Surabaya – Sebanyak 30 tim dari 15 universitas di Indonesia bersaing
merebut juara pada kompetisi Indonesia Energy Marathon Challenge (IEMC)
2012.
Perlombaan mobil hemat bahan bakar yang baru pertama diadakan ini berlangsung 23-25 November di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. IEMC melombakan dua kategori umum, yakni prototype dan urban combustion. Masing - masing kategori terbagi lagi menjadi tiga kelas, yakni bensin, solar, dan listrik, sehingga total terdapat enam kelas yang diperlombakan. ITS yang mendapat kehormatan sebagai tuan rumah menerjunkan tim di semua kelas tersebut.
Ketua Panitia IEMC Indra Sidharta menuturkan, kompetisi IEMC berpedoman pada kompetisi Shell Eco Marathon (SEM). ”Karena itu, IEMC mengacu pada efisiensi energi dan isu renewable energy yang ditujukan bagi mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Indonesia,” kata dia di Surabaya kemarin. Dia menjelaskan, pada lomba ini setiap tim diberi kesempatan untuk mencoba lintasan lima kali. Setelah semua persiapan tuntas, peserta dipersilakan menjajal race di Kenjeran Park Circuit Surabaya. Meski berdasarkan ketentuan bisa melahap race maksimal lima kali, peserta bebas menggunakan hak mencoba lintasan itu kurang dari itu.
“Sekali juga tidak apa-apa asal sudah merasa cukup,” papar Indra. Bagaimana ketentuan pemenang? Menurut Indra, di kategori prototype, mobil berbahan bakar bensin, solar, dan listrik diberi beri waktu melaju di lintasan maksimal 26 menit. Adapun untuk urban combustion, kendaraan diberi waktu 30 menit. Bagi mobil yang dapat memaksimalkan waktu atau sebelum waktu yang ditentukan sanggup menuntaskan perlombaan dengan jarak 12 kilometer, mereka dianggap terbaik. “Yang terpenting, bahan bakar yang digunakan juga harus lebih irit dibandingkan kendaraan lain,” tegasnya.
Ketua Pelaksana IEMC Didit Ardiyanto menambahkan, sebelum dan sesudah race akan dilakukan pengukuran bahan bakar oleh panitia. Dengan demikian bisa diketahui berapa banyak penggunaan bahan bakar oleh kendaraan tersebut selama race. Untuk kendaraan berbahan bakar listrik diukur dengan joule meter. “Kita pastikan perlombaan ini fair dan transparan,” ujar dia.
Kepala Badan Pembinaan Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni ITS Bambang Sampurno mengatakan, kompetisi IEMC diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan ITS. “Kompetisi ini akan mengambil juara 1 dan 2 untuk setiap kelas. Untuk juara 1 mendapatkan hadiah uang Rp 7,5 juta dan juara 2 Rp 5 juta,” kata Bambang. [arief ardliyanto]
Perlombaan mobil hemat bahan bakar yang baru pertama diadakan ini berlangsung 23-25 November di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. IEMC melombakan dua kategori umum, yakni prototype dan urban combustion. Masing - masing kategori terbagi lagi menjadi tiga kelas, yakni bensin, solar, dan listrik, sehingga total terdapat enam kelas yang diperlombakan. ITS yang mendapat kehormatan sebagai tuan rumah menerjunkan tim di semua kelas tersebut.
Ketua Panitia IEMC Indra Sidharta menuturkan, kompetisi IEMC berpedoman pada kompetisi Shell Eco Marathon (SEM). ”Karena itu, IEMC mengacu pada efisiensi energi dan isu renewable energy yang ditujukan bagi mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Indonesia,” kata dia di Surabaya kemarin. Dia menjelaskan, pada lomba ini setiap tim diberi kesempatan untuk mencoba lintasan lima kali. Setelah semua persiapan tuntas, peserta dipersilakan menjajal race di Kenjeran Park Circuit Surabaya. Meski berdasarkan ketentuan bisa melahap race maksimal lima kali, peserta bebas menggunakan hak mencoba lintasan itu kurang dari itu.
“Sekali juga tidak apa-apa asal sudah merasa cukup,” papar Indra. Bagaimana ketentuan pemenang? Menurut Indra, di kategori prototype, mobil berbahan bakar bensin, solar, dan listrik diberi beri waktu melaju di lintasan maksimal 26 menit. Adapun untuk urban combustion, kendaraan diberi waktu 30 menit. Bagi mobil yang dapat memaksimalkan waktu atau sebelum waktu yang ditentukan sanggup menuntaskan perlombaan dengan jarak 12 kilometer, mereka dianggap terbaik. “Yang terpenting, bahan bakar yang digunakan juga harus lebih irit dibandingkan kendaraan lain,” tegasnya.
Ketua Pelaksana IEMC Didit Ardiyanto menambahkan, sebelum dan sesudah race akan dilakukan pengukuran bahan bakar oleh panitia. Dengan demikian bisa diketahui berapa banyak penggunaan bahan bakar oleh kendaraan tersebut selama race. Untuk kendaraan berbahan bakar listrik diukur dengan joule meter. “Kita pastikan perlombaan ini fair dan transparan,” ujar dia.
Kepala Badan Pembinaan Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni ITS Bambang Sampurno mengatakan, kompetisi IEMC diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan ITS. “Kompetisi ini akan mengambil juara 1 dan 2 untuk setiap kelas. Untuk juara 1 mendapatkan hadiah uang Rp 7,5 juta dan juara 2 Rp 5 juta,” kata Bambang. [arief ardliyanto]
© Sindo
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.