik. Lion Air tercatat paling banyak menerbangkan penumpang, yakni mencapai 23,93 juta. Diikuti Garuda Indonesia 14,07 juta penumpang dan Sriwijaya Air 8,1 juta penumpang.
"Lion Air telah menyalip Garuda Indonesia menjadi maskapai nomor satu di Indonesia dari segi jumlah angkut penumpang," katanya.
Armada Lion Air pun, dia menjelaskan, akan menjadi yang terbanyak di Indonesia jika semua pesawat yang dipesan telah tiba. Dengan pesanan 234 pesawat baru Airbus A320 dan A321, total pesawat yang akan dimiliki Lion Air lebih dari 500 pesawat. Pada akhir 2012, Lion Air telah memesan 230 pesawat baru dari Boeing.
Tantangan Lion Air ke depan adalah bagaimana menyediakan sumber daya manusia serta mengatur armada pesawat yang begitu besar. "Airbus dan Boeing pasti senang mendapatkan pesanan, namun semakin besar armada tentu tambah susah untuk mengatur," ujar Dudi.
Langkah Lion Air dipandang lebih berani dibanding maskapai pelat merah, Garuda Indonesia. Garuda Indonesia pada 2015 ditargetkan memiliki dan mengoperasikan 194 unit pesawat dari berbagai jenis.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.