Jakarta - Potensi sumber bahan baku obat di Indonesia sangat melimpah, tapi sayang belum banyak yang tergali secara maksimal. Padahal, dari sekian banyak sumber bahan baku alami obat ini, menurut peneliti utama pada Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Muhammad Hanafi, telah ditemukan obat antikanker dan antikolesterol.
"Tumbuhan dan mikroba tersebut antara lain Garcinia (apel Jawa), Curcuma (kunyit), Hedyotis (rumput mutiara), Pseudomonas (bakteri gram negatif yang banyak ditemukan di tanah dan air), dan Streptomyces (bakteri gram positif yang menghasilkan spora)," ujar Muhammad Hanafi dalam orasi ilmiahnya yang disampaikan dalam pengukuhan gelar profesornya di Auditorium LIPI, Jumat, 23 November 2012.
Menurut Hanafi, temuan berupa obat herbal atau fitofarmaka itu berupa ekstrak aktif dari tumbuhan dan mikroba yang telah diisolasi dan diidentifikasi senyawa aktifnya. Hasil isolasi tersebut berupa zat kalanon, UK-3A, dan phenazina serta sintesis turunan dan analognya memiliki potensi menghambat perkembangan sel kanker.
Hasil uji praklinis atau tahap pengujian yang dilakukan sebelum uji klinik pada manusia, yang telah dilakukan Hanafi, menunjukkan bahwa senyawa tumbuhan dan mikroba tersebut mampu menurunkan jumlah sel kanker. "Sayangnya, senyawa tumbuhan dan mikroba tersebut masih bersifat toksik atau racun," ujar Hanafi.
Tidak hanya itu, seyawa turunan yang terdapat dalam tumbuhan dan organisme tersebut yang dikenal dengan nama Lovastatin atau Lipistatin memiliki potensi sebagai obat antikolesterol. Karena itu, kata Hanafi, penting sekali penelitian ini dilanjutkan ke tahap uji klinis, terutama mengingat manfaatnya di bidang kesehatan dan kehidupan manusia.
Hanafi menambahkan, untuk mengembangkan potensi bahan obat utama dari alam (tumbuhan dan mikroba) untuk dijadikan obat antikanker dan antikolesterol diperlukan skala prioritas dan tindakan yang fokus. "Diperlukan pula komunikasi lebih awal, intensif, serta komitmen dengan pihak industri farmasi guna melancarkan komersialisasi hasil penelitian yang sedang dan telah dicapai," ujar Hanafi.
Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki potensi alam sangat besar, dengan jumlah keanekaragaman tumbuhan mencapai 30 ribu spesies. Dengan jumlah itu, tidak heran Indonesia disebut sebagai megacenter dari biodiversitas dunia. Dari jumlah itu pula, sebanyak 9 ribu tanaman di Indonesia memiliki khasiat obat.
© Tempo.Co
"Tumbuhan dan mikroba tersebut antara lain Garcinia (apel Jawa), Curcuma (kunyit), Hedyotis (rumput mutiara), Pseudomonas (bakteri gram negatif yang banyak ditemukan di tanah dan air), dan Streptomyces (bakteri gram positif yang menghasilkan spora)," ujar Muhammad Hanafi dalam orasi ilmiahnya yang disampaikan dalam pengukuhan gelar profesornya di Auditorium LIPI, Jumat, 23 November 2012.
Menurut Hanafi, temuan berupa obat herbal atau fitofarmaka itu berupa ekstrak aktif dari tumbuhan dan mikroba yang telah diisolasi dan diidentifikasi senyawa aktifnya. Hasil isolasi tersebut berupa zat kalanon, UK-3A, dan phenazina serta sintesis turunan dan analognya memiliki potensi menghambat perkembangan sel kanker.
Hasil uji praklinis atau tahap pengujian yang dilakukan sebelum uji klinik pada manusia, yang telah dilakukan Hanafi, menunjukkan bahwa senyawa tumbuhan dan mikroba tersebut mampu menurunkan jumlah sel kanker. "Sayangnya, senyawa tumbuhan dan mikroba tersebut masih bersifat toksik atau racun," ujar Hanafi.
Tidak hanya itu, seyawa turunan yang terdapat dalam tumbuhan dan organisme tersebut yang dikenal dengan nama Lovastatin atau Lipistatin memiliki potensi sebagai obat antikolesterol. Karena itu, kata Hanafi, penting sekali penelitian ini dilanjutkan ke tahap uji klinis, terutama mengingat manfaatnya di bidang kesehatan dan kehidupan manusia.
Hanafi menambahkan, untuk mengembangkan potensi bahan obat utama dari alam (tumbuhan dan mikroba) untuk dijadikan obat antikanker dan antikolesterol diperlukan skala prioritas dan tindakan yang fokus. "Diperlukan pula komunikasi lebih awal, intensif, serta komitmen dengan pihak industri farmasi guna melancarkan komersialisasi hasil penelitian yang sedang dan telah dicapai," ujar Hanafi.
Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki potensi alam sangat besar, dengan jumlah keanekaragaman tumbuhan mencapai 30 ribu spesies. Dengan jumlah itu, tidak heran Indonesia disebut sebagai megacenter dari biodiversitas dunia. Dari jumlah itu pula, sebanyak 9 ribu tanaman di Indonesia memiliki khasiat obat.
© Tempo.Co
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.